BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Keberhasilan pelaksanaan Inseminasi Buatan
(IB) pada ternak sangat tergantung dari kualitas dan kuantitas semen yang digunakan. Teknik IB yang umum digunakan
adalah menggunakan semen beku pada ternak sapi dan semen cair pada ternak babi.
Dalam proses pembuatan semen beku nutrisi yang terdapat pada pengencer yang
digunakan sangat berperan penting untuk melindungi spermatozoa saat proses
penurunan suhu agar tidak terjadinya kejutan dingin pada spermatozoa. Fikar, (2010) menyatakan bahwa
IB merupakan salah satu teknik
perkawinan buatan dengan menggunakan semen dari pejantan yang telah diseleksi
dan tanpa adanya kehadiran pejantan secara langsung dengan
tujuan untuk
memperoleh ternak yang unggul dari segi kualitas maupun kwantitas serta
menghindari perkawinan sedarah (inbreeding)
dan menghindari penularan penyakit
Dalam pelaksanaan IB, petugas inseminasi/inseminator haruslah orang
yang memiliki keterampilan melakukan IB. Keterampilan tersebut dapat diperoleh
dengan mengikuti pelatihan-pelatihan
pelaksanaan IB.
Politeknik Pertanian Negeri Kupang (PPNK)
merupakan salah satu lembaga pendidikan tinggi vokasi yang menghasilkan tenaga
terampil. Membekali mahasiswa melalui kegiatan praktek kerja lapang (PKL) baik di Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT)
maupun diluar
Provinsi NTT
yang pada akhir memperoleh motivasi dan menciptakan tenaga terampil yang
profesional untuk berusaha dalam bidang peternakan, termasuk dalam bidang IB.
1.2
Tujuan dan kegunaan
1.2.1
Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan PKL ini yaitu:
1.
Mengetahui manajemen pemeliharaan
ternak sapi jantan (bull) maupun
ternak babi
2.
Menigkatkan pemahaman mengenai
tahapan-tahapan prosesing semen beku ternak sapi jantan dan semen cair ternak
babi sampai pada tahap penyimpanan
3.
Mendapatkan motivasi berusaha
dalam bidang peternakan
1.2.2
Kegunaan
Adapun kegunaan dari kegiatan PKL adalah: menambah wawasan pengetahuan bagi mahasiswa tentang
pemeliharaan ternak sapi jantan (bull)
maupun ternak babi dan tahapan-tahapan
proses pembuatan semen beku ternak sapi dan semen cair ternak babi
1.3
Lokasi dan waktu
Kegiatan PKL berlangsung di Unit Pelaksana Teknis Balai Inseminasi Buatan Daerah
(UPT BIBD) Provinsi Bali yang terletak di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten
Tabanan, Provinsi Bali selama 43 hari yakni dari tanggal 27 April sampai dengan
12 Juni 2014.
1.4
Metode pelaksanaan
Metode yang digunakan penulis dalam kegiatan
PKL adalah pengamatan langsung di lapangan (observasi) berkaitan
dengan prosesing semen beku ternak sapi jantan dan prosesing semen cair ternak
babi, wawancara dan diskusi dengan pihak BIBD,
terlibat langsung dalam prosesing semen
beku ternak sapi Bali dan semen ternak babi, dan studi
pustaka sebagai pembanding.
BAB II
KEADAAN UMUM UPT BIBD
2.1
Sejarah UPT BIBD
Unit Pelaksanaan Teknis Balai Inseminasi
Buatan Daerah (UPT BIBD) dirintis dengan nama awalnya adalah UPT Peternakan berdasarkan Peraturan
Daerah (Perda) Nomor. 4 Tahun 2002 dan merupakan penggabungan dari beberapa UPT yang telah berdiri sebelumnya
antara lain UPT Inseminasi Buatan, UPT Hijauan Makanan Ternak, dan UPT Laboratorium Kesehatan
Hewan. Pada saat itu UPT peternakan dibentuk sebagai tindak lanjut dari
dukungan pusat dalam rangka desentralisasi sebagian urusan pelayanan IB kepada daerah.
Sejalan dengan kebijakan Pemerintah Provinsi
Bali untuk mempertahankan daerah Bali sebagai sumber sapi Bali murni yang merupakan plasma
nutfah, maka upaya pengembangan dan pemurnian terus dilakukan untuk peningkatan
mutu genetik melalui penerapan bioteknologi IB, untuk memberikan pelayanan IB secara optimal maka
dibangun UPT ini dengan salah satu tugas pokoknya memproduksi semen beku Sapi Bali
murni secara kontinyu dan berkualitas.
Sesuai dengan perubahan struktur kelembagaan
pemerintah provinsi Bali, maka berdasarkan Perda Nomor 2 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Peternakan Provinsi Bali
nomenklatur untuk UPT peternakan berubah menjadi UPT Balai Pembibitan Ternak dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur
Nomor 50 Tahun 2008 tentang rincian tugas pokok dan fungsi menjadi lebih
efektif dan di tahun 2012 Struktur Organisasi dan tata kerja Dinas Peternakan Provinsi Bali UPT Balai
Pembibitan Ternak berubah nomenklaturnya menjadi UPT Balai Inseminasi Buatan.
Visi UPT BIBD Dinas Peternkan Provinsi Bali adalah terwujudnya
peningkatan mutu genetik ternak berbasis sumber daya lokal menuju Bali mandara (mandiri, aman,
damai, sejahtra). Untuk mewujudkan visi tersebut maka UPT BIBD menetapkan enam
misi yang harus dilaksanakan
sebagai berikut: 1) memproduksi semen beku sapi Bali murni; 2) menyiapkan bibit unggul
sapi Bali; 3)
mengembangkan bioteknologi yang efektif dan efesien; 4) meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia dibidang bioteknologi; 5) menyediakan
sarana dan prasarana dan melaksanakan pelayanan IB; dan 6) melestarikan plasma nulfah sapi Bali dan sumberdaya
peternakan lainnya.
2.2
Lokasi UPT BIBD
UPT BIBD terletak di Banjar Pekarangan Desa
Baturiti Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan Provinsi Bali dengan memiliki batasa-batasa wilayah sebagai
berikut:
1.
Sebelah selatan berbatasan dengan
Banjar Batunya
2.
Sebelah utara berbatasan dengan
Banjar Titigalar
3.
Sebelah barat berbatasan dengan
Banjar Baturiti Kaja
4.
Sebelah timur berbatasan dengan
Banjar Taman Tanda
2.3
Organisasi
Suatu lembaga pemerintahan dapat berjalan
dengan baik dan terkontrol jika memiliki struktur organisasi yang jelas. Setiap
kegiatan yang dilaksanakan tentunya akan disesuaikan dengan tanggung jawab
masing-masing. UPT BIBD Dinas Peternakan Provinsi Bali merupakan suatu lembaga
pemerintahan yang telah dilengkapi
dengan struktur organisasi yang jelas untuk melaksanakan program
IB,
memproduksi Semen Beku sapi dan Semen Cair babi, distribusi semen, menyiapkan sumberdaya dan pelaksanaan IB dan memiliki struktur
organisasi yang jelas.
Struktur organisasi UPT BIBD Baturiti
Provinsi Bali ditetapkan melalui peraturan Gubernur Nomor 98 Tahun 2011 tentang
Organisasi dan Rincian Tugas Pokok Unit Pelaksana Teknis dilingkungan Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali. Bagan struktur organisasi UPT
Balai Inseminasi Buatan Daerah Provinsi Bali dapat tertera pada gambar 1.
Keterangan: Gambar Struktur Organisasi UPT BIBD
Baturiti
Tugas Pokok dan
Fungsi UPT BIBD Baturiti yang ditetapkan peraturan
Gubernur Nomor 98 Tahun 2011
adalah sebagai berikut:
1.
Melaksanakan program inseminasi
buatan untuk meningkatkan mutu genitik
ternak
2.
Memproduksi semen dan distribusi
semen
3.
Melaksanakan pengawasan produksi
dan distribusi semen serta pelaksanaan inseminasi buatan
4.
Menyiapkan sumberdaya dan
kelembagaan pelaksanaan inseminasi buatan
2.4
Ketenagakerjaan
Keseimbangan antar pendidikan dan pengalaman kerja merupakan hal yang mempengaruhi kualitas pelayanan suatu lembaga pemerintahan.
Tersedianya tenaga kerja yang memiliki pendidikan dan pengalaman kerja tentunya
akan memberikan sumbangan pada kemajuan suatu lembaga tersebut. Jumlah pegawai
yang ada di UPT BIBD Dinas Peternakan Provinsi Bali sebanyak 41 orang dengan jenjang pendidikan bebeda-beda. Adapun tenaga kerja tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Tenaga Kerja di
UPT BIBD Provinsi Bali Tahun (2014)
No
|
Jenjang pendidikan
|
Status kepegawaian
|
|
PNS Organik
|
Kontrak
|
||
1
|
Pasca
Sarjana ( S2 )
|
1
|
-
|
2
|
Sarjana
( S1 )
|
10
|
-
|
3
|
SMA
|
20
|
10
|
Jumlah
|
31
|
10
|
Sumber: UPT BIBD Provinsi Bali Tahun (2014)
2.5
Fungsi sosial
Lembaga ini memiliki fungsi sosial sebagai berikut:
1.
Sebagai tempat magang atau tempat
praktik bagi mahasiswa yang melakukan PKL
2.
Sebagai
tempat menyediakan bibit ternak yang bermutu dan melaksanakan pelayanan IB kepada masyarakat
3.
Sebagai tempat produksi/penyediaan
semen beku sapi Bali dan semen cair babi dengan genetik unggul bagi masyarakat
4.
Sebagai tempat menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat (pengganguran)
BAB III
TATALAKSANA UPT BIBD
3.1
Populasi ternak
Ternak yang dipelihara terdiri dari ternak Sapi Bali dengan jumlah 28 ekor dan ternak babi 59 ekor. Populasi ternak
sapi Bali dan
babi tersebut tertera pada Tabel 2 dan 3.
Tabel 2. Populasi Ternak Sapi
Bali (28 April - 15 Juni 2014)
No
|
Ternak
|
Jumlah (Ekor)
|
1
|
Sapi jantan
|
13
|
2
|
Sapi betina
|
12
|
3
|
Pedet
|
3
|
Jumlah
|
28
|
Sumber:
UPT BIBD Baturiti Provinsi Bali Tahun, 2014
Tabel 3. Populasi Ternak Babi
(28 April – 15 juni 2014)
No
|
Fase
|
Jumlah (Ekor)
|
1
|
Starter
|
16
|
2
|
Grower
|
18
|
3
|
Induk menyusui
|
2
|
4
|
Induk bunting
|
4
|
5
|
Induk kering
|
10
|
6
|
Pejantan
|
9
|
|
Jumlah
|
59
|
Sumber:
UPT BIBD Baturiti Provinsi Bali Tahun, 2014
3.2
Pemeliharaan ternak sapi Bali jantan
Tujuan utama pemeliharaan ternak sapi Bali jantan adalah untuk memproduksi semen beku. Pemeliharaan pejantan berbeda dengan pemeliharaan ternak
sapi penggemukan umumnya, dimana
sangat diperhatikan aspek kesehatan agar mampu memproduksi
semen cair yang berkualitas baik agar dapat diproses menjadi semen beku. Feradis
(2010), menyatakan bahwa pemeliharaan pejantan yang baik dapat memberikan nilai tambah baik dari segi
jumlah straw maupun mutu semen beku
yang dihasilkan.
Dalam pemeliharaan pejantan melakukan beberapa kegiatan antara lain: sanitasi
kandang, memandikan ternak, pemberian pakan dan air minum, pemberian jamu, serta
penampungan semen.
Sanitasi kandang dan ternak sapi Bali jantan dilakukan satu kali dalam sehari yaitu pada pagi hari pukul 08.30 Waktu Indonesia Tenggah (WITA) setelah
pemberian pakan kosentrat. Sanitasi dilakukan dengan cara
feses ternak disekop dan di masukkan
ke dalam
gerobak dorong untuk disebarkan di lahan Hijauan Makan Ternak (HMT) sebagai pengganti
pupuk. Selanjutnya dilakukan pembersihan tempat pakan dan air minum dimana sisa pakan/hijauan
diangkat dan disapu kemudian dibuang pada salah satu tempat didekat kandang. Kegiatan sanitasi diakhiri
dengan pembersihan lokasi sekitar kandang. Tujuan dari
sanitasi kandang ini agar ternak terhindar dari berbagai serangan penyakit.
Ternak sapi bali jantan dimandikan satu kali sehari yaitu setelah dilakukan sanitasi kandang. Kegiatan
memandikan ternak ini dilakukan dengan cara air disiram pada seluruh tubuh ternak dengan menggunakan alat bantu melalui selang kemudian feses yang melekat pada tubuh ternak disikat. Dalam kegiatan ini yang lebih diperhatikan adalah
daerah pada praeputiumnya karena akan berpengaruh terhadap kualitas
semen yang dihasilkan. Jika daerah tersebut benar-benar
bersih maka semen yang dihasilkan pada saat penampungan tidak terkontaminasi
dengan kotoran atau dengan kata lain semen yang dihasilkan kualitasnya baik.
Pemberian pakan dan air minum pada ternak bertujuan
untuk pertumbuhan dan kebutuhan hidup pokok ternak. Pakan yang diberikan berupa
rumput segar dan kosentrat. Pemberian pakan kosentrat dilakukan satu kali dalam
sehari yaitu pada pagi hari pukul 08.00 WITA denga
jumlah 4 kg/ekor/hari dan ditambahkan molases secukupnya. Pemberian pakan ini didahului dengan pembersihan tempat pakan. Ruhyadi (2010) menyatakan bahwa pemberian kosentrat 1-1,5% dari
bobot badan. Tujuan dari pemberian kosentrat adalah untuk melengkapi
unsur nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak. Pemberian pakan konsentrat dilakukan sebelum proses sanitasi dengan
tujuan agar ternak lebih tenang pada saat proses sanitasi.
Pakan kosentrat
yang digunakan oleh Lembaga adalah pakan jadi dengan merek gemuk A. Kandungan nutrisi bahan pakan kosentrat (Gemuk A) tertera pada Tabel 4.
Tabel
4. Kandungan
Nutrisi Kosentrat (Gemuk A)
No
|
Komposis
|
%
|
1
|
Kadar
air
|
Maks
12
|
2
|
Protein
kasar
|
Min
14
|
3
|
Lemak
kasar
|
3-7
|
4
|
Serat
kasar
|
Maks
8
|
5
|
Abu
|
Maks
10
|
6
|
Kalsium
|
0,8-1,0
|
7
|
Phosphor
|
0,6-0,8
|
Sumber: PT. Japfa Comfeed Indonesia, 2014.
Dalam praktiknya
sehari-hari pemberian kosentrat (gemuk A) ini ditambahkan dengan bahan pakan
lain berupa dedak padi, wheat pollard, starbio
dan mineral sapi. Komposisi bahan pakan untuk ternak sapi Bali jantan yang
dilakukan tertera
pada Tabel 5.
Tabel
5. Komposisi Bahan Pakan Ternak Sapi Bali
Jantan
No
|
Bahan Pakan
|
Jumlah Pencampuran
|
Kebutuhan Pencampuran
|
Total Pecampuran
|
1
|
Dedak padi
|
25
|
X 8
|
200
|
2
|
Gemuk A
|
50
|
X 8
|
400
|
3
|
Starbio
|
0,25
|
X 8
|
2
|
4
|
Mineral sapi
|
1
|
X 8
|
8
|
5
|
Wheat polard
|
24
|
X 8
|
192
|
Jumlah
|
100,25
|
|
802
|
Sumber: UPT BIBD Baturiti Provinsi Bali, 2014
Penyusunan ransum pada Tabel 5 di atas hanya untuk kebutuhan selama 14 hari, dimana
pemberian pakan kosentrat tersebut sebanyak 4 kg/ekor/hari. Dari populasi 13 ekor ternak sapi jantan, maka jumlah konsentrat yang dihabiskan
selama 14 hari adalah = 728 kg, sedangkan
sisa konsentrat
sebanyak 74 Kg ditambahkan pada ternak yang kondisi tubuhnya kurus.
Hijauan segar yang diberikan kepada ternak sapi
adalah rumput raja dengan frekuensi pemberian dua kali dalam sehari yaitu pada pagi hari
pukul 10.00 WITA dan pada sore hari pukul 14.00 WITA dengan standar pemberian
sebanyak 50 Kg/ekor/hari. Jika dibandingkan antara jumlah pemberian hijauan dengan
rata-rata bobot badan sapi sebesar 603 Kg/ekor, maka jumlah pemberian ini hanya
sebesar 8,3% dari berat badan atau kurang dari yang disarankan oleh Ruhyadi
(2010) yakni 10%. Namun walaupun terjadi kekurangan pemberian hijauan dari
yang disarankan, sapi-sapi di UPT BIBD tetap menunjukan pertambahan berat badan
yakni rata-rata 29 Kg/ekor dalam kurun
waktu satu bulan (data pertambahan berat badan selama satu bulan tertera pada
lampiran 4). Kekurangan pemberian hijauan ini juga berdampak positif yakni
penghematan hijauan sehingga lebih menguntungkan dari segi ekonomi.
Selain pemberian
pakan juga memberikan jamu pada ternak dua kali dalam satu bulan dengan jumlah pemberian 286 ml/ekor/pemberian. Tujuan pemberian jamu ini adalah untuk meggantikan sel-sel yang sudah
rusak dalam tubuh ternak yang tidak bisa dipenuhi dari hijauan segar dan
meningkatkan libido. Jamu yang diberikan merupakan ramuan sendiri dengan menggunakan bahan dasar telur dan madu. Cara pembuatannya adalah telur dipecahkan dalam ember kemudian ditambahkan madu lalu dilanjutkan dengan proses pengadukan selama 2 – 4 menit sampai homogen. Komposisi dan jumlah bahan pembuat madu adalah 3600 ml (60 butir) telur dan 400 ml (4 botol) madu.
3.2.1 Penampungan
semen sapi Bali
Penampungan semen
merupakan salah kegiatan pokok yang dilakukan agar semen yang dihasilkan dapat
diproses menjadi semen beku. Untuk memperoleh kualitas semen yang baik dan
jumlah yang maksimal maka penanganan pejantan harus dilakukan
secara baik dan tepat. Semen merupakan
sejenis cairan kental yang dihasilkan oleh sel
kelamin jantan yang dikeluarkan secara normal melalui ejakulasi ke dalam saluran kelamin betina sewaktu kawin dan bisa
juga ditampung untuk digunakan dalam IB. Feradis (2010) mengemukakan bahwa semen adalah sekresi kelamin pejantan yang secara
normal diejakulasikan ke dalam saluran
kelamin betina sewaktu kopulasi dan dapat ditampung untuk keperluan IB.
Hal-hal
yang perlu disiapkan sebelum
melakukan penampungan adalah:
a)
Persiapan
pejantan
1.
Ternak
sapi yang akan ditampung semennya adalah yang
sudah dimandikan atau ternak yang sudah bersih
dari kotoran yang melekat pada tubuhnya.
2.
Salah
satu ternak sapi jantan yang
akan ditampung semennya, dijadikan sebagai pemancing (teaser) yang artinya satu ekor ternak sapi jantan di masukkan ke dalam kandang
jepit sebagai pengganti ternak betina.
3.
Bulu/rambut
sekitar prepotiumnya digunting ±
2 cm
b)
Vagina
buatan (VB)
Persiapan
utama terhadap VB adalah memasukkan air hangat ke dalam VB dengan suhu 40-45 oC agar menyerupai suhu dalam vagina ternak betina yang
sedang birahi. Suhu air dalam VB harus benar-benar diperhatikan karena apabila
suhu yang terlalu rendah tidak akan merangsang ejakulasi (Afiati, 2013). Jika
suhu dalam VB terlalu panas akan membunuh sperma dan menyakiti pejantan yang
menyebabkan trauma atau enggan melayani vagina buatan (Feradis, 2010)
c)
Pelaksanaan
penampungan
Penampungan semen dilakukan dengan menggunakan teaser, dimana setiap ternak yang akan ditampung semennya
diperlakukan teasing 3-4 kali untuk
meningkatkan libido. Setelah
selesai proses penampungan, ternak tersebut digiring kembali ke kandang. Setiap pejantan yang ada ditampung spermanya 2 kali dalam satu
minggu dan disesuaikan dengan jadwal penampungan.
3.2.2
Prosesing semen beku
Tahapan prosesing semen beku sapi Bali di dalam laboratorium terhadap semen segar hasil proses penampungan adalah pemeriksaan semen segar, pengenceran semen, priting straw, filling and
sealin, freezing, evaluasi post
thawing, dan penyimpanan semen beku. Adapun
kegiatan prosesing semen beku secara
terperinci dipaparkan sebagai berikut:
3.2.2.1
Pemeriksaan semen segar
Pemeriksaan semen segar yang dihasilkan dari
proses penampungan meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis
1)
Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan
makroskopis yaitu pemeriksaan semen yang secara garis besar tanpa memerlukan
alat bantu (mikroskop). Dalam pemeriksaan semen secara makroskopis, semen yang
baru selesai ditampung secepatnya dibawa ke laboratorium
melalui pintu khusus dan di
masukan dalam waterbath (suhu 32-35oC) sehingga suhu sperma
tetap terjaga. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis adalah pada aspek warna,
volume, bau, pH, dan kekentalan. Setiap semen
yang diperiksa dicatat
dalam buku catatan harian dan dievaluasi apakah semen tersebut memenuhi syarat
atau tidak untuk diproses lebih lanjut. Standar operasional pemeriksaan semen segar secara
makroskopis di
UPT BIBD adalah volume semen yang
dapat diproses rata-rata 5 cc dan minimal 3 cc, warna putih susu sampai krem,
pH 6-7, bau (khas sperma agak amis), kekentalan (kental). Apabila semen yang
dihasilkan tidak memenuhi standar yang ditentukan maka semen tersebut dibuang
dan pejantannya diperhatikan secara khusus (kesehatan dan pemberian pakan) agar
semen yang dihasilkan pada penampungan berikutnya dapat diproses lebih lanjut.
2)
Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis yaitu pemeriksaan semen yang lebih detail dan membutuhkan
alat bantu seperti mikroskop. Aspek-aspek yang diperhatikan dalam pemeriksaan secara mikroskopis adalah
melihat gerakan massa, motilitas/gerakan individu, dan
konsentrasi spermatozoa pada semen segar.
a.
Gerakan massa
Gerakan massa
merupakan gerakan bersama-sama spermatozoa yang
membentuk gelombang yang tebal atau tipis serta gerakan cepat dan lambat tergantung spermatozoa yang hidup di dalamnya (Afiati, 2013). Selama PKL
hal yang dapat menentukan apakah sperma tersebut layak
untuk diproses atau tidak adalah
gelombangnya. Standar gerakan sperma yang dapat diproses adalah 2 + dan 3 +. Proses pemeriksaan gerakan massa sperma adalah sperma diteteskan
di atas objek glass menggunakan pipet tetes
kemudian diamati di bawah mikroskop dengan
pembesaran 100 x.
Feradis (2010) menyatakan bahwa
penentuan kualitas semen berdasarkan penilaian gerakan massa adalah sebagai berikut:
Sangat baik (+++)
|
=
|
Terlihat
gelombang besar, banyak, gelap, tebal, dan bergerak cepat
|
Baik (++)
|
=
|
Terlihat
gelombang kecil, kurang jelas dan bergerak lamban
|
Lumayan (+)
|
=
|
Tidak
terlihat gelombang melainkan gerakan individual yag aktif progresif
|
Buruk (N)
|
=
|
Necrospermia (0): Sedikit atau tidak ada gerakan
individual yang bergerak
|
b.
Motilitas
Motilitas/gerakan individu semen adalah salah
satu cara untuk mengetahui persentase sperma hidup dalam setiap ml semen. Sesuai dengan pernyataan Afiati
(2013) bahwa motilitas merupakan satu-satunya cara penentuan kualitas
semen sesudah pengenceran sebagai ukuran kesanggupan membuahi pada saat
digunakan untuk IB. Penentuan persentase motilitas sperma dengan cara tafsiran dimana proses penentuannya adalah:
1.
Semen 10 ml dicampur dengan 400 ml pengencer andromed secara merata sampai homogen lalu diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 45 x 10.
2.
Sperma
yang dapat diproses lebih lanjut minimal motilitasnya 70% yang ditandai banyak
spermatozoa yang hidup dan jika
kurang dari 70% maka
akan dibuang
3.
Abnormalitas
sperma maksimal 10% dilihat dari gerakan spermatozoa, jika lebih dari 10% sperma tersebut dibuang atau tidak dipakai lagi.
c. Konsentrasi
spermatozoa
Perhitungan
konsentrasi spermatozoa yang dilakukan di UPT BIBD Baturiti menggunakan Photometer Sperma Cue SDM 5 (alat
penghitung konsentrasi spermatozoa secara otomatis). Prosedur untuk mengetahui jumlah konsentrasi spermatozoa
adalah: mencampurkan sperma segar
sebanyak 40 ml ke dalam cuvet yang berisi larutan NaCL (Natrium Clorida) 4cc,
kemudian cuvet tersebut di masukkan ke alat penghitung (Sperma cue). Konsentrasi sperma minimal adalah 700 juta,
jika kurang dari 700 juta tidak diproses lebih lanjut karena angka ini adalah salah
satu daya ukur kualitas semen yang berguna untuk menentukan jumlah betina yang
akan di IB
3.2.2.2 Pengenceran
semen
Pengenceran semen yang dilakukan adalah semen
yang telah dinyatakan memenuhi syarat (70% motilitas, konsentrasi 700 juta,
abnormalitas 10%). Pengenceran berfungsi sebagai penyedia zat-zat makanan
sebagai sumber energi bagi spermatozoa (Afiati, 2013). Dengan pengenceran maka dapat mempertahankan kehidupan spermatozoa selama
waktu yang diinginkan untuk dipakai.
Bahan pengencer yang pakai adalah Andromed
yang diproduksi oleh Minitub GMBH Jerman. Bahan pengencer Andromed yaitu bahan pengencer yang hanya ditambahkan dengan aquabides dengan perbandingan 1 : 4 (1 cc andromed,
4 cc aquabides).
Untuk setiap bahan pengencar yang digunakan harus mampu mempertahankan sperma
pada saat pembekuan dan mempertahankan daya hidup sperma.
Kandungan andromed terdiri dari froctosa,
glycerol, citric acid, buffers, phospholipids,
spectinomycin 30,0 mg, lincomycin 13,0
mg, tylosin 5,0 mg, dan gentamycin 25,0 mg.
Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah
pengencar yang diperlukan adalah:
Contoh:
Volume semen
= 5 cc
Motilitas = 70%
Konsentrasi =
1.200 (dalam juta)
Volume straw
= 0,25.
Prosesur pengenceran semen adalah sebagai
berikut:
1.
Menyiapkan
Tempat (gelas piala) yang bersih dan steril
2.
Pengencer di masukkan ke dalam gelas piala
dengan suhu 35 oC kemudian sperma di
masukkan secara perlahan-lahan dengan suhu yang sama
3.
Gelas piala yang berisi sperma dan
pengencer dihomogenkan dengan cara menggoyangkannya secara perlahan-lahan agar tidak tumpah keluar atau
untuk lebih cepat homogennya maka digoyang mengikuti pola angka 8.
4.
Sperma yang sudah homogen diperiksa kembali sebelum dilanjutkan dengan proses felling dan sealling atau dikemas dalam straw.
Penurunan kualitas semen maksimal 10% jika lebih dari 10% maka sperma tersebut
dibuang.
3.2.2.3
Printing straw (Pencetakan Straw)
Pencetakan straw yang
dilakukan bersamaan dengan waktu pengenceran setelah diketahui jumlah straw yang diperlukan. Warna mini straw
yang digunakan untuk printing
(dicetak) sapi Bali murni adalah warna merah sesuai dengan
standar yang ditetapkan secara nasional. Sebelum straw diisi atau dipakai untuk mengisi sperma, terlebih dahulu diberi keterangan pada straw seperti nama pejantan, kode
pejantan, tanggal produksi dan nama lembaga sehingga mudah diketahui
asal semen tersebut. Straw
yang telah diprinting (dicetak) dikeringkan dan disterilisasi menggunakan sterilisator straw (autoclave) selama 10-15 menit kemudian straw tersebut siap digunakan.
Contoh label pada semen beku ternak Sapi Bali Jantan di UPT BIBD Baturiti Provinsi Bali.
Keterangan:
Bulba kanta = Nama pejantan
N.018 = Kode bath
Kode N = Tahun
produksi
018 = Sperma
beku ke-18 yang dibuat dari sapi tersebut
10833 = Kode
pejantan yang artinya
1 = Kode untuk sapi Bali murni
08 = Tahun kelahiran pejantan
33 =
Sapi donor datang ke UPT BIBD urutan ke-33
3.2.2.4
Filling and Sealing (Pengisian semen dan pengepakan)
Proses filling and sealing dapat dilanjutkan jika
semen yang telah diencerkan dengan bahan pengencer memenuhi syarat. Proses
pengisian semen ke dalam straw dilakukan
dengan menggunakan alat otomatis (mesin filling and sealing). Mesin ini secara otomatis memasukkan semen ke dalam straw sebanyak 0,25 cc kemudian menutup
ujung straw dengan kapas. Sesuai
dengan pernyatan Feradis (2010), filling and sealing adalah proses
pengisian semen yang telah diencerkan dan penjepitan straw dengan menggunakan automatic
filling and sealing machine.
Prosedur
pelaksanaan filling
and sealing adalah sebagai
berikut:
1.
Masukkan straw yang telah diprinting
sesuai dengan nama pejantan yang diproses
2.
Operasikan mesin filling and sealing
3.
Tekan tanda stop jika sudah
selesai atau biarkan sampai mati sendiri
4.
Cek straw yang diisi dan kemudian tutup dengan sempurna, melakukan evaluasi quality dan quantity setelah filling and sealing serta
menghitung dengan rak penghitung, lalu melakukan pencacatan jumlah straw yang dihasilkan.
3.2.2.5
Proses Equilibrasi (Penurunan Suhu)
Equlibrasi adalah proses yang dilakukan untuk menurunkan
suhu dalam straw dengan cara straw dimasukkan ke dalam Cold Handling Cabinet segera setelah
proses filling and sealing. Straw yang kualitasnya bagus (terisi dan
tertutup dengan sempurna) dihitung dan disusun dalam rak penghitung straw. Rak penghitung straw yang ada di UPT BIBD Baturiti
Provinsi Bali memiliki kapasitas 70 buah dan 100 buah. Suhu yang
diperlukan dalam proses equilibrasi
dalam cold handling cabinet (cold top) adalah 3-6oC dengan
waktu selama 3-5 jam. Perinsip dalam proses equilibrasi dalam cold
handling cabinet (cold top) adalah tidak diperbolehkan untuk dibuka selama
waktu yang ditentukan karena dapat mempengaruhi perubahan suhu dan kualitas straw. Apabila waktu yang ditentukan
untuk proses aquilibrasi sudah
tercapai (5 jam) maka dilanjutkan dengan proses freezing
(proses pembekuan). Dalam proses equilibrasi hal yang sangat perlu diperhatikan adalah menghindari terjadinya kejutan dingin (cold shok) yang dapat menyebabkan
turunnya kualitas sperma yang berada dalam straw. Untuk menghidari hal tersebut
maka sperma dicampur dengan bahan pengencer. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere
(1993) dalam Afiati (2004) bahwa equilibrasi yaitu periode yang diperlukan
spermatozoa untuk menyesuaikan diri dengan bahan pengencer, sehingga pada waktu
pembekuan kematian spermatozoa yang berlebihan dapat dihindari dan kualitasnya
dapat dipertahankan semaksimal mungkin.
3.2.2.6
Freezing
(Proses pembekuan)
Proses pembekuan semen dilakukan dengan cara menempatkan straw yang telah diisi dengan semen di atas permukaan N2 cair dengan suhu – 1200C selama 15 menit agar sel spermatoza yang ada
dalam straw tetap terjaga
kelangsungan hidupnya. Jika kurang dari waktu yang ditentukan maka sel
spermatozoa yang ada didalam straw
kualitasnya kurang baik.
Proses freezing dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan automatic freezing dan dengan cara konvensional. Proses freezing yang dilakukan selama proses PKL adalah cara konvensional. Pada cara ini dua buah steyrofoam yang berisi dengan N2
cair setinggi 8 cm dari dasar steyrofoam dan besi penyangga di masukan dalam steyrofoam setinggi 12 cm
sehingga jarak straw dengan permukaan
N2 Cair ± 4 cm. Selanjutnya straw
ditempatkan di atas besi penyangga selama ± 10 sampai 15 menit lalu straw diangkat dan direndam dalam N2 cair. Tujuan straw yang direndam dalam N2 cair untuk mengetahui straw yang tidak terisi dengan semen. Apabila straw terapung di atas permukaan N2 cair berarti straw tersebut tidak berisi dengan
semen, begitu juga sebaliknya apabila straw
tenggelam dalam Nitrogen (N2 cair) berarti straw tersebut berisi dengan semen. Selanjutnya straw yang telah diidentifikasi berisi semen dipindahkan ke dalam goblet yang berisi N2 cair, sedangkan straw yang tidak berisi semen dibuang. Straw yang telah berada
dalam goblet kemudian
di masukkan dalam
kontainer penyimpanan dan siap di distribusi.
3.2.2.7
Evaluasi Post
Thawing
Post
thawing yang dilakukan setelah 24 jam kemudian dengan cara mengambil satu atau dua buah straw dari masing-masing bull dan di masukkan ke dalam air hangat dengan suhu 35-37oC selama
15-30 menit. Thawing menggunakan air
hangat adalah untuk menghindari bahaya cold shock pada straw.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Sayoko et al. (2007) dalam
WC Pratiwi (2008) bahwa thawing dengan menggunakan
air hangat akan memberikan hasil persentase spermatozoa
hidup lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan air sumur. Standar motilitas post thawing di UPT BIBD minimal 40%,
jika kurang dari 40% maka akan dibuang. Selanjutnya straw
yang berkualitas baik dengan motilitas lebih dari 40% akan disimpan di depo penyimpanan.
Tujuan dari post thawing adalah untuk mengetahui kelayakan semen beku tersebut untuk didistribusikan dan digunakan pada proses IB.
3.2.2.8 Penyimpanan
Semen Beku
Semen beku disimpan di dalam
container yang berisi N2 cair dengan
suhu –196oC untuk mempertahan fertilisasi optimal dengan
penghambatan semua aktivitas yang penting dalam sel spermatozoa dan memudahkan pengambilan
saat didistribusi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
penyimpanan semen beku dalam container antara lain:
1.
Mengecek
dan mengukur N2 cair
Proses
pengecekkan dan pengukuran N2 cair dalam container menggunakan mistar ukur dengan cara memasukkan mistar ukur tersebut ke dalam container sampai
bagian dasar selama 6-10 detik, kemudian mistar ukur diangkat untuk mengetahui bagian yang memutih seperti es dan sebagai patokan
penyimpanan semen tersebut. Patokan agar semen aman dalam proses penyimpanan
adalah ketika bagian yang memutih dari
mistar ukur tersebut adalah 50 cm atau posisi N2 cari
melebihi gablet yang ada dalam
container atau sampai pada leher
container.
2.
Menambah
dan mengisi N2 cair
Selama kegiatan PKL, N2 cair yang
sisa dari proses freezing dalam steyrofoam di masukkan ke dalam
container menggunakan corong karet agar tidak tertumpah keluar.
3.
Cara
penyimpanan semen beku dalam container
Penyimpanan semen
beku dilakukan dengan cara semen beku yang dikemas dalam straw disimpan dalam goblet yang berisi N2 cair, kemudian goblet tersebut dimasukan di canister dan selanjutnya canister tersebut disimpan dalam container.
Spermatozoa yang berada dalam straw
yang ditempatkan dalam canister dianjurkan permukaan N2 cair
dalam container selalu dijaga agar
seluruh straw yang berada di dalam Canister terendam dalam N2 cair sehingga sel spermatozoa dapat bertahan hidup bertahun-tahun sebab dengan penyimpanan dalam suhu
-196oC sel spermatozoa tidak aktif.
3.3
Pemeliharaan Ternak Babi
Pemeliharaan ternak
babi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk meghasilkan semen cair serta mendapatkan
anak babi yang sehat untuk dijadikan bibit. Untuk menunjang keberhasilan
pemeliharaan ternak babi tersebut, UPT BIBD Baturiti melakukan beberapa
kegiatan diantaranya sanitasi kandang dan ternak, pemberian pakan, dan
penanganan kesehatan.
Sanitasi kandang dan ternak merupakan salah
satu kegiatan untuk mencegah masuk dan berkembangnya bibit penyakit. Kandang yang kotor dapat menimbulkan bibit penyakit
sehingga ternak mudah terserang penyakit. Oleh karena itu kandang harus perlu
dijaga kebersihannya dengan cara melakukan sanitasi. Menurut Luthan (2012),
sanitasi merupakan
suatu penataan kebersihan yang mempunyai
tujuan untuk meningkatkan
atau mempertahankan keadaan yang
sehat bagi ternak di dalam kandang dan sekitar kandang.
Kegiatan sanitasi kandang dan ternak babi dilakukan satu kali sehari yaitu hanya pagi hari yang dimulai pada pukul 08.30. Sanitasi dilakukan dengan cara feses ternak di keluarkan dari dalam kandang menggunakan skop kemudian
ditaruh disaluran pembuangan dan kadang kala
juga ditaburi dilahan hijauan makanan ternak. Selanjutnya dilakukan sanitasi ternak dengan cara menyirami seluruh tubuh ternak dengan air dan menyikat daerah yang kotor.
Pemberian pakan dilakukan dua kali dalam sehari
yaitu pagi hari pukul 08.00 WITA sebelum melakukan sanitasi
kandang dan sore hari pukul 15.00
WITA. Jumlah
pakan yang diberikan tergantung pada umur dan fase hidup setiap ternak dengan
rincian sebagai berikut:
Ø Anak babi lepas sapih = 0,5-1 kg/ekor/hari
Ø Induk menyusui = 1-1,5 kg/ekor/hari
Ø Induk bunting =
1-1,5 kg/ekor/hari
Ø Induk =
3 kg/ekor/hari
Ø Pejantan = 4
kg/ekor/hari
Pakan yang
diberikan kepada ternak babi adalah pakan yang dicampur sendiri dalam bentuk kering, sedangkan
pemberian air minum secara add libitum
yang tersedia menggunakan nippel. Komposisi bahan penyusun ransum dan kandungan gizi tertera pada Tabel 6.
Tabel
6. Komposisi bahan penyusun ransum dan kandungan gizi Ternak Babi di UPT BIBD Baturiti.
No
|
Nama Bahan
|
PK
|
Klr
|
KNT %
|
NP
|
NK
|
Hg/kg
|
NH
|
1
|
Dedak Padi
|
11
|
16,5
|
62,75
|
6.9025
|
10.35375
|
2.000
|
125.500
|
2
|
Dedak Jagung
|
-
|
-
|
10
|
-
|
-
|
3.000
|
30.000
|
3
|
Wheat Pollard
|
12
|
14,5
|
10
|
12
|
1.45
|
3.000
|
30.000
|
4
|
Kosentrat 152
|
37
|
16
|
16
|
5.92
|
2.56
|
6.700
|
107.200
|
5
|
Star Bio
|
-
|
-
|
0.25
|
-
|
-
|
15.000
|
3.750
|
|
Mineral D 10
|
-
|
-
|
1
|
-
|
-
|
4.000
|
4.000
|
Jumlah
|
|
|
100
|
14.0225
|
14.36375
|
-
|
300.450
|
Sumber: UPT
BIBD Baturiti Provinsi Bali (2014)
Keterangan: PK = Protein kasar
Klr =
Kalori
KNT =
Kuantitas atau jumlah pemberian
NP =
Nilai protein
NK =
Nilai kalori
HG =
Harga
NH =
Nilai harga
3.4
Prosesing Semen Cair Ternak Babi
Prosesing semen cair ternak babi terdiri dari beberapa kegiatan yakni persiapan
pejantan, persiapan alat tampung, pelaksaan penampungan semen, pemeriksaan
semen segar secara makroskopis dan mikroskopis, pengenceran semen (penyiapan bahan
pengencer dan pengenceran semen), evaluasi semen, pengolahan semen, pengepakan
(packing), dan labeling.
3.4.1
Persiapan Pejantan
Tahapan ini dimulai
dengan mencatat nama pejantan yang akan ditampung semennya dalam buku catatan
harian. Selanjutnya pejantan tersebut dimandikan sampai bersih kemudian bulu di daerah prepotium
dipotong agar tidak tertarik bersamaan
saat melakukan rangsangan karena dapat menimbulkan rasa
sakit pada penis pejantan saat penampungan.
3.4.2
Persiapan Alat Tampung
Beberapa peralatan yang
disiapkan untuk proses penampungan adalah kain kasa,
corong karet, gelas erlenmeyer 100
ml, gelas tampung yang terbuat dari pipa, gunting, dan karet.
Langkah kerja dari persiapan/pemasangan alat
tampung ini yaitu:
1.
Siapkan alat dan bahan penampungan
semen babi
2.
Tabung erlenmeyer di masukkan
ke dalam
gelas tampung kemudian ditutup dengan penutup gelas tampung dan dilanjutkan
dengan memasukkan corong karet di
atas gelas tampung
3.
Di atas corong karet
dilapisi/ditempati dengan kain kasa yang berukuran ± 7 cm sebanyak 2 lembar yang berfungsi untuk
menyaring sperma.
4.
Apabiala kain kasa sudah
terpasang maka kain tersebut diikat dengan karet yang sudah disiapkan agar tidak terlepas dari
ikatan gelas tampung dan
selanjutnya di masukkan
ke dalam ruangan tampung lewat pintu khusus.
3.4.3
Pelaksanaan Penampungan Semen
Untuk mempermudah proses penampungan semen pada ternak babi maka harus menggunakan Dummy
(Patung/boneka). Dalam proses penampungan, pejantan yang masih dalam proses
pelatihan akan menggunakan dummy yang bisa dipindah-pindah sesuai kemauan pejantan, sedangkan
pejantan yang sudah terlatih menggunakan Dummy
yang otomatis (tidak bisa dipindah-pindah). Hal penting yang perlu diperhatikan
dalam proses penampungan semen adalah tidak boleh memakai
cicin atau memiliki kuku yang panjang karena dapat mengakibatkan rasa sakit pada alat kelamin pejantan
baik yang sudah terlatih maupun masih dalam proses dilatih. Hal penting lain dalam penampungan semen adalah memegang penis dengan kuat menggunakan 3 jari tangan agar tidak
terlepas. Langkah
kerja untuk penampungan semen babi adalah
sebagai berikut:
1.
Ternak jantan digiring dari kandangnya ke ruangan
penampungan semen
2.
Setelah ternak jantan dalam
ruangan penampungan semen diarahkan
atau dengan sendirinya menaiki Dummy
3.
Apabila pejantan lama menaiki Dummy, maka dilakukan rangsangan tubuh
terutama pada daerah scrotum dan penisnya dengan cara massage sampai penisnya keluar.
4.
Penis yang
keluar tersebut ditangkap dan ditarik secara perlahan-lahan
5.
Penis
dipegang dengan kuat sehingga tidak terlepas dan pada waktu bersamaan dilakukan rangsangan pada ujung penis dengan menggunakan jari kelingking.
6.
Gelas tampung didekatkan pada
ujung penis pada saat terjadi ereksi karena pada saat itu ternak akan tenang dan
mengeluarkan semen.
7.
Selama proses penampungan cairan bening
pertama yang keluar langsung dibuang karena tidak mengandung sperma dan apabila
cairan sudah berwarna putih maka baru ditampung dalam gelas tampung
8.
Penampungan semen bisa berlangsung 7-10 menit
dengan volume sperma yang
dihasilkan 200-300 cc sekali ejakulasi.
9.
Semen yang telah ditampung dimasukkan ke dalam laboratorium
melalui pintu khusus untuk dievaluasi dan diproses lebih lanjut
3.4.4
Pemeriksaan semen dan evaluasi semen segar
Setelah semen ditampung secepatnya di masukkan ke dalam laboratorium
untuk dilakukan pemeriksaan, baik secara
makroskopis maupun mikroskopis
untuk selanjutnya dicatat dalam buku catatan harian.
a.
Evaluasi semen secara makroskopis
Semen yang datang
dari ruang tampung dilihat warna, bau semen, volume setelah
itu di
masukkan ke dalam gelas ukur untuk mengukur
semen murni yang didapatkan kemudian dicatat dalam buku
catatan harian untuk dievaluasi.
b.
Evaluasi semen secara mikroskopis
Pemeriksaan semen ternak babi secara mikroskopis yang
dilakukan sama halnya dengan pemeriksaan semen beku sapi
Bali yaitu dengan melihat gerakan massa dan motilitas/gerakan individu semen
segar. Standar gerakan massa yang dapat diproses lebih lanjut adalah 2+ dan 3+
sedangkan penilaian motilitas serta konsentrasi semen untuk mengetahui berapa
persen spermatozoa yang hidup dalam satu ml semen. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyuningsih (2013) bahwa penilaian konsentrasi
sangat penting untuk
menentukan jumlah pengenceran semen dan penilaian motilitas yang
merupakan daya gerak
individu sperma digunakan
sebagai ukuran kesanggupan sperma
untuk membuahi sel telur.
Cara menilai motilitas semen yang dilakukan
adalah dengan
mengambil satu tetes semen menggunakan pipet tetes kemudian ditempatkan diatas
objek glass dan ditutup dengan cover glass lalu diamati dibawah mikroskop
dengan pembesaran 40 x. Semen yang dapat diproses lebih lanjut adalah yang memiliki persentase
motilitas minimal 60%. Jika kurang dari 60% maka semen tersebut
dibuang.
Semen segar yang dihasilkan dari penampungan
dievaluasi terlebih dahulu pada laboratorium secara makroskopis (warna, bau,
dan volume) dan mikroskopis (gerakan massa, dan motilitas serta konsentrasi).
Menghitung konsentrasi semen segar menggunakan alat otomatis (Sperma Cue) dengan cara semen diambil
dari dalam gelas ukur menggunaka spoid 3 ml lalu diteteskan kedalam control cuvette.
3.4.5
Pengenceran Semen
Pengenceran semen merupakan salah satu cara
untuk memperbanyak volume semen dan memperpanjang daya hidup spermatozoa.
Tujuan pengenceran semen adalah sebagai penyedia nutrisi dan memberi
perlindungan terhadap spermazoa. Rosmaidar,
(2014) menyatakan bahwa pengenceran semen bertujuan
untuk menyediakan sumber energi bagi spermatozoa sehingga menjamin kelangsungan
hidup spermatozoa selama penyimpanan atau
pembekuan.
Sebelum melakukan
pengenceran semen terlebih dahulu disiapkan bahan pengencer. Bahan pengencer yang dipakai di UPT BIBD
Baturiti adalah bahan pengencer instan yaitu Bestvile Thawing Solution (BTS) yang ditambahkan dengan aquabides
dengan perbandingan 1000 ml aquabides berbanding 50 gram BTS.
Kandungan yang ada dalam BTS adalah sebagai
beriukut: Glucosa 37,15 gram, Tri Sodium Citrate 1,25 gram, Edta Disodium Salt 1,25 gram, Sodium
Hidrogencarbonate 1,25 gram, Potassium Chloride 0,75 gram, Sodium
Penicillin 0,60 gram, dan streptomycin sulphate 1 gram.
Langkah-langkah pembuatan pengecer antara
lain:
1.
Air yang sudah disuling (aquabides) di masukkan ke dalam gelas erlenmeyer sebanyak 1000 ml dan BTS ditimbang menggunakan alat timbang sebanyak 50 gram.
2.
BTS bersama air di masukkan ke dalam gelas erlenmeyer yang sudah disiapkan secara belahan-lahan kemudian ditutupi dengan
aluminium foil
3.
Gelas elenmeyer yang sudah diisi
dengan BTS dan aquabides digoyang-goyang secara berlahan hingga campuran tersebut secara merata.
4.
Setelah
homogen, cairan tersebut dimasukkan ke dalam waterbath
5.
Thermometer dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer yang berisi larutan BTS
selama 10-15 menit hungga mencapai suhu 37oC
Pengenceran semen dapat dilakukan apabila semen telah melewati
pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis dan memenuhui syarat yang sudah
ditentukan.
Standar perbandingan motilitas, volume tampung dan pengencer
semen ternak babi yang dipakai adalah:
Motilitas 60% = 1:1
Motilitas 65% = 1:2
Motilitas 70% = 1:3-1:4
Contoh:
Volume tampung = 250 cc
Motilitas = 65%
Rumus
yang dipakai:
3.4.6
Pengisian Semen
Pengisian semen
merupakan salah satu tindakan yang dilakukan untuk menjaga kualitas semen
sebelum digunakan. Tujuan pengisian semen dalam kemasan adalah agar semen tersebut mudah dalam proses
pendistribusian. Pengisian semen dimulai dengan mempersiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan antara lain rak semen, alat packing, botol tube, tisu, dan
kertas label. Selanjutnya dilakukan pengisian semen dengan cara semen di masukkan ke dalam botol-botol tube yang berukuran 80 cc dan diletakkan
sementara di dalam rak semen. Setelah proses pengisian selesai, botol tube diambil satu persatu untuk di press dengan terlebih dahulu membersihkan ujung
botol tube dengan kain tisu. Botol tube di masukkan ke alat packing
kemudian ditekan dengan kuat hingga daya rekatnya kuat. Proses ini diulangi 3
kali agar kuat dan tidak bocor.
3.4.7
Labeling
Labeling semen diperlukan untuk mengetahui
alamat kantor, jenis/bangsa, nama pejantan, tanggal dilaksanakan penampungan
dan tanggal kedaluwarsaan, dan aturan pakai semen. Proses
labeling dilakukan setelah pengisian semen ke dalam botol tube yang telah
disediakan. Pelabelan dilakukan dengan cara menempel kertas label pada botol
tube yang sudah dipress dan berisi sel spermatozoa kemudian botol tube yang
telah diberi labeling siap dipasarkan.
3.4.8
Penyimpanan Semen
Semen yang belum dimanfaatkan pada hari
prosesing harus disimpan pada ruangan yang bersuhu 10-20oC (dalam
kulkas pada rak pintu bagian bawah pada posisi 0-1). Semen yang disimpan harus
digoyangkan berlahan-lahan dua kali setiap hari (pagi dan sore hari) agar
kualitasnya tidak menurun. Semen cair dengan bahan pengencer betsvile thawing solution (BTS) dapat
disimpan selama 3 hari tanpa terjadi penurunan kualitas semen yang berarti. Jika dalam waktu 3 hari semen tersebut masih
belum dipakai maka semen tersebut tidak dapat digunakan lagi.
BAB V
PENANGANAN
HASIL
4.1
Produksi UPT BIBD
Hasil produksi utama UPT BIBD Baturiti
Provinsi Bali adalah semen beku sapi Bali dan semen cair ternak babi. Selain itu juga dihasilkan bibit ternak babi.
4.2
Pemasaran
Wilayah pemasaran semen
beku sapi Bali dan semen cair babi dijual dalam pulau Bali dan diluar pulau
Bali. Harga jual dari semen beku sapi Bali dan semen cair ternak babi berbeda antara di dalam pulau Bali
di luar ulau Bali.
Semen beku sapi Bali
dijual denan Rp.4.000/straw di pulau Bali sedangkan diluar pulau Bali (NTT,
Lombok, Bima) dijual dengan harga Rp.5.000/straw. Semen cair babi dalam pulau Bali dijual dengan harga Rp.
12.000/botol tube dan di luar pulau Bali Rp. 15.000/botol
tube.
BAB V
PENUTUP
1.1
Kesimpulan
Berdasarkan uraian mengenai tatalaksana di UPT BIBD dalam prosesing
semen beku sapi Bali dan semen cair babi dapat disimpulkan bahwa prosesing semen yang dilakukan
sudah mengikuti standar operasional sehingga kualitas semen yang dihasilkan baik
1.2
Saran
Disarankan kepada UPT BIBD Baturiti Provinsi
Bali perlu adanya timbangan pakan agar dapat melakukan penimbangan pakan sebelum diberikan kepada ternak.
Selain itu sebaiknya untuk ternak babi
jantan jika memiliki kualitas semen yang kurang baik dalam 2-3 kali penampungan
disarankan untuk diafkir atau dijual.
DAFTAR
PUSTAKA
Afiati,
E. K. (2004). Perbaikan Teknik Pembekuan Sperma Pengaruh Suhu Gliserolisasi dan
Penggunaan Kaset Straw. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Afiati,
F. (2013). Pembibitan Ternak dengan
Inseminasi Buatan. Penebar Swadaya. Jakarta.
BIBD,
U. (2014a), BIBD, U. (2014b), dan BIBD, U.
(2014c). Penampungan Semen pada
Ternak Sapi Bali, Profil UPT BIBD, dan Standar Operasional Prosedur Pembuatan
Semen Beku. Dinas Peternakan Provinsi Bali. Bali.
Fikar, S.
(2010). Buku Pintar Beternak dan
Bisnis Sapi Potong. Agromedia. Jakarta
Feradis.
(2010). Bioteknologi Reproduksi pada
Ternak. Alfabeta. Bandung
Luthan,
F. (2012). Pedoman Penataan Budidaya Ternak Babi Ramah Lingkungan. http//www.isage.org. (02 Agustus 2014).
Ruhyadi,
S. F. (2010). Beternak dan Bisnis Sapi
Potong. Agromedia. Jakarta
Rosmaidar, Hasan AL. A dan Dasrul. (2014).
Pengaruh Penambahan Vitamin C dalam Pengencer Andromed Terhadap Persentase
Motilitas dan Membran Plasma Utuh Spermatozoa Sapi Aceh Setelah Pembekuan. Medika
Veterinaria Vol. 8. http://jurnalkedokteranhewan.net/list_exp.html?id=23. (23 Juli 2014).
Wahyuningsih, A. (2013). Pengaruh Umur Pejantan dan Frekuensi
Penampungan Terhadap Volume dan Motilitas Semen Segar Sapi Simmental di Balai
Inseminasi Buatan Lembang. Jurnal Ilmiah Peternakan. http://www.google.co.id. (15 Juli
2014).
WC
Pratiwi, L. A. (2008). Pengaruh Lama
Thawing terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin dan Brahman. http://www.google.co.id. (27 Juli
2014).
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Langkah-langkah penampungan semen segar
ternak sapi Bali jantan
Gambar a. Persiapan
pemancing (teaser) pada kandang
jepit
|
Gambar b. Pejantan
diiringi mendekat
teaser
|
Gambar d. Penampungan
semen
|
Gambar c. Teasing
pejantan 2-3 kali sebelum ditampung agar libidonya tinggi (optimal)
|
Lampiran 2. Pemeriksaan semen segar ternak sapi Bali jantan
Gambar a. Semen
segar diserahkan kepetugas leb melalui tempat khussus
|
Gambar b. Pemeriksaan
semen segar secara makroskopis (warna, pH,
volume, kekentalan
|
Gambar d. Perhitungan
konsentrasi spermatozoa dengan Photometer Spermacue SDM5
|
Gambar c. Pemeriksaan
semen segar secara mikroskopis (gerakan massa, konsentrasi, motilitas)
|
Lampiran 3. Alat dan bahan dalam prosesing semen beku
sapi Bali jantan
Gambar b. Pelaksanaan
equilibrasi dalam cold handling cabinet (cold top)
|
Gambar a. Bahan
pengencer menggunakan Andromed produksi Minitube Jerman
|
Gambar d. Proses pembekuan (freezing) semen secara konvensional
dengan memasukan straw kedalam strrafoam yang berisi N2 cair
|
Gambar c. Mesin
pencetak straw (printing straw)
menggunakan komputer
|
Gambar f. Pengisian
straw dalam kontainer
|
Gambar e. Mengukur
N2 cair dalam kontainer untuk menghindari terjadinya kekurangan
|
Lampiran 4. Nama-nama pejantan serta bobot badan yang ada di UPT BIBD Baturiti
Provinsi Bali
NO
|
NAMA BULL
|
KODE
|
TANGGAL
|
|
10/05/2014
|
10/06/2014
|
|||
1
|
METRO
|
19903
|
578
|
596
|
2
|
ARIKUTA
|
19908
|
556
|
618
|
3
|
BANUARSA
|
10017
|
540
|
546
|
4
|
BRANI
|
10321
|
603
|
618
|
5
|
MERTASARI
|
10424
|
565
|
590
|
6
|
NITIH
|
10525
|
565
|
596
|
7
|
ARJUNA
|
10630
|
567
|
594
|
8
|
SADEWA
|
10630
|
570
|
602
|
9
|
BLANDAR
|
10392
|
605
|
648
|
10
|
BULBA KANTA
|
10833
|
640
|
654
|
11
|
BUWANA MERTA
|
10934
|
550
|
614
|
12
|
BUNGA MANTA
|
10935
|
563
|
582
|
13
|
TENDAYU
|
10936
|
558
|
580
|
Jumlah
|
7460
|
7838
|
||
Rata-rata BB
|
574 kg
|
603 kg
|
Lampiran 5. Langkah-langkah penampungan semen cair ternak babi
Gambar a. Persiapan
alat tampung
|
Gambar b. Alat
tampung diserahkan kepetugas penampungan melalui tempat khusus
|
Gambar e. Penampungan
semen segar ternak babi
|
Gambar d. Melakukan
rangsangan pada penis
|
Gambar c. Pemacing buaatan (Dummy)
|
Lampiran 6. Alat daan bahan yang digunakan pada prosesing
semen cair ternak babi
Gambar b. Bahan
pengencer menggunakan BTS (Bestville
Thawing Solution)
|
Gambar a. Timbangan
satuan gram untuk meninbang jumlah BTS yang akan campur dengan aquades
|
Gambar d. Botol
tube yang telah diisi dengan semen untuk sementara disimpan di rak penyimpanan
|
Gambar c. Perhintungan konsentrasi menggunakan
SpermaCue
|
e f
Gambar e. Botol
tube dipres 3 kali agar kuat dan tidak bocor
|
Gambar f. Botol
tube diberi label dan siap dipasarkan
|
Lampiran 7. Nama-nama Ternak Babi Jantan di UPT BIBD Baturiri Provinsi Bali
No
|
Nama Pejantan
|
Bangsa /Ras
|
Tgl lahir
|
Asal
|
Umur (bulan)
|
BB (kg)
|
1
|
Paku aji box .02
|
Duroc
|
27-03-2010
|
Baturiti
|
50
|
272
|
2
|
Sebatu
|
Landrace
|
28-02-2012
|
Teglalang
|
27
|
258
|
3
|
Subang .01
|
Landrace
|
21-04-2012
|
Bangli
|
25
|
152
|
4
|
Subang .02
|
Landrace
|
21-04-2012
|
Bangli
|
25
|
157
|
5
|
Bar Junior
|
Landrace
|
15-02-2012
|
Baturiti
|
27
|
156
|
6
|
Pit Chapet .01
|
Duroc
|
12-11-2010
|
Petang
|
54
|
231
|
7
|
Paku Aji Box.01
|
Duroc
|
27-03-2010
|
Baturiti
|
50
|
265
|
8
|
Bar Hemma JR
|
Landrace
|
15-02-2012
|
Baturiti
|
27
|
162
|
9
|
Bar Sebatu JR
|
Landrace
|
24-09-2013
|
Baturiti
|
8
|
112
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar