Senin, 15 September 2014

laporan praktik kerja lapang tentang ternak babi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar belakang
Keberhasilan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) pada ternak sangat tergantung dari kualitas dan kuantitas semen yang digunakan. Teknik IB yang umum digunakan adalah menggunakan semen beku pada ternak sapi dan semen cair pada ternak babi. Dalam proses pembuatan semen beku nutrisi yang terdapat pada pengencer yang digunakan sangat berperan penting untuk melindungi spermatozoa saat proses penurunan suhu agar tidak terjadinya kejutan dingin pada spermatozoa. Fikar, (2010) menyatakan bahwa IB merupakan salah satu teknik perkawinan buatan dengan menggunakan semen dari pejantan yang telah diseleksi dan tanpa adanya kehadiran pejantan secara langsung dengan tujuan untuk memperoleh ternak yang unggul dari segi kualitas maupun kwantitas serta menghindari perkawinan sedarah (inbreeding) dan menghindari penularan penyakit
Dalam pelaksanaan IB, petugas inseminasi/inseminator haruslah orang yang memiliki keterampilan melakukan IB. Keterampilan tersebut dapat diperoleh dengan  mengikuti pelatihan-pelatihan pelaksanaan IB.
Politeknik Pertanian Negeri Kupang (PPNK) merupakan salah satu lembaga pendidikan tinggi vokasi yang menghasilkan tenaga terampil. Membekali mahasiswa melalui kegiatan praktek kerja lapang (PKL) baik di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) maupun diluar Provinsi NTT yang pada akhir memperoleh motivasi dan menciptakan tenaga terampil yang profesional untuk berusaha dalam bidang peternakan, termasuk dalam bidang IB.

1.2         Tujuan dan kegunaan
1.2.1        Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan PKL ini yaitu:
1.      Mengetahui manajemen pemeliharaan ternak sapi jantan (bull) maupun ternak babi
2.      Menigkatkan pemahaman mengenai tahapan-tahapan prosesing semen beku ternak sapi jantan dan semen cair ternak babi sampai pada tahap penyimpanan
3.      Mendapatkan motivasi berusaha dalam bidang peternakan

1.2.2        Kegunaan
Adapun kegunaan dari kegiatan PKL adalah: menambah wawasan pengetahuan bagi mahasiswa tentang pemeliharaan ternak sapi jantan (bull) maupun ternak babi  dan tahapan-tahapan proses pembuatan semen beku ternak sapi dan semen cair ternak babi







1.3         Lokasi dan waktu
Kegiatan PKL berlangsung di Unit Pelaksana Teknis Balai Inseminasi Buatan Daerah (UPT BIBD) Provinsi Bali yang terletak di Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali selama 43 hari yakni dari tanggal 27 April sampai dengan 12 Juni 2014.

1.4         Metode pelaksanaan
Metode yang digunakan penulis dalam kegiatan PKL adalah pengamatan langsung di lapangan (observasi) berkaitan dengan prosesing semen beku ternak sapi jantan dan prosesing semen cair ternak babi, wawancara dan diskusi dengan pihak BIBD, terlibat langsung dalam prosesing semen beku ternak sapi Bali dan semen ternak babi, dan studi pustaka sebagai pembanding.










BAB II
KEADAAN UMUM UPT BIBD

2.1         Sejarah UPT BIBD
Unit Pelaksanaan Teknis Balai Inseminasi Buatan Daerah (UPT BIBD) dirintis dengan nama awalnya adalah UPT Peternakan berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor. 4 Tahun 2002 dan merupakan penggabungan dari beberapa UPT yang telah berdiri sebelumnya antara lain UPT Inseminasi Buatan, UPT Hijauan Makanan Ternak, dan UPT Laboratorium Kesehatan Hewan. Pada saat itu UPT peternakan dibentuk sebagai tindak lanjut dari dukungan pusat dalam rangka desentralisasi sebagian urusan pelayanan IB kepada daerah.
Sejalan dengan kebijakan Pemerintah Provinsi Bali untuk mempertahankan daerah Bali sebagai sumber sapi Bali murni yang merupakan plasma nutfah, maka upaya pengembangan dan pemurnian terus dilakukan untuk peningkatan mutu genetik melalui penerapan bioteknologi IB, untuk memberikan pelayanan IB secara optimal maka dibangun UPT ini dengan salah satu tugas pokoknya memproduksi semen beku Sapi Bali murni secara kontinyu dan berkualitas.
Sesuai dengan perubahan struktur kelembagaan pemerintah provinsi Bali, maka berdasarkan Perda Nomor 2 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Peternakan Provinsi Bali nomenklatur untuk UPT peternakan berubah menjadi UPT Balai Pembibitan Ternak dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur Nomor 50 Tahun 2008 tentang rincian tugas pokok dan fungsi menjadi lebih efektif dan di tahun 2012 Struktur Organisasi dan tata kerja Dinas Peternakan Provinsi Bali UPT Balai Pembibitan Ternak berubah nomenklaturnya menjadi UPT Balai Inseminasi Buatan.
Visi UPT BIBD Dinas Peternkan Provinsi Bali adalah terwujudnya peningkatan mutu genetik ternak berbasis sumber daya lokal menuju Bali mandara (mandiri, aman, damai, sejahtra). Untuk mewujudkan visi tersebut maka UPT BIBD menetapkan enam misi yang harus dilaksanakan sebagai berikut: 1) memproduksi semen beku sapi Bali murni; 2) menyiapkan bibit unggul sapi Bali; 3) mengembangkan bioteknologi yang efektif dan efesien; 4) meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dibidang bioteknologi; 5) menyediakan sarana dan prasarana dan melaksanakan pelayanan IB; dan 6) melestarikan plasma nulfah sapi Bali dan sumberdaya peternakan lainnya.

2.2         Lokasi UPT BIBD
UPT BIBD terletak di Banjar Pekarangan Desa Baturiti Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan Provinsi Bali dengan memiliki batasa-batasa wilayah sebagai berikut:
1.        Sebelah selatan berbatasan dengan Banjar Batunya
2.        Sebelah utara berbatasan dengan Banjar Titigalar
3.        Sebelah barat berbatasan dengan Banjar Baturiti Kaja
4.        Sebelah timur berbatasan dengan Banjar Taman Tanda


2.3         Organisasi
Suatu lembaga pemerintahan dapat berjalan dengan baik dan terkontrol jika memiliki struktur organisasi yang jelas. Setiap kegiatan yang dilaksanakan tentunya akan disesuaikan dengan tanggung jawab masing-masing. UPT BIBD Dinas Peternakan Provinsi Bali merupakan suatu lembaga pemerintahan yang telah dilengkapi dengan struktur organisasi yang jelas untuk melaksanakan program IB, memproduksi Semen Beku sapi dan Semen Cair babi, distribusi semen, menyiapkan sumberdaya dan pelaksanaan IB dan memiliki struktur organisasi yang jelas.
Struktur organisasi UPT BIBD Baturiti Provinsi Bali ditetapkan melalui peraturan Gubernur Nomor 98 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Rincian Tugas Pokok Unit Pelaksana Teknis dilingkungan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali. Bagan struktur organisasi UPT Balai Inseminasi Buatan Daerah Provinsi Bali dapat tertera pada gambar 1.







Keterangan: Gambar Struktur Organisasi UPT BIBD Baturiti
Tugas Pokok dan Fungsi UPT BIBD Baturiti yang ditetapkan peraturan Gubernur Nomor 98 Tahun 2011 adalah sebagai berikut:
1.         Melaksanakan program inseminasi buatan  untuk meningkatkan mutu genitik ternak
2.         Memproduksi semen dan distribusi semen
3.         Melaksanakan pengawasan produksi dan distribusi semen serta pelaksanaan inseminasi buatan
4.         Menyiapkan sumberdaya dan kelembagaan pelaksanaan inseminasi buatan

2.4         Ketenagakerjaan
Keseimbangan antar pendidikan dan pengalaman kerja merupakan hal yang mempengaruhi kualitas pelayanan suatu lembaga pemerintahan. Tersedianya tenaga kerja yang memiliki pendidikan dan pengalaman kerja tentunya akan memberikan sumbangan pada kemajuan suatu lembaga tersebut. Jumlah pegawai yang ada di UPT BIBD Dinas Peternakan Provinsi Bali sebanyak 41 orang dengan jenjang pendidikan bebeda-beda. Adapun tenaga kerja tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Tenaga Kerja di UPT BIBD Provinsi Bali Tahun (2014)
No
Jenjang pendidikan
Status kepegawaian
PNS Organik
Kontrak
1
Pasca Sarjana ( S2 )
1
-
2
Sarjana ( S1 )
10
-
3
SMA
20
10
Jumlah
31
10
Sumber: UPT BIBD Provinsi Bali Tahun (2014)


2.5         Fungsi sosial
Lembaga ini memiliki fungsi sosial sebagai berikut:
1.    Sebagai tempat magang atau tempat praktik bagi mahasiswa yang melakukan PKL
2.    Sebagai tempat menyediakan bibit ternak yang bermutu dan melaksanakan pelayanan IB kepada masyarakat
3.    Sebagai tempat produksi/penyediaan semen beku sapi Bali dan semen cair babi dengan genetik unggul bagi masyarakat
4.    Sebagai tempat menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat (pengganguran)




BAB III
TATALAKSANA UPT BIBD

3.1     Populasi ternak
Ternak yang dipelihara terdiri dari ternak Sapi Bali dengan jumlah 28 ekor dan ternak babi 59 ekor. Populasi ternak sapi Bali dan babi tersebut tertera pada Tabel 2 dan 3.
Tabel 2. Populasi Ternak Sapi Bali (28 April - 15 Juni 2014)
No
Ternak
Jumlah (Ekor)
1
Sapi jantan
13
2
Sapi betina
12
3
Pedet
3
Jumlah
28
Sumber: UPT BIBD Baturiti Provinsi Bali Tahun, 2014

Tabel 3. Populasi Ternak Babi (28 April – 15 juni 2014)
No
Fase
Jumlah (Ekor)
1
Starter
16
2
Grower
18
3
Induk menyusui
2
4
Induk bunting
4
5
Induk kering
10
6
Pejantan
9

Jumlah
59
Sumber: UPT BIBD Baturiti Provinsi Bali Tahun, 2014
  
3.2         Pemeliharaan ternak sapi Bali jantan
Tujuan utama pemeliharaan ternak sapi Bali jantan adalah untuk memproduksi semen beku. Pemeliharaan pejantan berbeda dengan pemeliharaan ternak sapi penggemukan umumnya, dimana sangat diperhatikan aspek kesehatan agar mampu memproduksi semen cair yang berkualitas baik agar dapat diproses menjadi semen beku. Feradis (2010), menyatakan bahwa pemeliharaan pejantan yang baik dapat memberikan nilai tambah baik dari segi jumlah straw maupun mutu semen beku yang dihasilkan.
Dalam pemeliharaan pejantan melakukan beberapa kegiatan antara lain: sanitasi kandang, memandikan ternak, pemberian pakan dan air minum, pemberian jamu, serta penampungan semen.
Sanitasi kandang dan ternak sapi Bali jantan dilakukan satu kali dalam sehari yaitu pada pagi hari pukul 08.30 Waktu Indonesia Tenggah (WITA) setelah pemberian pakan kosentrat. Sanitasi dilakukan dengan cara feses ternak disekop dan di masukkan ke dalam gerobak dorong untuk disebarkan di lahan Hijauan Makan Ternak (HMT) sebagai pengganti pupuk. Selanjutnya dilakukan pembersihan tempat pakan dan air minum dimana sisa pakan/hijauan diangkat dan disapu kemudian dibuang pada salah satu tempat didekat kandang. Kegiatan sanitasi diakhiri dengan pembersihan lokasi sekitar kandang. Tujuan dari sanitasi kandang ini agar ternak terhindar dari berbagai serangan penyakit.
Ternak sapi bali jantan dimandikan satu  kali sehari yaitu setelah dilakukan sanitasi kandang. Kegiatan memandikan ternak ini dilakukan dengan cara air disiram pada seluruh tubuh ternak dengan menggunakan alat bantu melalui selang kemudian feses yang melekat pada tubuh ternak  disikat. Dalam kegiatan ini yang lebih diperhatikan adalah daerah pada praeputiumnya karena akan berpengaruh terhadap kualitas semen yang dihasilkan. Jika daerah tersebut benar-benar bersih maka semen yang dihasilkan pada saat penampungan tidak terkontaminasi dengan kotoran atau dengan kata lain semen yang dihasilkan kualitasnya baik.
Pemberian pakan dan air minum pada ternak bertujuan untuk pertumbuhan dan kebutuhan hidup pokok ternak. Pakan yang diberikan berupa rumput segar dan kosentrat. Pemberian pakan kosentrat dilakukan satu kali dalam sehari yaitu pada pagi hari pukul 08.00 WITA denga jumlah 4 kg/ekor/hari dan ditambahkan molases secukupnya. Pemberian pakan ini didahului dengan pembersihan tempat pakan. Ruhyadi (2010) menyatakan  bahwa pemberian kosentrat 1-1,5% dari bobot badan. Tujuan dari pemberian kosentrat adalah untuk melengkapi unsur nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak. Pemberian pakan konsentrat dilakukan sebelum proses sanitasi dengan tujuan agar ternak lebih tenang pada saat proses sanitasi.
Pakan kosentrat yang digunakan oleh Lembaga adalah pakan jadi dengan merek gemuk A. Kandungan nutrisi bahan pakan kosentrat (Gemuk A) tertera pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan Nutrisi Kosentrat (Gemuk A)
No
Komposis
%
1
Kadar air
Maks 12
2
Protein kasar
Min 14
3
Lemak kasar
3-7
4
Serat kasar
Maks 8
5
Abu
Maks 10
6
Kalsium
0,8-1,0
7
Phosphor
0,6-0,8
Sumber: PT. Japfa Comfeed Indonesia, 2014.
Dalam praktiknya sehari-hari pemberian kosentrat (gemuk A) ini ditambahkan dengan bahan pakan lain berupa dedak padi, wheat pollard, starbio dan mineral sapi. Komposisi bahan pakan untuk ternak sapi Bali jantan yang dilakukan tertera pada Tabel 5.
Tabel 5. Komposisi Bahan Pakan Ternak Sapi Bali Jantan
No
Bahan Pakan
Jumlah Pencampuran
Kebutuhan Pencampuran
Total Pecampuran
1
Dedak padi
25
X 8
200
2
Gemuk A
50
X 8
400
3
Starbio
0,25
X 8
2
4
Mineral sapi
1
X 8
8
5
Wheat polard
24
X 8
192
Jumlah
100,25

802
Sumber: UPT BIBD Baturiti Provinsi Bali, 2014
Penyusunan ransum pada Tabel 5 di atas hanya untuk kebutuhan selama 14 hari, dimana pemberian pakan kosentrat tersebut sebanyak 4 kg/ekor/hari. Dari populasi 13 ekor ternak sapi jantan, maka jumlah konsentrat yang dihabiskan selama 14 hari adalah = 728 kg, sedangkan sisa konsentrat sebanyak 74 Kg ditambahkan pada ternak yang kondisi tubuhnya kurus.
Hijauan segar yang diberikan kepada ternak sapi adalah rumput raja dengan frekuensi pemberian dua kali dalam sehari yaitu pada pagi hari pukul 10.00 WITA dan pada sore hari pukul 14.00 WITA dengan standar pemberian sebanyak                50 Kg/ekor/hari. Jika dibandingkan antara jumlah pemberian hijauan dengan rata-rata bobot badan sapi sebesar 603 Kg/ekor, maka jumlah pemberian ini hanya sebesar 8,3% dari berat badan atau kurang dari yang disarankan oleh  Ruhyadi (2010) yakni 10%. Namun walaupun terjadi kekurangan pemberian hijauan dari yang disarankan, sapi-sapi di UPT BIBD tetap menunjukan pertambahan berat badan yakni rata-rata    29 Kg/ekor dalam kurun waktu satu bulan (data pertambahan berat badan selama satu bulan tertera pada lampiran 4). Kekurangan pemberian hijauan ini juga berdampak positif yakni penghematan hijauan sehingga lebih menguntungkan dari segi ekonomi.
Selain pemberian pakan juga memberikan jamu pada ternak dua kali dalam satu bulan dengan jumlah pemberian 286 ml/ekor/pemberian. Tujuan pemberian jamu ini adalah untuk meggantikan sel-sel yang sudah rusak dalam tubuh ternak yang tidak bisa dipenuhi dari hijauan segar dan meningkatkan libido. Jamu yang diberikan merupakan ramuan sendiri dengan menggunakan bahan dasar telur dan madu. Cara pembuatannya adalah telur dipecahkan dalam ember kemudian ditambahkan madu lalu dilanjutkan dengan proses pengadukan selama 2 – 4 menit sampai homogen. Komposisi dan jumlah bahan pembuat madu adalah 3600 ml (60 butir) telur dan 400 ml (4 botol) madu.

3.2.1   Penampungan semen sapi Bali
Penampungan semen merupakan salah kegiatan pokok yang dilakukan agar semen yang dihasilkan dapat diproses menjadi semen beku. Untuk memperoleh kualitas semen yang baik dan jumlah yang maksimal maka penanganan pejantan harus dilakukan secara baik dan tepat.  Semen merupakan sejenis cairan kental yang dihasilkan oleh sel kelamin jantan yang dikeluarkan secara normal melalui ejakulasi ke dalam saluran kelamin betina sewaktu kawin dan bisa juga ditampung untuk digunakan dalam IB. Feradis (2010) mengemukakan bahwa semen adalah sekresi kelamin pejantan yang secara normal diejakulasikan ke dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi dan dapat ditampung untuk keperluan IB.
Hal-hal yang perlu disiapkan sebelum melakukan penampungan adalah:
a)      Persiapan pejantan
1.    Ternak sapi yang akan ditampung semennya adalah yang sudah dimandikan atau ternak yang sudah bersih dari kotoran yang melekat pada tubuhnya.
2.    Salah satu ternak sapi jantan yang akan ditampung semennya, dijadikan sebagai pemancing (teaser) yang artinya satu ekor ternak sapi jantan di masukkan ke dalam kandang jepit sebagai pengganti ternak betina.
3.    Bulu/rambut sekitar prepotiumnya digunting ± 2 cm
b)      Vagina buatan (VB)
Persiapan utama terhadap VB adalah memasukkan  air hangat ke dalam VB dengan suhu 40-45 oC agar menyerupai suhu dalam vagina ternak betina yang sedang birahi. Suhu air dalam VB harus benar-benar diperhatikan karena apabila suhu yang terlalu rendah tidak akan merangsang ejakulasi (Afiati, 2013). Jika suhu dalam VB terlalu panas akan membunuh sperma dan menyakiti pejantan yang menyebabkan trauma atau enggan melayani vagina buatan (Feradis, 2010)
c)      Pelaksanaan penampungan
Penampungan semen dilakukan dengan menggunakan teaser, dimana setiap ternak yang akan ditampung semennya diperlakukan teasing 3-4 kali untuk meningkatkan libido. Setelah selesai proses penampungan, ternak tersebut digiring kembali ke kandang. Setiap pejantan yang ada ditampung spermanya 2 kali dalam satu minggu dan disesuaikan dengan jadwal penampungan.

3.2.2    Prosesing semen beku
Tahapan prosesing semen beku sapi Bali di dalam laboratorium terhadap semen segar hasil proses penampungan adalah pemeriksaan semen segar, pengenceran semen, priting straw, filling and sealin, freezing, evaluasi post thawing, dan penyimpanan semen beku. Adapun kegiatan prosesing semen beku secara terperinci dipaparkan sebagai berikut:

3.2.2.1       Pemeriksaan semen segar
Pemeriksaan semen segar yang dihasilkan dari proses penampungan meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis
1)      Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan makroskopis yaitu pemeriksaan semen yang secara garis besar tanpa memerlukan alat bantu (mikroskop). Dalam pemeriksaan semen secara makroskopis, semen yang baru selesai ditampung secepatnya dibawa ke laboratorium melalui pintu khusus dan di masukan dalam waterbath (suhu 32-35oC) sehingga suhu sperma tetap terjaga. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis adalah pada aspek warna, volume, bau, pH, dan kekentalan. Setiap semen yang diperiksa dicatat dalam buku catatan harian dan dievaluasi apakah semen tersebut memenuhi syarat atau tidak untuk diproses lebih lanjut. Standar operasional pemeriksaan semen segar secara makroskopis di UPT BIBD adalah volume semen yang dapat diproses rata-rata 5 cc dan minimal 3 cc, warna putih susu sampai krem, pH 6-7, bau (khas sperma agak amis), kekentalan (kental). Apabila semen yang dihasilkan tidak memenuhi standar yang ditentukan maka semen tersebut dibuang dan pejantannya diperhatikan secara khusus (kesehatan dan pemberian pakan) agar semen yang dihasilkan pada penampungan berikutnya dapat diproses lebih lanjut.
2)      Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis yaitu pemeriksaan semen yang lebih detail dan membutuhkan alat bantu seperti mikroskop. Aspek-aspek yang diperhatikan dalam pemeriksaan secara mikroskopis adalah melihat gerakan massa, motilitas/gerakan individu, dan konsentrasi spermatozoa pada semen segar.

a.      Gerakan massa
Gerakan massa merupakan gerakan bersama-sama spermatozoa yang membentuk gelombang yang tebal atau tipis serta gerakan cepat dan lambat tergantung spermatozoa yang hidup di dalamnya (Afiati, 2013). Selama PKL hal yang dapat menentukan apakah sperma tersebut layak untuk diproses atau tidak adalah gelombangnya. Standar gerakan sperma yang dapat diproses adalah 2 + dan 3 +. Proses pemeriksaan gerakan massa sperma adalah sperma diteteskan di atas objek glass menggunakan pipet tetes kemudian diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 x.
Feradis (2010) menyatakan  bahwa penentuan kualitas semen berdasarkan penilaian gerakan massa adalah sebagai berikut:
Sangat baik (+++)
=
Terlihat gelombang besar, banyak, gelap, tebal, dan bergerak cepat
Baik (++)
=
Terlihat gelombang kecil, kurang jelas dan bergerak lamban
Lumayan (+)
=
Tidak terlihat gelombang melainkan gerakan individual yag aktif progresif
Buruk (N)
=
Necrospermia (0): Sedikit atau tidak ada gerakan individual yang bergerak

b.      Motilitas
Motilitas/gerakan individu semen adalah salah satu cara untuk mengetahui persentase sperma hidup dalam setiap ml semen. Sesuai dengan pernyataan Afiati (2013) bahwa motilitas merupakan satu-satunya cara penentuan kualitas semen sesudah pengenceran sebagai ukuran kesanggupan membuahi pada saat digunakan untuk IB. Penentuan persentase motilitas sperma dengan cara tafsiran dimana proses penentuannya adalah:
1.      Semen 10 ml dicampur dengan 400 ml pengencer andromed secara merata sampai homogen lalu diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 45 x 10.
2.      Sperma yang dapat diproses lebih lanjut minimal motilitasnya 70% yang ditandai banyak spermatozoa yang hidup dan jika kurang dari 70% maka akan dibuang
3.      Abnormalitas sperma maksimal 10% dilihat dari gerakan spermatozoa, jika lebih dari 10% sperma tersebut dibuang atau tidak dipakai lagi.

c.       Konsentrasi spermatozoa
Perhitungan konsentrasi spermatozoa yang dilakukan di UPT BIBD Baturiti menggunakan Photometer Sperma Cue SDM 5 (alat penghitung konsentrasi spermatozoa secara otomatis). Prosedur untuk mengetahui jumlah konsentrasi spermatozoa adalah:  mencampurkan sperma segar sebanyak 40 ml ke dalam cuvet yang berisi larutan NaCL (Natrium Clorida) 4cc, kemudian cuvet tersebut di masukkan ke alat penghitung (Sperma cue). Konsentrasi sperma minimal adalah 700 juta, jika kurang dari 700 juta tidak diproses lebih lanjut karena angka ini adalah salah satu daya ukur kualitas semen yang berguna untuk menentukan jumlah betina yang akan di IB

3.2.2.2       Pengenceran semen
Pengenceran semen yang dilakukan adalah semen yang telah dinyatakan memenuhi syarat (70% motilitas, konsentrasi 700 juta, abnormalitas 10%). Pengenceran berfungsi sebagai penyedia zat-zat makanan sebagai sumber energi bagi spermatozoa (Afiati, 2013). Dengan pengenceran maka dapat mempertahankan kehidupan spermatozoa selama waktu yang diinginkan untuk dipakai.
Bahan pengencer yang pakai adalah Andromed yang diproduksi oleh Minitub GMBH Jerman.  Bahan pengencer Andromed yaitu bahan pengencer yang hanya ditambahkan dengan aquabides dengan perbandingan  1 : 4 (1 cc andromed, 4 cc aquabides). Untuk setiap bahan pengencar yang digunakan harus mampu mempertahankan sperma pada saat pembekuan dan mempertahankan daya hidup sperma.
Kandungan andromed terdiri dari froctosa, glycerol, citric acid, buffers, phospholipids, spectinomycin 30,0 mg, lincomycin 13,0 mg, tylosin 5,0 mg, dan gentamycin 25,0 mg.
Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah pengencar yang diperlukan adalah:
Contoh:
Volume semen                 = 5 cc
Motilitas                           = 70%
Konsentrasi                      = 1.200 (dalam juta)
Volume straw                   = 0,25.

Prosesur pengenceran semen adalah sebagai berikut:
1.      Menyiapkan Tempat (gelas piala) yang bersih dan steril
2.      Pengencer di masukkan ke dalam gelas piala dengan suhu 35 oC kemudian sperma di masukkan secara perlahan-lahan dengan suhu yang sama
3.      Gelas piala yang berisi sperma dan pengencer dihomogenkan dengan cara menggoyangkannya secara perlahan-lahan agar tidak tumpah keluar atau untuk lebih cepat homogennya maka digoyang mengikuti pola angka 8.
4.       Sperma yang sudah homogen diperiksa kembali sebelum dilanjutkan dengan proses felling dan sealling atau dikemas dalam straw. Penurunan kualitas semen maksimal 10% jika lebih dari 10% maka sperma tersebut dibuang.

3.2.2.3       Printing straw (Pencetakan Straw)
Pencetakan straw yang dilakukan bersamaan dengan waktu pengenceran setelah diketahui jumlah straw yang diperlukan. Warna mini straw yang digunakan untuk printing (dicetak) sapi Bali murni adalah warna merah sesuai dengan standar yang ditetapkan secara nasional. Sebelum straw diisi atau dipakai untuk mengisi sperma, terlebih dahulu diberi keterangan pada straw seperti nama pejantan, kode pejantan, tanggal produksi dan nama lembaga sehingga mudah diketahui asal semen tersebut. Straw yang telah diprinting (dicetak) dikeringkan dan disterilisasi menggunakan sterilisator straw (autoclave) selama 10-15 menit kemudian straw tersebut siap digunakan.
Contoh label pada semen beku ternak Sapi Bali Jantan di UPT BIBD Baturiti Provinsi Bali.






 

Keterangan:
      Bulba kanta           = Nama pejantan
        N.018                  = Kode bath
        Kode N               = Tahun produksi
         018                     = Sperma beku ke-18 yang dibuat dari sapi tersebut
        10833                  = Kode pejantan yang artinya
                      1            = Kode untuk sapi Bali murni
                     08           = Tahun kelahiran pejantan
                     33           =  Sapi donor datang ke UPT BIBD urutan ke-33

3.2.2.4       Filling and Sealing (Pengisian semen dan pengepakan)
Proses filling and sealing dapat dilanjutkan jika semen yang telah diencerkan dengan bahan pengencer memenuhi syarat. Proses pengisian semen ke dalam straw dilakukan dengan  menggunakan alat otomatis (mesin filling and sealing). Mesin ini secara otomatis memasukkan semen ke dalam straw sebanyak 0,25 cc kemudian menutup ujung straw dengan kapas. Sesuai dengan pernyatan Feradis (2010), filling and sealing adalah proses pengisian semen yang telah diencerkan dan penjepitan straw dengan menggunakan automatic filling and sealing machine.
Prosedur pelaksanaan filling and sealing adalah sebagai berikut:
1.      Masukkan straw yang telah diprinting sesuai dengan nama pejantan yang diproses
2.      Operasikan mesin filling and sealing
3.      Tekan tanda stop jika sudah selesai atau biarkan sampai mati sendiri
4.      Cek straw yang diisi dan kemudian tutup dengan sempurna,  melakukan evaluasi quality dan quantity setelah filling and sealing serta menghitung dengan rak penghitung, lalu melakukan pencacatan jumlah straw yang dihasilkan.

3.2.2.5       Proses Equilibrasi (Penurunan Suhu)
Equlibrasi adalah proses yang dilakukan untuk menurunkan suhu dalam straw dengan cara straw dimasukkan ke dalam Cold Handling Cabinet segera setelah proses filling and sealing. Straw yang kualitasnya bagus (terisi dan tertutup dengan sempurna) dihitung dan disusun dalam rak penghitung straw. Rak penghitung straw yang ada di UPT BIBD Baturiti Provinsi Bali memiliki kapasitas 70 buah dan 100 buah. Suhu yang diperlukan dalam proses equilibrasi dalam cold handling cabinet (cold top) adalah 3-6oC dengan waktu selama 3-5 jam. Perinsip dalam proses equilibrasi dalam cold handling cabinet (cold top) adalah tidak diperbolehkan untuk dibuka selama waktu yang ditentukan karena dapat mempengaruhi perubahan suhu dan kualitas straw. Apabila waktu yang ditentukan untuk proses aquilibrasi sudah tercapai (5 jam) maka dilanjutkan dengan proses freezing (proses pembekuan). Dalam proses equilibrasi hal yang sangat perlu diperhatikan adalah menghindari terjadinya kejutan dingin (cold shok) yang dapat menyebabkan turunnya kualitas sperma yang berada dalam straw. Untuk menghidari hal tersebut maka sperma dicampur dengan bahan pengencer. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1993) dalam Afiati (2004) bahwa equilibrasi yaitu periode yang diperlukan spermatozoa untuk menyesuaikan diri dengan bahan pengencer, sehingga pada waktu pembekuan kematian spermatozoa yang berlebihan dapat dihindari dan kualitasnya dapat dipertahankan semaksimal mungkin.

3.2.2.6       Freezing (Proses pembekuan)
Proses pembekuan semen dilakukan dengan cara menempatkan straw yang telah diisi dengan semen di atas permukaan N2 cair dengan suhu – 1200C selama 15 menit agar sel spermatoza yang ada dalam straw tetap terjaga kelangsungan hidupnya. Jika kurang dari waktu yang ditentukan maka sel spermatozoa yang ada didalam straw kualitasnya  kurang baik.
Proses freezing dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan automatic freezing dan dengan cara konvensional. Proses freezing yang dilakukan selama proses PKL adalah cara konvensional. Pada cara ini dua buah  steyrofoam yang berisi dengan N2 cair setinggi 8 cm dari dasar steyrofoam dan besi penyangga di masukan dalam steyrofoam setinggi 12 cm sehingga jarak straw dengan permukaan N2 Cair ± 4 cm. Selanjutnya straw ditempatkan di atas besi penyangga selama ± 10 sampai 15 menit lalu straw diangkat dan direndam dalam N2 cair. Tujuan straw yang direndam dalam N2 cair untuk mengetahui straw yang tidak terisi dengan semen. Apabila straw terapung di atas permukaan N2 cair berarti straw tersebut tidak berisi dengan semen, begitu juga sebaliknya apabila straw tenggelam dalam Nitrogen (N2 cair) berarti straw tersebut berisi dengan semen. Selanjutnya  straw yang telah diidentifikasi berisi semen dipindahkan ke dalam goblet yang berisi N2 cair, sedangkan straw yang tidak berisi semen dibuang. Straw yang telah berada dalam goblet kemudian di masukkan dalam kontainer penyimpanan dan siap di distribusi.

3.2.2.7       Evaluasi Post Thawing
Post thawing yang dilakukan setelah 24 jam kemudian dengan cara mengambil satu atau dua buah straw dari masing-masing bull dan di masukkan ke dalam air hangat dengan suhu 35-37oC selama 15-30 menit. Thawing menggunakan air hangat adalah untuk menghindari bahaya cold shock pada straw. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sayoko et al. (2007)  dalam WC Pratiwi (2008)  bahwa  thawing dengan menggunakan  air  hangat  akan memberikan hasil persentase spermatozoa hidup lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan air sumur. Standar motilitas post thawing di UPT BIBD minimal 40%, jika kurang dari 40% maka akan dibuang. Selanjutnya straw yang berkualitas baik dengan motilitas lebih dari 40% akan disimpan di depo penyimpanan.
Tujuan dari post thawing adalah untuk mengetahui kelayakan semen beku tersebut  untuk didistribusikan dan digunakan pada proses IB.

3.2.2.8       Penyimpanan Semen Beku
Semen beku disimpan di dalam container yang berisi N2 cair dengan suhu –196oC untuk mempertahan fertilisasi optimal dengan penghambatan semua aktivitas yang penting dalam sel spermatozoa dan memudahkan pengambilan saat didistribusi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penyimpanan semen beku dalam container antara lain:
1.      Mengecek dan mengukur N2 cair
Proses pengecekkan dan pengukuran N2 cair dalam container menggunakan mistar ukur dengan cara memasukkan mistar ukur tersebut ke dalam container sampai bagian dasar selama 6-10 detik, kemudian mistar ukur diangkat untuk mengetahui bagian yang memutih seperti es dan sebagai patokan penyimpanan semen tersebut. Patokan agar semen aman dalam proses penyimpanan adalah ketika bagian yang memutih dari  mistar ukur tersebut adalah 50 cm atau posisi N2 cari melebihi gablet yang ada dalam container atau sampai pada leher container.
2.      Menambah dan mengisi N2 cair
Selama kegiatan PKL, N2 cair yang sisa dari proses freezing dalam steyrofoam di masukkan ke dalam container menggunakan corong karet agar tidak tertumpah keluar.
3.      Cara penyimpanan semen beku dalam container
Penyimpanan semen beku dilakukan dengan cara semen beku yang dikemas dalam straw disimpan dalam goblet yang berisi N2 cair, kemudian goblet tersebut dimasukan di canister dan selanjutnya canister tersebut disimpan dalam container. Spermatozoa yang berada dalam straw yang ditempatkan dalam canister dianjurkan permukaan N2 cair dalam container selalu dijaga agar seluruh straw yang berada di dalam Canister terendam dalam N2 cair sehingga sel spermatozoa dapat bertahan hidup bertahun-tahun sebab dengan penyimpanan dalam suhu -196oC sel spermatozoa tidak aktif.

3.3         Pemeliharaan Ternak Babi
Pemeliharaan ternak babi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk meghasilkan semen cair serta mendapatkan anak babi yang sehat untuk dijadikan bibit. Untuk menunjang keberhasilan pemeliharaan ternak babi tersebut, UPT BIBD Baturiti melakukan beberapa kegiatan diantaranya sanitasi kandang dan ternak, pemberian pakan, dan penanganan kesehatan.
Sanitasi kandang dan ternak merupakan salah satu kegiatan untuk mencegah masuk dan berkembangnya bibit penyakit. Kandang yang kotor dapat menimbulkan bibit penyakit sehingga ternak mudah terserang penyakit. Oleh karena itu kandang harus perlu dijaga kebersihannya dengan cara melakukan sanitasi. Menurut Luthan (2012), sanitasi  merupakan suatu penataan kebersihan yang mempunyai  tujuan  untuk  meningkatkan  atau mempertahankan  keadaan  yang  sehat  bagi  ternak di dalam kandang dan sekitar kandang.
Kegiatan sanitasi kandang dan ternak babi dilakukan satu kali sehari yaitu hanya pagi hari yang dimulai pada pukul 08.30. Sanitasi dilakukan dengan cara feses ternak di keluarkan dari dalam kandang menggunakan skop kemudian ditaruh disaluran pembuangan dan kadang kala juga ditaburi dilahan hijauan makanan ternak.  Selanjutnya dilakukan sanitasi ternak dengan cara menyirami seluruh tubuh ternak dengan air dan menyikat daerah yang kotor.
Pemberian pakan dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pagi hari pukul 08.00 WITA sebelum melakukan sanitasi kandang dan sore hari pukul 15.00 WITA. Jumlah pakan yang diberikan tergantung pada umur dan fase hidup setiap ternak dengan rincian sebagai berikut:
Ø  Anak babi lepas sapih                      = 0,5-1 kg/ekor/hari
Ø  Induk menyusui                               = 1-1,5 kg/ekor/hari
Ø  Induk bunting                                  = 1-1,5 kg/ekor/hari
Ø  Induk                                               = 3 kg/ekor/hari
Ø  Pejantan                                           = 4 kg/ekor/hari

Pakan yang diberikan kepada ternak babi adalah pakan yang dicampur sendiri dalam bentuk kering, sedangkan pemberian air minum secara add libitum yang tersedia menggunakan nippel. Komposisi bahan penyusun ransum dan kandungan gizi tertera pada Tabel 6.
Tabel 6. Komposisi bahan penyusun ransum dan kandungan gizi Ternak Babi di UPT        BIBD Baturiti.
No
Nama Bahan
PK
Klr
KNT %
NP
NK
Hg/kg
NH
1
Dedak Padi
11
16,5
62,75
6.9025
10.35375
2.000
125.500
2
Dedak Jagung
-
-
10
-
-
3.000
30.000
3
Wheat Pollard
12
14,5
10
12
1.45
3.000
30.000
4
Kosentrat 152
37
16
16
5.92
2.56
6.700
107.200
5
Star Bio
-
-
0.25
-
-
15.000
3.750

Mineral D 10
-
-
1
-
-
4.000
4.000
Jumlah


100
14.0225
14.36375
-
300.450
Sumber: UPT BIBD Baturiti Provinsi Bali (2014)
Keterangan:     PK                   = Protein kasar
Klr                   = Kalori
KNT                = Kuantitas atau jumlah pemberian
NP                   = Nilai protein
NK                  = Nilai kalori
HG                  = Harga
NH                  = Nilai harga
3.4         Prosesing Semen Cair Ternak Babi
Prosesing semen cair ternak babi terdiri dari beberapa kegiatan yakni persiapan pejantan, persiapan alat tampung, pelaksaan penampungan semen, pemeriksaan semen segar secara makroskopis dan mikroskopis, pengenceran semen (penyiapan bahan pengencer dan pengenceran semen), evaluasi semen, pengolahan semen, pengepakan (packing), dan labeling.

3.4.1        Persiapan Pejantan
Tahapan ini dimulai dengan mencatat nama pejantan yang akan ditampung semennya dalam buku catatan harian. Selanjutnya pejantan tersebut dimandikan sampai bersih kemudian bulu di daerah prepotium dipotong agar tidak tertarik bersamaan saat melakukan rangsangan karena dapat menimbulkan rasa sakit pada penis pejantan saat penampungan.

3.4.2        Persiapan Alat Tampung
Beberapa peralatan yang disiapkan untuk proses penampungan adalah kain kasa, corong karet, gelas erlenmeyer 100 ml, gelas tampung yang terbuat dari pipa, gunting, dan karet.
Langkah kerja dari persiapan/pemasangan alat tampung ini yaitu:
1.      Siapkan alat dan bahan penampungan semen babi
2.      Tabung erlenmeyer di masukkan ke dalam gelas tampung kemudian ditutup dengan penutup gelas tampung dan dilanjutkan dengan memasukkan corong karet di atas gelas tampung
3.      Di atas corong karet dilapisi/ditempati dengan kain kasa yang berukuran ± 7 cm sebanyak 2 lembar yang berfungsi untuk menyaring sperma.
4.       Apabiala kain kasa sudah terpasang maka kain tersebut diikat dengan karet yang sudah disiapkan agar tidak terlepas dari ikatan gelas tampung dan selanjutnya di masukkan ke dalam ruangan tampung lewat pintu khusus.

3.4.3        Pelaksanaan Penampungan Semen
Untuk mempermudah proses penampungan semen pada ternak babi maka harus menggunakan Dummy (Patung/boneka). Dalam proses penampungan, pejantan yang masih dalam proses pelatihan akan menggunakan dummy yang bisa dipindah-pindah sesuai kemauan pejantan, sedangkan pejantan yang sudah terlatih menggunakan Dummy yang otomatis (tidak bisa dipindah-pindah). Hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses penampungan semen adalah tidak boleh memakai cicin atau memiliki kuku yang panjang karena dapat mengakibatkan rasa sakit pada alat kelamin pejantan baik yang sudah terlatih maupun masih dalam proses dilatih. Hal penting lain dalam penampungan semen adalah memegang penis dengan kuat menggunakan 3 jari tangan agar tidak terlepas. Langkah kerja untuk penampungan semen babi adalah sebagai berikut:
1.      Ternak jantan digiring dari kandangnya ke ruangan penampungan semen
2.      Setelah ternak jantan dalam ruangan penampungan semen diarahkan atau dengan sendirinya menaiki Dummy
3.      Apabila pejantan lama menaiki Dummy, maka dilakukan rangsangan tubuh terutama pada daerah scrotum dan penisnya dengan cara massage sampai penisnya keluar.
4.      Penis yang keluar tersebut ditangkap dan ditarik secara perlahan-lahan
5.      Penis dipegang dengan kuat sehingga tidak terlepas dan pada waktu bersamaan dilakukan rangsangan pada ujung penis dengan menggunakan jari kelingking.
6.      Gelas tampung didekatkan pada ujung penis pada saat terjadi ereksi karena pada saat itu ternak akan tenang dan mengeluarkan semen.
7.       Selama proses penampungan cairan bening pertama yang keluar langsung dibuang karena tidak mengandung sperma dan apabila cairan sudah berwarna putih maka baru ditampung dalam gelas tampung
8.       Penampungan semen bisa berlangsung 7-10 menit dengan volume sperma yang dihasilkan 200-300 cc sekali ejakulasi.
9.      Semen yang telah ditampung dimasukkan ke dalam laboratorium melalui pintu khusus untuk dievaluasi dan diproses lebih lanjut

3.4.4        Pemeriksaan semen dan evaluasi semen segar
Setelah semen ditampung secepatnya di masukkan ke dalam laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan, baik secara  makroskopis maupun mikroskopis untuk selanjutnya dicatat dalam buku catatan harian.


a.       Evaluasi semen secara makroskopis
Semen yang datang dari ruang tampung dilihat  warna, bau semen, volume setelah itu di masukkan ke dalam gelas ukur untuk mengukur semen murni yang didapatkan kemudian dicatat dalam buku catatan harian untuk dievaluasi.
b.      Evaluasi semen secara mikroskopis
Pemeriksaan semen ternak babi secara mikroskopis yang dilakukan sama halnya dengan pemeriksaan semen beku sapi Bali yaitu dengan melihat gerakan massa dan motilitas/gerakan individu semen segar. Standar gerakan massa yang dapat diproses lebih lanjut adalah 2+ dan 3+ sedangkan penilaian motilitas serta konsentrasi semen untuk mengetahui berapa persen spermatozoa yang hidup dalam satu ml semen. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyuningsih (2013) bahwa penilaian  konsentrasi  sangat  penting  untuk  menentukan  jumlah  pengenceran semen dan penilaian motilitas  yang merupakan  daya  gerak  individu  sperma  digunakan  sebagai  ukuran kesanggupan sperma untuk membuahi sel telur.
Cara menilai motilitas semen yang dilakukan adalah dengan mengambil satu tetes semen menggunakan pipet tetes kemudian ditempatkan diatas objek glass dan ditutup dengan cover glass lalu diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 40 x. Semen yang dapat diproses lebih lanjut adalah yang memiliki persentase motilitas minimal 60%. Jika kurang dari 60% maka semen tersebut dibuang.
Semen segar yang dihasilkan dari penampungan dievaluasi terlebih dahulu pada laboratorium secara makroskopis (warna, bau, dan volume) dan mikroskopis (gerakan massa, dan motilitas serta konsentrasi). Menghitung konsentrasi semen segar menggunakan alat otomatis (Sperma Cue) dengan cara semen diambil dari dalam gelas ukur menggunaka spoid 3 ml lalu diteteskan kedalam control cuvette.

3.4.5        Pengenceran Semen
Pengenceran semen merupakan salah satu cara untuk memperbanyak volume semen dan memperpanjang daya hidup spermatozoa. Tujuan pengenceran semen adalah sebagai penyedia nutrisi dan memberi perlindungan terhadap spermazoa. Rosmaidar, (2014) menyatakan bahwa pengenceran semen  bertujuan  untuk menyediakan sumber energi bagi spermatozoa sehingga menjamin  kelangsungan  hidup  spermatozoa  selama penyimpanan  atau  pembekuan.
 Sebelum melakukan pengenceran semen terlebih dahulu disiapkan bahan pengencer. Bahan pengencer yang dipakai di UPT BIBD Baturiti adalah bahan pengencer instan yaitu Bestvile Thawing Solution (BTS) yang ditambahkan dengan aquabides dengan perbandingan 1000 ml aquabides berbanding 50 gram BTS.
Kandungan yang ada dalam BTS adalah sebagai beriukut: Glucosa 37,15 gram, Tri Sodium Citrate 1,25 gram,  Edta Disodium Salt 1,25 gram, Sodium Hidrogencarbonate 1,25 gram, Potassium Chloride 0,75 gram, Sodium Penicillin 0,60 gram, dan streptomycin sulphate 1 gram.
 Langkah-langkah pembuatan pengecer antara lain:
1.      Air yang sudah disuling (aquabides) di masukkan ke dalam gelas erlenmeyer sebanyak 1000 ml dan BTS ditimbang menggunakan alat timbang sebanyak 50 gram.
2.      BTS bersama air di masukkan ke dalam gelas erlenmeyer yang sudah disiapkan secara belahan-lahan kemudian ditutupi dengan aluminium foil
3.      Gelas elenmeyer yang sudah diisi dengan BTS dan aquabides digoyang-goyang secara berlahan hingga campuran tersebut secara merata.
4.      Setelah homogen, cairan tersebut dimasukkan ke dalam waterbath
5.      Thermometer dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer yang berisi larutan BTS selama 10-15 menit hungga mencapai suhu 37oC
Pengenceran semen dapat dilakukan apabila semen telah melewati pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis dan memenuhui syarat yang sudah ditentukan.
Standar perbandingan motilitas, volume tampung dan pengencer semen ternak babi yang dipakai adalah:
Motilitas 60%                        = 1:1
Motilitas 65%                        = 1:2
Motilitas 70%                        = 1:3-1:4
Contoh:
Volume tampung                   =  250 cc
Motilitas                                =  65%

Rumus yang dipakai:
3.4.6     Pengisian Semen
Pengisian semen merupakan salah satu tindakan yang dilakukan untuk menjaga kualitas semen sebelum digunakan. Tujuan pengisian semen dalam kemasan  adalah agar semen tersebut mudah dalam proses pendistribusian.  Pengisian semen dimulai dengan mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan antara lain rak semen, alat packing, botol tube, tisu, dan kertas label. Selanjutnya dilakukan pengisian semen dengan cara semen di masukkan ke dalam botol-botol tube yang berukuran 80 cc dan diletakkan sementara di dalam rak semen. Setelah proses pengisian selesai, botol tube diambil satu persatu untuk di press dengan terlebih dahulu membersihkan ujung botol tube dengan kain tisu. Botol tube di masukkan ke alat packing kemudian ditekan dengan kuat hingga daya rekatnya kuat. Proses ini diulangi 3 kali agar kuat dan tidak bocor.

3.4.7        Labeling
Labeling semen diperlukan untuk mengetahui alamat kantor, jenis/bangsa, nama pejantan, tanggal dilaksanakan penampungan dan tanggal kedaluwarsaan, dan aturan pakai semen. Proses labeling dilakukan setelah pengisian semen ke dalam botol tube yang telah disediakan. Pelabelan dilakukan dengan cara menempel kertas label pada botol tube yang sudah dipress dan berisi sel spermatozoa kemudian botol tube yang telah diberi labeling siap dipasarkan. 


3.4.8        Penyimpanan Semen
Semen yang belum dimanfaatkan pada hari prosesing harus disimpan pada ruangan yang bersuhu 10-20oC (dalam kulkas pada rak pintu bagian bawah pada posisi 0-1). Semen yang disimpan harus digoyangkan berlahan-lahan dua kali setiap hari (pagi dan sore hari) agar kualitasnya tidak menurun. Semen cair dengan bahan pengencer betsvile thawing solution (BTS) dapat disimpan selama 3 hari tanpa terjadi penurunan kualitas semen yang berarti. Jika dalam waktu 3 hari semen tersebut masih belum dipakai maka semen tersebut tidak dapat digunakan lagi.


BAB V
PENANGANAN HASIL

4.1      Produksi UPT BIBD
Hasil produksi utama UPT BIBD Baturiti Provinsi Bali adalah semen beku sapi Bali dan semen cair ternak babi. Selain itu juga dihasilkan bibit ternak babi.

4.2      Pemasaran
Wilayah pemasaran semen beku sapi Bali dan semen cair babi dijual dalam pulau Bali dan diluar pulau Bali. Harga jual dari semen beku sapi Bali dan semen cair ternak babi berbeda antara di dalam pulau Bali di luar ulau Bali.
Semen beku sapi Bali dijual denan Rp.4.000/straw di pulau Bali sedangkan diluar pulau Bali (NTT, Lombok, Bima) dijual dengan harga Rp.5.000/straw. Semen cair babi dalam pulau Bali dijual dengan harga Rp. 12.000/botol tube dan di luar pulau Bali Rp. 15.000/botol tube.







BAB V
PENUTUP

1.1       Kesimpulan
Berdasarkan uraian mengenai tatalaksana di UPT BIBD dalam prosesing semen beku sapi Bali dan semen cair babi dapat disimpulkan bahwa prosesing semen yang dilakukan sudah mengikuti standar operasional sehingga kualitas semen yang dihasilkan baik

1.2  Saran
Disarankan kepada UPT BIBD Baturiti Provinsi Bali perlu adanya timbangan pakan agar dapat melakukan penimbangan pakan sebelum diberikan kepada ternak. Selain itu sebaiknya untuk ternak babi jantan jika memiliki kualitas semen yang kurang baik dalam 2-3 kali penampungan disarankan untuk diafkir atau dijual.








DAFTAR PUSTAKA

Afiati, E. K. (2004). Perbaikan Teknik Pembekuan Sperma Pengaruh Suhu Gliserolisasi dan Penggunaan Kaset Straw. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Afiati, F. (2013). Pembibitan Ternak dengan Inseminasi Buatan. Penebar Swadaya. Jakarta.
BIBD, U. (2014a),  BIBD, U. (2014b), dan BIBD, U. (2014c). Penampungan Semen pada Ternak Sapi Bali, Profil UPT BIBD, dan Standar Operasional Prosedur Pembuatan Semen Beku. Dinas Peternakan Provinsi Bali. Bali.
Fikar, S. (2010). Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Potong. Agromedia. Jakarta
Feradis. (2010). Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Alfabeta. Bandung
Luthan, F. (2012). Pedoman Penataan Budidaya Ternak Babi Ramah Lingkungan. http//www.isage.org. (02 Agustus 2014).
Ruhyadi, S. F. (2010). Beternak dan Bisnis Sapi Potong. Agromedia. Jakarta
Rosmaidar, Hasan AL. A dan Dasrul. (2014). Pengaruh Penambahan Vitamin C dalam Pengencer Andromed Terhadap Persentase Motilitas dan Membran Plasma Utuh Spermatozoa Sapi Aceh Setelah Pembekuan. Medika Veterinaria Vol. 8. http://jurnalkedokteranhewan.net/list_exp.html?id=23. (23 Juli 2014).
Wahyuningsih, A. (2013). Pengaruh Umur Pejantan dan Frekuensi Penampungan Terhadap Volume dan Motilitas Semen Segar Sapi Simmental di Balai Inseminasi Buatan Lembang. Jurnal Ilmiah Peternakan. http://www.google.co.id. (15 Juli 2014).
WC Pratiwi, L. A. (2008). Pengaruh Lama Thawing terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin dan Brahman. http://www.google.co.id. (27 Juli 2014).





LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Langkah-langkah penampungan semen segar ternak sapi Bali jantan




Gambar a. Persiapan pemancing (teaser) pada kandang jepit
Gambar b. Pejantan diiringi mendekat teaser
a                              b


Gambar d. Penampungan semen
Gambar c. Teasing pejantan 2-3 kali sebelum ditampung agar libidonya tinggi (optimal)
                 c                          d 








Lampiran 2. Pemeriksaan semen segar ternak sapi Bali jantan



Gambar a. Semen segar diserahkan kepetugas leb melalui tempat khussus
Gambar b. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis (warna, pH, volume, kekentalan
          a                                    b



Gambar d. Perhitungan konsentrasi spermatozoa dengan Photometer Spermacue SDM5
Gambar c. Pemeriksaan semen segar secara mikroskopis (gerakan massa, konsentrasi, motilitas)
          c                                    d




Lampiran 3. Alat dan bahan dalam prosesing semen beku sapi Bali jantan



Gambar b. Pelaksanaan equilibrasi dalam cold handling cabinet (cold top)
Gambar a. Bahan pengencer menggunakan Andromed produksi Minitube Jerman
                                a                                      b


Gambar d. Proses pembekuan (freezing) semen secara konvensional dengan memasukan straw kedalam strrafoam yang berisi N2 cair
Gambar c. Mesin pencetak straw (printing straw) menggunakan komputer
                                 c                                           d


Gambar f. Pengisian straw dalam kontainer
Gambar e. Mengukur N2 cair dalam kontainer untuk menghindari terjadinya kekurangan
                         e                                  f

Lampiran 4. Nama-nama pejantan serta bobot badan yang ada di UPT BIBD Baturiti Provinsi Bali
NO
NAMA BULL
KODE
TANGGAL
10/05/2014
10/06/2014
1
METRO
19903
578
596
2
ARIKUTA
19908
556
618
3
BANUARSA
10017
540
546
4
BRANI
10321
603
618
5
MERTASARI
10424
565
590
6
NITIH
10525
565
596
7
ARJUNA
10630
567
594
8
SADEWA
10630
570
602
9
BLANDAR
10392
605
648
10
BULBA KANTA
10833
640
654
11
BUWANA MERTA
10934
550
614
12
BUNGA MANTA
10935
563
582
13
TENDAYU
10936
558
580
Jumlah
7460
7838
Rata-rata BB
574 kg
603 kg

Lampiran 5. Langkah-langkah penampungan semen cair ternak babi


Gambar a. Persiapan alat tampung
Gambar b. Alat tampung diserahkan kepetugas penampungan melalui tempat khusus
                             a                                 b

        
Gambar e. Penampungan semen segar ternak babi
Gambar d. Melakukan rangsangan pada penis
Gambar c. Pemacing buaatan (Dummy)
                             c                       d                        e
Lampiran 6. Alat daan bahan yang digunakan pada prosesing semen cair ternak babi






Gambar b. Bahan pengencer menggunakan BTS (Bestville Thawing Solution)
Gambar a. Timbangan satuan gram untuk meninbang jumlah BTS yang akan campur dengan aquades
                                                               a                               b                        










Gambar d. Botol tube yang telah diisi dengan semen untuk sementara disimpan di rak penyimpanan
Gambar c. Perhintungan konsentrasi menggunakan SpermaCue
                                                    c                                     d







                                                     e                                   f
Gambar e. Botol tube dipres 3 kali agar kuat dan tidak bocor
Gambar f. Botol tube diberi label dan siap dipasarkan
 







Lampiran 7. Nama-nama Ternak Babi Jantan di UPT BIBD Baturiri Provinsi Bali
No
Nama Pejantan
Bangsa /Ras
Tgl lahir
Asal
Umur (bulan)
BB (kg)
1
Paku aji box .02
Duroc
27-03-2010
Baturiti
50
272
2
Sebatu
Landrace
28-02-2012
Teglalang
27
258
3
Subang .01
Landrace
21-04-2012
Bangli
25
152
4
Subang .02
Landrace
21-04-2012
Bangli
25
157
5
Bar Junior
Landrace
15-02-2012
Baturiti
27
156
6
Pit Chapet .01
Duroc
12-11-2010
Petang
54
231
7
Paku Aji Box.01
Duroc
27-03-2010
Baturiti
50
265
8
Bar Hemma JR
Landrace
15-02-2012
Baturiti
27
162
9
Bar Sebatu JR
Landrace
24-09-2013
Baturiti
8
112







Tidak ada komentar:

Posting Komentar