BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Praktik
Kerja Lapang (PKL) yang wajib diikuti mahasiswa/i
semester VI Program Diploma
III Politeknik Pertanian Negeri Kupang (PPNK)
merupakan
salah satu kegiatan yang termasuk dalam kegiatan kurikuler. Tujuan dari
kegiatan ini yaitu untuk meningkatkan
kemampuan dan wawasan mahasiswa/i yang mencakup budidaya
atau produksi, manajemen dan pemasaran dalam usaha di bidang Peternakan. Berdasarkan hal
tersebut, setiap mahasiswa/i peserta PKL diberi kesempatan untuk melakukan praktik
kedua lokasi yang dianggap layak oleh PPNK. Khusus untuk mahasiswa/i Jurusan Peternakan,
Program Studi Produksi Ternak, komoditi yang dipilih dalam kegiatan PKL adalah
bukti minat mahasiswa dan kelayakan lokasi.
Dalam
kegiatan PKL ini mahasiswa/i
Program Studi Produksi Ternak berkesempatan
untuk mempelajari lebih dalam tentang komoditi ternak yang diminati sehingga
diharapkan nantinya setelah menyelesaikan pendidikan di PPNK, mahasiswa/i
bersangkutan dapat mengaplikasikan pengalamannya tersebut. Laporan ini berisi
paparan hasil kegiatan PKL yang telah dilakukan sesuai dengan
komoditi yang dipilih yaitu Manajemen Pemeliharaan Ternak Babi.
Ternak babi
merupakan salah satu
komoditi Peternakan yang cukup potensial untuk
dikembangkan. Hal
tersebut disebabkan ternak babi dapat mengkonsumsi makanan dengan
efisien, sangat prolifik yakni
beranak dua kali setahun dan sekali beranak
antara 10 – 14 ekor. Untuk memperoleh hasil yang optimal
dalam menjalankan usaha ternak babi terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan bibit yang memadai
baik dari segi kualitas maupun kuantitas dan tatalaksana pemeliharaan yang
meliputi perkandangan, kebersihan kandang,
pemeliharaan induk, anak babi,
ternak babi jantan dan babi
usia tumbuh serta
penanganan hasil produksi.
Hal lain yang dibutuhkan untuk menunjang
keberhasilan dalam suatu usaha Peternakan babi adalah tenaga yang terampil dalam mengelola usaha tersebut. Keterampilan
yang handal dapat diperoleh
secara formal melalui pendidikan dan pengalaman praktis. PPNK merupakan sebuah
lembaga pendidikan yang
berorientasi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki
keterampilan dan wawasan yang luas
mengenai sektor pertanian maupun sub sektor Peternakan melalui pelaksanaan PKL.
1.2
Tujuan dan Kegunaan
1.2.1 Tujuan
Adapun tujuan yang
dicapai dalam kegiatan PKL ini yaitu agar mahasiswa
dapat:
1. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen pembibitan ternak
babi secara baik dan benar
2. Memotivasi mahasiswa dalam berwirausaha.
3. Mengetahui sistem pemeliharaan pembibitan ternak babi
1.2.2 Kegunaan
Adapun
kegunaan dalam PKL ini yaitu:
1.
Dapat memperluas
luas wawasan dan keterampilan di bidang usaha pembibitan ternak babi
2.
Sebagai sumber
informasi tentang manajemen pembibitan ternak babi bagi mahasiswa maupun
peternak babi.
3.
Menanamkan sikap
mandiri mahasiswa dalam berwirausaha.
1.3
Lokasi dan Waktu
Kegiatan PKL ini berlokasi di Dusun Banjar Kuda,
Desa Sekan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Usaha ini bergerak dalam bidang pembibitan dan
penggemukan ternak babi yang bekerja sama dengan PT. Karya Prospek Satwa (KPS). Dalam kegiatan PKL ini, mahasiswa difokuskan pada
bidang pembibitan ternak babi. PKL
ini berlangsung selama 45 hari dari tanggal 11
Maret 2014 Sampai 26 April 2014.
1.4
Metode Pelaksanaan
Metode yang
digunakan dalam kegiatan PKL ini adalah pengamatan langsung di lapangan,
diskusi dan wawancara dengan petugas kandang, terlibat langsung dalam kegiatan
tatalaksana pemeliharaan ternak babi, dan studi pustaka/literatur.
BAB
II
KEADAAN
UMUM PERUSAHAAN
2.1
Sejarah
Singkat Usaha
Usaha Peternakan milik Bapak Tantra merupakan
usaha penggemukan dan pembibitan tenak
babi
yang bekerja sama antara PT. KPS dengan tujuan
untuk meningkatkan
pendapatan keluarga. Usaha pembibitan ternak babi ini adalah usaha sampingan dalam rumah tangga dengan usaha
pokoknya yaitu berkebun.
Usaha ini diawali dengan penggemukan ternak babi sejak tahun 2000 yang
bekerja sama dengan PT. KPS di Bali dalam bentuk kelompok mandiri. Namun seiring berjalannya waktu usaha ini
mengalami kerugian karena
menurunnya harga daging babi sehingga
usaha ini ditutup pada tahun 2007.
Pada tahun 2012 usaha peternakan ini didirikan
kembali dalam bidang pembibitan ternak babi dengan membangun kandang sendiri tanpa melalui
kelompok mandiri lagi dengan populasi
awal ternak sebanyak 93 ekor (induk 90 ekor
dan jantan 3 ekor), tahun 2014
bertambah menjadi 471 ekor yang terdiri
dari pre stater 210 ekor, starter 150 ekor, induk kosong 83 ekor, induk
menyusui 14 ekor, induk bunting 10 ekor, dan pejantan 4 ekor.
Peternak memiliki niat
dan bakat untuk membantu dan
mengembangkan usaha ternak babinya. Pada kesempatan ini dia juga kembali
bermitra dengan PT. KPS seperti sebelumnya. Dalam kerja sama ini PT.
KPS menyediakan induk babi, ternak babi jantan, semen cair ternak babi,
pakan, transportasi, obat-obatan, vaksin,
dan
spoit,
sedangkan peternak
sendiri mempersiapkan kandang serta peralatan kandang yang berkaitan dengan
aspek pemeliharaan. Salah satu
keuntungan kerja sama ini adalah peternak memperoleh kepastian dalam hal
pemasaran hasil dan pembayaran setelah penyapihan anak
babi setiap bulan.
2.2
Lokasi
Lokasi usaha Peternakan pembibitan babi
di Desa Banjar Kuda Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Propinsi Bali memiliki batas-batas wilayah
sebagai berikut:
1. Sebelah
timur berbatasan dengan Desa Padpadan
2. Sebelah
selatan berbatasan dengan Desa Malet
3. Sebelah
barat berbatasan dengan Desa Perian
4. Sebelah
utara berbatasan dengan Desa Bayunggede
2.3
Organisasi
2.3.1
Struktur
Organisasi
Struktur organisasi pada usaha pembibitan ternak babi sangat sederhana yakni hanya terdiri dari
satu orang karyawan. Namun demikian Peternakan ini memiliki bentuk
kerja sama yang jelas dengan PT. KPS. Adapun
struktur organisasi dan bentuk
kerja sama antara PT. KPS dengan
peternak tertera pada
gambar 1.
Keterangan: Garis Komando
Gambar
1. Struktur organisasi dan bentuk kerja sama
antara PT. KPS dengan Peternak dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1.
PT. KPS: Sebagai
pengawas dan penyedia induk,
jantan, semen, pakan, obat-obatan, vaksin,
spoit, dan transportasi
untuk distribusi anak babi sapihan.
2.
Bapak Tantra: Sebagai pemilik kandang dan menyediakan peralatan
kandang yang berkaitan
dengan kegiatan pemeliharaan ternak
3.
Karyawan: Melaksanakan tanggung jawab
dalam pemeliharaan ternak babi
2.3.2
Ketenagakerjaan
Usaha
Peternakan ini hanya memiliki satu orang karyawan saja dengan latar belakang
pendidikan Sekolah Dasar (SD). Karyawan ini bertugas
untuk menangani
segala sesuatu yang berkaitan
dengan aspek pemeliharaan ternak babi khususnya pembibitan.
2.3.3
Jaminan
Sosial
Jaminan
sosial bagi pekerja di Peternakan ini adalah dengan pemberian
upah/gaji kepada karyawan sebesar Rp
1.000.000/bulan. Peternak
memberikan bonus kepada karyawan sebesar
Rp
7.000/ekor setiap anak babi sapihan.
Selain itu juga karyawan bisa mendapatkan
pinjaman uang tanpa bunga kepada pemilik peternakan.
2.3.4
Fungsi
sosial
Usaha ini memiliki
fungsi sosial sebagai berikut:
1. Menyediakan
lapangan kerja bagi masyarakat
2. Feses
atau limbah ternak babi dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dijadikan
pupuk
3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan
kegiatan PKL, magang atau penelitian.
2.4
Lingkungan
Peternakan
2.4.1
Kondisi
Fisik
Usaha pembibitan babi yang terletak di
Desa Banjar Kuda Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Provinsi Bali berada di ketinggian 1003
meter diatas permukaan laut (DPL)
dengan topografi yang rata.
2.4.2
Kondisi
Non Fisik
Dilihat dari aspek sosial masyarakat
sekitar usaha Peternakan, terdapat
kecenderungan keberatan akan keberadaan peternakaan karena
letaknya yang terlalu dekat
dengan pemukiman sehingga bau feses sangat menggangu masyarakat sekitar. Hasil diskusi dengan pemilik peternakan bahwa belum ada
niat untuk memindahkan usaha Peternakannya karena besarnya modal yang sudah diinvestasi
dalam bentuk pembuatan kandang yakni sebesar Rp 203.450.000.
BAB III
TATALAKSANA PETERNAKAN
3.1
Populasi
Ternak
Populasi
ternak babi pembibitan terdiri dari babi pre starter, starter, induk, induk bunting, induk
menyusui, dan pejantan. Adapun populasi ternak babi pembibitan tertera pada Tabel 1.
Tabel 1.
Populasi Ternak Babi Pembibitan Tahun 2014
No
|
Fase Pemeliharaan
|
Jumlah (ekor)
|
YS
(ekor)
|
LDR
(ekor)
|
DR
(ekor)
|
PTN
(eko)
|
LY
(ekor)
|
|
1
|
Pre starter
|
210
|
50
|
65
|
20
|
40
|
35
|
|
2
|
Starter
|
150
|
40
|
50
|
15
|
20
|
25
|
|
3
|
Induk kosong
|
83
|
15
|
35
|
-
|
23
|
10
|
|
4
|
Induk menyusui
|
14
|
4
|
5
|
-
|
3
|
3
|
|
5
|
Induk bunting
|
10
|
2
|
4
|
-
|
4
|
-
|
|
6
|
Pejantan
|
4
|
1
|
-
|
3
|
-
|
-
|
|
Total
|
471
|
|
|
|
|
|
Sumber: Peternakan Bapak Tantra Tahun,
2014
Keterangan:
YS: Yorkshire, LDR: Landrace, DR: Duroc, PTN: Pitrain, LY: Landrance-Yorkshire
Data ini merupakan data yang diambil pada saat penulis melaksanakan PKL,
namun sebenarnya data ini dapat berubah karena akan ada penambahan anak babi
dari induk bunting bahkan anak babi yang mati pada saat melahirkan. Induk menyusui
yang sudah beranak lima kali diafkir. Dari 14 ekor induk menyusui yang sudah
beranak tiga kali sebanyak 10 ekor dan yang beranak dua kali sebanyak 4 ekor. Mortalitas
anak babi dari fase pre-starter sampai pada fase starter adalah 17%. Tabel 1 menunjukkan
bahwa sex ratio dari jumlah pejantan
yang digunakan untuk mengawini induk adalah 1:27 artinya 1 ekor pejantan dapat
mengawini 27 ekor induk.
Litter size per
induk adalah 15 ekor anak babi hal ini karena perkawinan ternak dilakukan 2-4
kali baik secara alami maupun IB. Kawin alami yang dilakukan selama kegiatan
PKL adalah dilakukan dua kali, sedangkan untuk kawin IB dilakukan tiga kali. Hasil
dari perkawinan tersebut anak yang lahir lebih dominan pada bangsa atau jenis
induknya.
Beberapa
jenis ternak babi yang dipelihara di Peternakan ini antara lain:
1. Yorkshire
(Large white)
Yorkshire
(Large white) berasal dari Inggris
dengan ciri-ciri kepala/muka berbentuk
seperti mangkuk, telinga tegak, badan besar, panjang dan dalam, warna seluruh
tubuh putih, bersifat sebagai induk yang baik dan air susunya banyak (Prasetya,
2012).
Berdasarkan ciri di atas, ternak babi yorkshire yang
ada di Peternakan memiliki ciri yang sama yakni warna
bulu putih, muka agak cekung, telinga tegak, memiliki sifat keibuan yang baik, tubuh
panjang dan dalam, dan puting susu 6
−7
pasang.
2. Landrance
Babi
landrace merupakan babi unggul yang berasal dari Denmark, dengan ciri-ciri
tubuh panjang dan dalam, kepala kecil agak
panjang, telingga terkulai rebah kedepan, warna putih halus dan bulu halus
(Prasetya, 2012).
Ternak
babi yang ada di peternakan ini memiliki ciri-ciri
seperti yang dikemukakan
Prasetya yaitu, telingga terkulai, tubuh panjang dan dalam, memiliki, dan warna
bulu putih dan halus.
3. Duroc
Ternak
babi ini berasal dari Amerika dengan ciri-ciri kepala panjang dan lebar, profil
muka cekung, telinga sedang dan cenderung terkulai kedepan, mata besar berwarna
coklat muda, hidung pendek serta moncongnya lebar dan panjang, badan yang
kompak dan memanjang, warna bulu coklat kemerahan (Wheindrata, 2013).
Ternak
babi yang ada memiliki ciri-ciri yang
sama dikemukakan
oleh Wheindrata yakni badan yang kompak dan panjang, warna bulu coklat
kemerahan, hidung pendek serta moncongnya lebar dan panjang, dan telinga terkulai
ke depan.
4. Pitrain
Ternak babi ini berasal dari Belgia dengan ciri-ciri memiliki warna
bulu putih, tubuh besar, memiliki
perototan pada bagian pantat, kaki kuat, memiliki 7
pasang puting susu dan telinga tegak.
5. Landrance-Yorkhsire (LY)
Babi
Ly merupakan persilangan antara Landrance dan Yorkshire yang dilakukan oleh PT.
KPS. Babi Ly ini membawa ciri-ciri kedua babi persilangan tersebut yakni warna
bulu putih , telinga terkulai ke depan, memiliki
sifat keibuan, puting susu 6 − 7 pasang serta tubuh
panjang dan besar.
3.2
Tatalaksana
Rutin
Kegiatan
rutin yang dilakukan meliputi pemberian pakan dan air minum, pembersihan kandang, mengenal
tanda-tanda birahi, perkawinan, penanganan kelahiran, dan pencegahan
serta penanganan penyakit.
3.2.1
Pemberian
Pakan dan Air Minum
Ternak
babi menyusui dan induk bunting yang akan melahirkan diberikan dua kali sehari yaitu pagi pukul 07.00 WITA dan sore pukul 03.00 WITA masing-masing
sebanyak 2,5 kg/ekor setiap kali pemberian.
Ternak babi pejantan dan
induk kosong
diberikan satu kali dalam sehari yaitu pagi hari pukul 07.00 WITA sebanyak 2
kg/ekor.
Bagi ternak babi dengan kondisi badan
kurus diberikan satu kali sehari dengan jumlah 3 kg/ekor. Menurut Sihombing (1991),
konsumsi ransum per hari (kg) untuk induk bunting
2,0 - 2,5 kg, induk laktasi 3,0 - 4,5 kg, pejantan 2,0 - 2,5 kg,
sedangkan induk kering 2,5-3,5 kg.
Pemberian pakan yang dilakukan dalam bentuk kering. Prasetya
(2012) menyatakan bahwa pemberian pakan babi
secara kering dapat memberikan rangsangan agar bisa memperoleh berat hidup yang maksimal. Pakan yang diberikan bagi ternak selama PKL yaitu pakan jadi dalam bentuk pelet dengan merek
NP 56. Komposisi
bahan pakan NP 56 tertera pada Tabel 2. Sedangkan
pemberian air minum secara ad libitum
(selalu tersedia) dengan menggunakan nippel melalui saluran pipa sehingga ternak
babi dapat minum sendiri.
Tabel 2. Komposisi Bahan
Pakan dengan Merek NP56
No
|
Komposisi
|
%
|
1
|
Kadar air
|
Max 13,00
|
2
|
Protein
|
15,50-17,50
|
3
|
Lemak
|
Min 4,0
|
4
|
Serat
|
Max 9,0
|
5
|
Abu
|
Max 8,0
|
6
|
Calcium
|
Min 0,90
|
7
|
Phosphor
|
Min 0,70
|
Sumber:
PT.Charoen Pokphand Indonesia Tahun 2014
3.2.2
Pembersihan
Kandang dan Memandikan Ternak
Pembersihan
kandang dilakukan untuk menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak babi. Pembersihan kandang
dilakukan pada pagi hari setelah
kegiatan pemberian pakan yaitu pagi pukul 09.00 WITA khusus untuk kandang induk
menyusui dan kandang individu. Sedangkan pembersihan
kandang untuk induk menyusui dilakukan pada sore hari yaitu pada pukul 03.00 WITA.
Kegiatan pembersihan kandang ini dilakukan setiap hari yang dimulai dengan membersihkan
feses terlebih dahulu pada sela-sela saluran pembuangan air kencing
dengan menggunakan belahan bambu.
Feses
yang berceceran dan melekat
dilantai kandang disapu
serta pakan yang tumpah dari tempat pakan dibersihkan. Selanjutnya feses dan sisa pakan yang telah
dikumpulkan dimasukkan ke dalam gerobak dorong untuk dibuang pada tempat
penampungan. Setelah membersihkan kandang
kemudian dilakukan penyemprotan lantai kandang yang dimulai dengan menyemprot cela-cela
lantai kandang agar fesesnya tidak tersumbat, kemudian dilakukan kegiatan memandikan ternak.
Kegiatan
memandikan ternak ini menggunakan mesin
semprot dengan cara air dituangkan dalam wadah
yang berukuran 300 liter dan dicampur dengan deterjen (rinso) 100 gram. Ternak dimandikan dengan
cara air disemprot keseluruh bagian tubuhnya kemudian disikat agar feses yang melekat pada tubuh dapat
dikeluarkan.
3.3
Penanganan Induk dan Kelahiran
3.3.1
Penanganan
Induk
Penanganan
induk memerlukan perhatian khusus terutama induk bunting, induk yang akan
melahirkan, dan induk sehabis melahirkan (Prasetya,
2012). Penanganan induk di Peternakan ini secara khusus dilakukan
untuk menjaga induk agar tidak mudah terserang penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
Kegiatan
ini diawali dari perkawinan sampai melahirkan. Salah satu hal penting yang diperhatikan dalam penanganan induk ini adalah
pakan yang diberikan harus berkualitas dan dalam jumlah 2,5 kg/ekor/hari.
3.3.2
Penanganan
Induk Bunting
Penanganan induk bunting yang dilakukan yaitu memindahkan induk bunting dari
kandang individu ke kandang
melahirkan. Salah satu hal yang sangat
diperhatikan dalam penanganan induk
bunting adalah pemenuhan kebutuhan pakan.
Ardana dan Putra (2008), menyatakan
bahwa pemberian pakan yang cukup dalam
penanganan induk bunting adalah untuk menjamin kondisi
tubuh induk tetap bagus pada saat melahirkan anak dan dihasilkannya jumlah anak
lahir seperindukan (litter size) yang
tinggi.
Pemindahan induk bunting ke kandang melahirkan dilakukan 10
hari menjelang melahirkan. Perlakuan
ini dilakukan terhadap semua
induk, baik induk yang sudah pernah beranak maupun babi dara yang belum pernah
beranak. Prasetya
(2012) menyatakan bahwa pemindahan induk yang
pernah beranak dilakukan 2-3
hari sebelum melahirkan, sedangkan babi
dara yang belum pernah melahirkan lebih awal yaitu 4-5
hari.
3.3.3
Penanganan
Kelahiran
Penanganan
kelahiran bertujuan untuk membantu induk yang mengalami kesulitan atau gangguan
serta kelelahan ketika melahirkan dengan tujuan untuk menyelamatkan
induk yang akan melahirkan tersebut dan
anak yang akan lahir.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan kelahiran adalah mengenal
tanda-tanda babi yang akan melahirkan dan membantu proses kelahiran.
Prasetya (2012) menyatakan bahwa
tanda-tanda induk yang akan melahirkan yaitu: perut turun ke bawah, urat daging sekitar vulva mengendor, vulva membengkak,
berwarna merah dan keluar lendir, ambing mengeras, puting berwarna kebiruan,
dan nafsu makan menurun. Penanganan kelahiran dilakukan pada saat mengetahui beberapa tanda spesifik
sesuai dengan pendapat Prasetya
(2012). Apabila beberapa tanda
tersebut tampak
maka mulai dilakukan persiapan
alat dan bahan untuk membantu proses kelahiran.
Dalam hal penanganan kelahiran, karyawan/petugas kandang melakukan beberapa hal diantaranya adalah:
1)
Membersihkan lendir yang masih menempel pada bagian hidung dan mulut anak babi yang baru lahir menggunakan kain agar pernapasannya lancar kemudian bagian tubuhnya ditaburi dengan serbuk kayu lalu
dibersihkan.
2)
Anak
babi langsung diberi zat besi Pig-Ironject 20% + B12 dan D.I.R.P.D dengan dosis
1 cc/ekor. Komposisi Pig-Ironject 20% + B12 yaitu iron in dextran complex 200 mg dan vitamin B12 200 mg . Sedangkan D.I.R.P.D yaitu iron dextran complex equivalent to
iron 10 mg
3)
Dilakukan
pemotongan ekor, gigi, dan tali pusar
4)
Anak babi
yang lemah didekatkan ke
induk agar bisa menyusu
5)
Anak
babi yang kedinginan dimasukkan ke dalam
boks pemanas yang telah dilengkapi dengan lampu
penghangat berukuran 60 watt
6)
Apabila
induk mengalami kesulitan atau gangguan pada saat melahirkan maka dilakukan pertolongan dengan memasukkan tangan ke dalam vagina. Terlebih dahulu olesi tangan dengan sabun dan dibasahi dengan air yang sudah dicampur
dengan Lodosept atau obat merah. Selanjutnya tangan dimasukkan ke dalam vagina secara perlahan-lahan
sambil memutar secara bolak-balik, kemudian memeriksa posisi anak
babi dalam rahim dan dilanjutkan dengan memegang anak babi tersebut untuk ditarik keluar pelan-pelan agar induknya tidak merasa sakit.
3.4
Pemeliharaan
Anak Babi
3.4.1
Pemeliharaan
anak babi pre-starter
Anak babi pre-stater yang ada di Peternakan ini adalah
anak babi yang berumur 1-10 hari. Anak babi yang lemah saat dilahirkan langsung
dituntun ke puting
induk agar mendapatkan puting yang air susunya lancar sedangkan anak babi yang kuat
berdiri langsung didekatkan pada induk dengan sendirinya mencari puting yang
air susunya lancar. Hal ini sesuai dengan pendapat Prasetya (2012)
bahwa, anak babi yang kuat akan memperoleh puting yang air susunya lancar,
tetapi sebaliknya yang lemah akan terdesak dan akan memperoleh puting yang
jelek yang air susunya sedikit. Pemeliharaan babi pre-stater yang
dilakukan antara lain:
a.
Pemotongan
gigi, ekor dan tali pusar
Pemotongan
gigi yang dilakukan adalah pada anak babi yang baru lahir dengan cara anak babi dipegang pada bagian belakang telinga
kemudian jari telunjuk dimasukkan
ke dalam mulut agar mulut terbuka dengan baik. Setelah mulut terbuka
dilakukan pemotongan pada gigi taring dengan menggunakan tang
pemotong. Gigi
yang dipotong serata dengan gusi dengan tujuan untuk menghindari anak babi
melukai puting susu induk
maupun
anak babi yang lain. Sihombing
(2006) menyatakan bahwa dalam melakukan pemotongan gigi dilakukan secara hati-hati agar tidak melukai gusi atau lidah.
Setelah dilakukan pemotongan gigi dilanjutkan dengan pemotongan ekor
menggunakan gunting dengan ukuran 2−3 cm dari pangkal ekor. Tujuan pemotongan ekor untuk memudahkan saat
perkawinan apabila anak babi akan dijadikan bibit.
Apabila pemotongan ekor selesai kemudian dilakukan pemotongan
tali pusar menggunakan gunting dengan cara anak babi dipegang sambil diangkat
kemudian dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 cm dari perut. Sesuai dengan
pendapat Sihombing (2006), tali pusar dipotong segera setelah lahir dengan
ukuran 5 cm dari pangkalnya.
b.
Pemberian
Zat Besi
Pemberian
zat besi pada anak babi dilakukan pertama kali pada
peternakan ini sekitar 5 – 10 menit setelah lahir
dengan cara Intramuscular yaitu
dengan menggunakan obat Pig-Ironjec 20% + B12
dan obat D.I.R.P.D dengan dosis 1 cc/ekor. Tujuan pemberian zat besi untuk mencegah terjadinya anemia.
Mekanisme
kerja zat besi pada anak babi adalah membentuk haemoglobin atau pigmen pada sel darah merah yang berfungsi untuk mengangkut 02 (oxyagen) ke seluruh
jaringan tubuh. Hal ini berbeda dengan pendapat Sihombing (2006) menyatakan bahwa zat besi
diberikan dalam waktu 48-72 jam yang pertama setelah melahirkan.
3.4.2
Pemeliharaan
Anak Babi Fase Starter
Pemeliharaan
babi fase starter dimulai dari anak babi umur 11 − 20 hari. Beberapa kegiatan yang
dilakukan dalam pemeliharaan anak babi
fase starter adalah:
a.
Kastrasi
Kastrasi
atau pengebirian adalah tindakan mematikan
produksi sel kelamin jantan dengan memotong tes-tes atau memutuskan saluran vas deferens yang berfungsi
menyalurkan sperma ke penis. Menurut Prasetya (2012) kastrasi dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu cara tertutup dan cara terbuka. Cara tertutup dilakukan dengan mengikat
saluran yang menuju tes-tes sehingga sel-sel jantan akan mati. Kastrasi cara
terbuka dilakukan dengan pembedahan untuk mengeluarkan tes-tes. Lebih lanjut Prasetya (2012) menyatakan bahwa tujuan dari
kastrasi adalah untuk mempertahankan kualitas daging, agar pejantan tidak dapat
dipergunakan lagi jadi bibit atau pemacek, menghindari babi jantan yang
berkualitas jelek mengawini calon-calon induk yang bagus dan untuk menjinakan
ternak babi yang mempunyai sifat buas atau kanibalisme. Sebaiknya anak babi
dikastrasi sebelum umur 10 hari, terkecuali anak yang akan dicalonkan atau dijadikan
bibit (Sihombing, 2006).
Kastrasi
yang dilakukan di Peternakan
tersebut sesuai dengan pernyataan yang
dikemukaan oleh Sihombing, (2006) yakni sebelum berumur 10 hari atau tepatnya pada umur 7 hari
dengan cara terbuka. Sebelum dikastrasi, anak
babi terlebih dahulu disuntik
dengan obat Alamycin LA dengan dosis ½ cc/ekor untuk mencegah terjadinya White Scours (berak putih).
Hal-hal
yang perlu disiapkan dalam proses kastrasi adalah:
1.
Siapkan alat dan bahan yaitu silet atau pisau dan Lodosept 100 ml,
2.
Anak babi dipegang oleh
seorang petugas dengan cara kedua kaki belakangnya menghadap ke atas, kemudian petugas yang lain yang memegang silet
meremas scrotum
agar tes-tes muncul dan mudah dibedah
3.
Tes-tes ditekan dengan ibu jari kiri ke atas dan jari telunjuk ke bawah supaya mudah dibedah
dengan silet
4.
Skrotum dibedah untuk mengeluarkan tes-tes.
5.
Tes-tes yang sudah keluar
dipotong tepat pada
saluran vas deferens
6.
Bekas luka ditetesi dengan Lodosept atau obat merah.
Untuk mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan sebaiknya luka akibat bekas potong (kastrasi) dijahit, terkecuali untuk babi yang berumur 4 - 5 minggu tidak perlu dijahit (Prasetya, 2012). Hal ini sesuai dengan praktek di Peternakan ini dimana karena umur babi yang dikastrasi berumur 7 hari sehingga pada bekas lukanya tidak dijahit tetapi hanya ditetesi dengan Lodosept atau obat merah.
b.
Penyapihan
Penyapihan
adalah tindakan memisahkan
anak dari induk babi. Tindakan ini
dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi tubuh induk dan
produksi air susu. Tujuan dari penyapihan ini agar induknya dapat dikawinkan
lagi dalam waktu singkat. Prasetya (2012) menyatakan bahwa penyapihan anak babi
lebih cepat agar induknya dapat dikawinkan dalam waktu singkat sehingga bisa
beranak tiga kali setahun.
Penyapihan
anak babi dilakukan
pada umur 21 - 27 hari dengan kategori anak babi yang disapih memiliki kondisi tubuh yang sehat,
lincah, dan kuat. Penyapihan dilakukan dengan cara anak babi diangkat dari
dalam kandang melahirkan lalu dimasukan dalam gerobak dorong, kemudian didorong
mendekati mobil pengantar anak babi sapihan ke kandang penggemukan milik PT.
KPS. Setelah mendekati mobil anak babi diangkat satu persatu dari dalam gerobak
untuk di masukkan dalam mobil. Khusus untuk anak babi
yang kondisi tubuhnya kurang bagus atau kerdil dilakukan pemeliharaan lanjutan
dengan cara menitipkan anak babi pada induk lain.
3.5
Pemeliharaan
Induk Bunting
Pemeliharaan
induk bunting yang dilakukan merupakan salah satu hal
penting yang selalu diperhatikan, terutama makanannya yang harus mengandung protein dan
mineral. Kebuntingan diawali pada saat terjadinya pembuahan sampai kelahiran.
Ternak babi dikatakan bunting apabila
setelah 21 hari dikawinkan tidak menunjukan gejala birahi lagi.
Umur
kebuntingan ternak babi umumnya adalah
114 hari dari waktu terjadinya pembuahan. Lama
kebuntingan dapat bervariasi antara 111 hari dan 120 hari (Ardana dan Putra, 2008). Sementara menurut Wheindrata (2013), kebuntingan pada ternak babi berkisar antara 111 hari sampai 117 hari,
tergantung sifat genetik induknya.
Umur kebuntingan
ternak di lokasi PKL variasi sejalan dengan pendapat Ardana dan
Putra yaitu 111 hari dan
120 hari. Ternak yang bunting dipindahkan di kandang individu 10 hari menjelang melahirkan dengan tujuan agar dapat menyusaikan diri dengan
tempat yang baru sebelum melahirkan.
Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan pada pemeliharaan induk
bunting adalah kesehatan dan pakan yang berkualitas serta kondisi kandang yang
harus selalu bersih. Kondisi ini bertujuan agar ternak babi selalu dalam keadaan
sehat dan anak yang akan lahir juga sehat.
3.6
Pemeliharaan
Induk Menyusui
Induk menyusui dipelihara dalam kandang
melahirkan selama
36 hari dimulai dari induk sebelum melahirkan
sampai anaknya disapih. Pemberian pakan dilakukan dua kali dalam sehari yakni pagi
dan sore hari sebanyak 5 kg/ekor/hari dalam bentuk kering. Sedangkan air minum diberikan
secara ad libitum dengan menggunakan nippel.
Penanganaan kesehatan pada Induk menyusui
yang dilakukan selama PKL disesuaikan dengan kondisi kesehatan induk tersebut.
Induk yang mencret (scours) dengan dengan tanda-tanda feses encer, kurang makan,
kondisi tubuh lemah, dan apabila diraba pada bagian bawah perut tubuh ternak
terasa panas, maka dilakukan pengobatan menggunakan obat Kolamox LA dengan
dosis 4 cc/ekor.
3.7
Pemeliharaan
Pejantan
Pejantan
dipelihara dalam kandang individu dengan ukuran panjang 161 cm, lebar 72 cm dan tinggi besi
pembatasnya 51 cm. Perawatan pejantan dilakukan
dengan tujuan pejantan dapat megawini induk yang birahi sebelum
semen dari PT. KPS didatangkan. Pemberian
pakan dilakukan satu kali dalam sehari yaitu pagi hari pukul 07.00 Wita
sebanyak 2 kg/ekor.
3.8
Perkembangbiakan
Kunci
utama dalam suatu usaha pembibitan babi dalam rangka meningkatkan produtivitas adalah
menajemen perkawinan dan seleksi bibit.
3.8.1 Perkawinan Ternak
Perkawinan ternak babi dilakukan secara alami dan menggunakan
teknologi Inseminasi Buatan (IB). Hal yang penting untuk diperhatikan dalam perkawinan adalah
mendeteksi birahi. Pendeteksian birahi
di Peternakan ini dilakukan dengan cara ternak jantan
dikeluarkan dari dalam kandang kemudian dipertemukan dengan induk. Apabila ternak jantan menaiki
induk itu maka dapat disimpulkan bahwa induk
tersebut sedang mengalami birahi
sehingga selanjutnya karyawan
dapat menentukan waktu yang tepat untuk mengawinkannya agar tercapainya
pembuahan yang tinggi.
Berkaitan
dengan perkembangbiakan yang penting untuk
diperhatikan adalah menentukan masa birahi dan waktu
mengawinkan babi.
1. Masa
birahi
Masa
birahi pada induk hanya berlangsung selama 2 – 5 hari yang ditandai dengan sikap diam (siap mau
dikawin), vulva membengkak dan berwarna merah serta nafsu makan berkurang (Wheindrata, 2013).
Massa birahi
pada babi di peternakan ini sesuai
dengan pendapat Wheindrata yakni 2 – 5 hari bervariasi antara induk yang sudah pernah beranak dan yang belum pernah beranak. Tanda-tanda babi birahi di Peternakan ini adalah vulva
membengkak dan berwarna merah, nafsu makan berkurang, mengeluarkan lendir putih
dari vulva, dan jika ditekan pada bagian
punggung babi akan diam.
2. Waktu mengawinkan
babi
Perkawinan
ternak babi di Peternakan tersebut adalah pada saat babi dara berumur 6 − 7 bulan dengan bobot badan 90 − 100 kg untuk
ternak babi yang baru pertama kali dikawinkan, sedangkan babi jantan dapat dikawinkan pada
umur 8 − 10 bulan dengan bobot badan
110 −120 kg. Lama birahi untuk induk dara yang pertama
kali dikawin adalah 60 jam. Sedangkan untuk induk babi yang pernah beranak 40 jam (Ardana dan Putra, 2008).
Dalam
kegiatan PKL yang dilakukan apabila ternak babi birahi pada
pagi atau sore hari maka langsung
dikawinkan baik secara
alami maupun dengan IB.
Perkawinan dilakukan 2-4 kali untuk memungkinkan beranak banyak dengan menggunakan pejantan yang sama atau
dikawinkan secara IB setelah dikawinkan secara alamiah. Sesuai hasil pengamatan, penentuan waktu perkawinan
secara alamiah menunjukkan hasil yang sangat baik dimana dari 20 ekor induk
yang birahi dan di kawinkan, 15 ekornya tidak menunjukan
gejala-gejala birahi lagi atau bunting.
Sedangkan penentuan waktu perkawinan secara IB menunjukkan hasil yang kurang baik dimana dari 10 ekor induk yang birahi dan di kawinkan, hanya 3 ekor yang bunting.
3.8.2 Seleksi Bibit
Seleksi
atau memilih bibit pejantan dan induk sangat penting untuk menentukan hasil
pembibitan yang diperoleh karena pejantan dan induk yang berkualitas akan
menghasilkan bibit yang unggul (Wheindrata, 2013).
Pelaksanaan
seleksi ternak babi yang akan dijadikan bibit yang dilakukan oleh petugas dari
PT. KPS di kandang penggemukan dengan melihat beberapa kriteria: 1) Induk,
dilihat dari kesehatannya (sehat), memiliki sifat keibuan yang diturunkan dari
induknya, kaki lurus dan kuat, paha lebar dan tebal, tubuh memanjang, jumlah puting
susu minimal 14 pasang, pertumbuhan cepat menjadi besar; 2) Ternak babi jantan, kaki kuat, (terutama kaki belakang) dengan tumit
yang kuat, kuku rapat, testes simetris, memiliki sifat agresif, tubuh panjang,
punggung agak melengkung dan kuat. Selanjutnya hasil seleksi diserahkan kepada Peternakan
yang bermitra dengan PT. KPS yang memerlukan pejantan dan induk baru.
3.9
Perkandangan
Untuk
mencapai kesuksesan dalam suatu usaha Peternakan babi, kandang yang baik
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Wheindrata (2013) menyatakan bahwa kandang merupakan syarat utama untuk dapat
beternak babi karena kandang mempunyai peranan sangat penting untuk
perkembangan dan keberhasilan Peternakan babi.
Perkandangan
di Peternakan Bapak Tantra adalah
kandang terbuka yang berbentuk ganda. Tipe
kandang ini adalah tipe kandang ganda yang letaknya saling berhadapan
satu dengan yang lain. Prasetya (2012) menyatakan bahwa, kandang ganda yaitu bangunan kandang yang
terdiri dari dua baris yang letaknya bisa saling berhadapan ataupun bertolak
belakang. Atap
kandang tersebut terbuat dari seng, lantai kandang dari semen dan tiangnya terbuat dari semen dan beton.
Dinding
kandang induk dan pejantan
terbuat dari besi beton dan alas kandang terbuat dari semen yang sengaja dibuat
lubang agar air kencing dan fesesnya tidak tertimbun di atas lantai. Pada kandang induk menyusui, lantai dilapisi dengan karet yang berlubang sehingga
air kencing dan fesesnya tidak tertimbun serta
dindingnya terbuat dari besi beton.
Jenis
dan ukuran kandang yang ada di peternak Bapak Tantra dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis
dan ukuran kandang di Peternakan Bapak Tantra
No
|
Kandang
|
Ukuran kandang
|
||
Panjang (cm)
|
Lebar (cm)
|
Tinggi (cm)
|
||
1
|
Boks pemanas
|
161
|
72
|
51
|
2
|
Induk menyusui
|
219
|
179
|
74
|
3
|
Induk
|
217
|
62
|
102
|
4
|
Pejantan
|
217
|
65
|
150
|
Sumber: Peternakan
Bapak Tantra (2014)
Bangunan
kandang yang ada di peternakan selama PKL adalah menghadap
arah Timur – Barat. Hal ini sesuai
dengan pendapat Prasetya (2012) bahwa kandang
sebaiknya dibangun menghadap ke timur untuk memperoleh sinar matahari pagi yang cukup, sebab sinar matahari pagi tidak begitu panas dan banyak
mengandung sinar ultraviolet.
Sinar matahari berfungsi untuk membantu proses pembentukan vitamin D,
desinfektan, dan mempercepat pengeringan kandang sehabis dibersihkan dengan
air.
3.10
Pencegahan
dan Pengobatan Penyakit
Ardana dan Putra (2008), menyatakan bahwa untuk
meghindari kerugian akibat kematian yang disebabkan penyakit
sebaiknya dilakukan pencegahan dan pengobatan penyakit.
Selama
kegiatan PKL, terdapat beberapa jenis penyakit yang
menyerang ternak babi antara lain:
1.
White scours (mencret putih)
Penyakit
ini merupakan suatu penyakit endemik di Peternakan
ini sehingga semua anak babi tidak luput dari penyakit tersebut. Penyakit ini sering menyerang anak babi
umur 1-2 minggu. Prasetya (2012) menyatakan
bahwa penyebab penyakit white
scours ini adalah Escherichia coli,
yaitu bakteri yang bisa masuk lewat tali pusar anak
babi yang sakit. Biasanya
babi kecil mudah menderita mencret putih jika kedinginan,
lantai lembab, makanan induk jelek, atau anak terlampau banyak menyusu. Tindakan yang dilakukan pada peternakan ini untuk
mencegah dan mengobati penyakit tersebut adalah dengan melakukan sanitasi kandang dan memberikan
obat trimoxal suspension dengan dosis 0,5 ml/ekor secara oral. Pada anak babi yang sudah terinfeksi, jika pengobatan
ini tidak memberikan kesembuhan maka akan diberikan obat Alamycin LA
dengan dosis 1-2 cc/ekor. Pemberian obat ini dengan cara injeksi intramusculer sampai anak babi bebas dari white scours. Apabila obat ini tidak
ada bisa digantikan dengan obat Oktacin-En
5% diberikan secara injeksi intramusculer dengan dosis 1 cc/ekor..
2.
Anemia
Anemia adalah
penyakit kekurangan darah yang disebabkan oleh defisiensi vitamin dan mineral.
Penyakit ini sering menyerang anak babi di bawah umur 1 bulan terutama
babi yang kandangnya berlantai beton (Wheindrata,
2013). Pencegahan dan pengobatan penyakit Anemia yang dilakukan selama
kegiatan PKL yaitu dengan memberikan verdex
melalui injeksi secara Intaramusculer dengan dosis 2 cc/ekor untuk
anak
babi umur 3-7 hari dan Pig-Ironject + 20% Vitamin B12 dengan doisis 2 cc/ekor pada
anak babi umur 2-10 hari. Pencegahan dilakukan dengan cara membersihkan kotoran
dalam kandang dan selalu memperhatikan
kondisi kotoran, apabila tidak normal maka
segera dilakukan pengobatan.
3.
Scours
(Mencret)
Scours adalah
suatu gejala penyakit enteritis akibat adanya peradangan pada alat pencernaan
atau usus (Prasetya, 2012). Pencegahan penyakit
scours di Peternakan
ini yaitu dengan cara sanitasi kandang dan memberikan
obat Kolamox LA dengan dosis 1-2 cc/ekor.
BAB IV
PENANGANAN
HASIL
4.1
Produksi
Perusahaan
Tujuan
dari suatu usaha Peternakan adalah mendapatkan hasil yang memuaskan atau mendapatkan keuntungan.
Hasil usaha yang diperoleh Peternakan Bapak Tantra
yakni adalah bukan dari hasil penjualan
ternak babi fase finiser atau induk yang diafkir maupun jantan tetapi hasil
dari anak babi sapihan. Berdasarkan hasil
pengamatan selama kegiatan PKL, dari 90 ekor induk menghasilkan anak babi sapihan sebanyak 150 ekor/bulan.
Selama
kegiatan PKL berlangsung induk yang melahirkan sebanyak 14 ekor dari 98 ekor
induk yang dipelihara. Dari semua Anak babi yang dilahirkan tersebut ada yang
mati sebelum proses penyapihan, 150 ekor berhasil di sapih dan ada pula yang
belum disapih karena kondisi tubuh anak babi yang tidak layak disapih (kurus,
tidak lincah, lemah). Anak babi yang belum disapih selanjutnya dipindahkan ke
induk menyusui yang lain.
4.2
Pemasaran
Penghasilan
yang didapatkan di Peternakan tersebut bersumber dari hasil penyapihan anak
babi. Anak babi yang berumur 21 - 28 hari diserahkan
ke PT. KPS. Sesuai kesepakatan kerjasama
dengan KPS, dengan jumlah produksi 150 ekor maka Peternak menerima kompensasi
sebesar Rp 85.000/ekor.
Jika produksi jumlah anak babi sapihan kurang dari 125 ekor maka kompensasi yang diterima
hanya sebesar Rp 72.000/ekor, sedangkan jika jumlah produksi anak babi sapihan
di bawah 100 ekor maka kompensasi yang akan diterima sebesar Rp 65.000/ekor.
Selama kegiatan PKL jumlah produksi anak babi sapihan sebanyak 150 ekor.
4.3
Analisis
Usaha
Analisis
usaha perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
keuntungan dan kelayakan ekonomi perusahaan tersebut. Beberapa analisis usaha yang
dilakukan adalah input output (IO), Revenue cost ratio (R/C), Benefit cost ratio
(B/C), dan Break event point (BEP).
A.
Analisis Input-output
Dalam
analisis ini diperlukan informasi perhitungan biaya, baik biaya
variabel maupun biaya tetap dan penerimaan yang
diperoleh suatu usaha. Biaya variabel yaitu biaya yang dikeluarkan
secara proposional sesuai dengan volume kegiatan, sedangkan biaya tetap yaitu
biaya yang tidak berubah karena perubahan kegiatan dalam rentang yang relevan, (Rohani,
2011).
Perhitungan
biaya yang dikeluarkan dan penerimaan
di Peternakan Bapak Tantra selama kegiatan PKL
berlangsung tertera pada Tabel 4 dan 5.
Tabel 4. Biaya di Peternakan Bapak
Tantra periode 11 Maret – 26 April 2014
1.
Biaya
Tetap
NO
|
Uraian
|
Vol
|
HS
(Rp)
|
TH
(Rp)
|
UE
|
Penyusutan
|
|
Tahun
|
1,5 Bulan (45 hari)
|
||||||
1
|
Kandang
dan Fasilitasnya
|
1
|
200.000.000
|
200.000.000
|
10
|
20.000.000
|
2.500.000
|
Jumlah
|
2.500.000
|
Keterangan: Vol:
Volume, HS: Harga Satuan, TH: Total Harga, UE: Usia Ekonomi
2.
Biaya Variabel
No
|
Uraian
|
Perbulan
|
Harga Satuan (Rp)
|
Total (Rp)
|
1
|
Listrik
|
1,5
|
250.000
|
375.000
|
2
|
Air
|
1,5
|
100.000
|
150.000
|
3
|
Karyawan + bonus
|
1,5
|
1.500.000 + 1.050.000
|
2.550.000
|
Jumlah
|
3.075.000
|
Total
biaya di Peternakan Bapak Tantra selama periode 1,5 bulan adalah sebesar
Rp 5.575.000
Tabel 6.
Penerimaan di Peternakan Bapak Tantra periode 11 Maret – 26
April 2014
No
|
Uraian
|
Kapasitas
Produksi (ekor)
|
Upah/ekor
(Rp)
|
Jumlah
(Rp)
|
1
|
Anak Babi Sapihan
|
150
|
85.000
|
12.750.000
|
Jumlah
|
12.750.000
|
Jadi total keuntungan di
Peternakan Bapak Tantra selama periode 1,5
bulan adalah sebesar Rp 7.175.000.
B.
Revenue dan cost ratio (R/C)
R/C adalah suatu metode penilaian yang
digunakan untuk menganalisis layak tidaknya suatu usaha dengan membandingkan
jumlah penerimaan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan selama satu periode produksi.
1 =
Biaya
1,28
= Untung = 128% dari biaya
C.
Benefit cost ratio (B/C)
B/C adalah
salah satu penilaian untuk membandingkan antara tingkat keuntungan yang
diperoleh dengan biaya produksi.
Untung
128% dari modal/biaya yang dikeluarkan
D.
Break event point (BEP)
BEP adalah
suatu penilaian untuk mengetahui titik impas dalam suatu usaha.
Untung Rp 85.000 – Rp 37.166 = Rp 47.834/ekor
Untung
dari 150 ekor – 66 ekor = 84 ekor.
BAB V
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
Peternakan milik Bapak Tantra telah melakukan tatalaksana
pemeliharaan ternak babi dengan cukup
baik. Hal ini terlihat pada penanganan perkawinan,
perkandangan, kebuntingan, kelahiran, kesehatan dan
pemberian pakan.
Penghasilan
yang diperoleh Bapak Tantra perbulan dari usaha kerja sama dengan PT. KPS dalam
bidang usaha pembibitan babi adalah Rp
7.175.000.
3.2
Saran
Disarankan agar dalam pemeliharaan ternak babi
khususnya tatalaksana pemeliharaan, pencegahan terhadap penyakit dan sanitasi
kandang tetap diperhatikan dan ditingkatkan ke arah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ardana, I. B dan Putra, H. D. K. (2008). Manajemen Reproduksi, Produksi, dan Penyakit.
Udayana University Press. Denpasar.
Prasetya, H. (2012). Semakin Hoki Dengan Beternak Babi.
Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Rohani. (2011).
Pengelolaan Usaha Peternakan. http://www.google.co.id. (27 Juli 2014).
Sihombing, D. T. H. (2006). Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Sihombing, D. T. H. (1991). Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Wheindrata. (2013). Cara Mudah Untung Besar dari Beternak Babi.
Lily Publisher. Surakarta.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Penanganan kelahiran
(pemotongan
gigi, ekor, dan pemberian zat besi).
Gambar b. Membersihkan
anak babi setelah lahir
|
Gambar a. Penanganan Kelahiran
|
Gambar d. Pemotongan gigi
|
Gambar c. Pemotongan tali pusar
|
e
|
f
|
Gambar e.
Pemotongan ekor
|
Gambar f. Pemberian zat besi pada anak babi
setelah lahir
|
Lampiran 2. Sanitasi kandang dan memandikan ternak
Gambar b. Mengumpulkan feses ke
dalam gerobak
|
Gambar a.
Pembersihan kandang
|
d
|
c
|
Gambar c. Memandikan ternak
|
Gambar d. Setelah babi dimandikan
|
Lampiran 3. Bentuk kandang induk dan kandang
melahirkan
Gambar a. Kandang induk dan pejantan
|
Gambar b. Kandang melahirkan
|
b
|
a
|
Lampiran 4.
Obat Oktacin-EN, Alamicyn LA, Trimoxal Suspension, dan Lodosept
Gambar a. Obat Oktacin-EN
|
Gambar c.
Obat Trimoxal Suspensional
|
a
|
c
|
d
|
b
|
Gambar d.
Obat Lodacept atau obat merah
|
Gambar b. Obat Alamycin LA
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar