Senin, 16 Desember 2013

laporan studi lapang produksi ternak babi

LAPORAN 
PRODUKSI TERNAK BABI 
(Kastrasi atau Pengebirian Ternak Babi) 


NAMA : VINSENSIUS VENTI 
NIM : 112 381 036 
KELOMPOK : B 


PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK 
JURUSAN PETERNAKAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI 
KUPANG



BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1    Latar Belakang

Organ reproduksi ternak jantan terdiri dari tes-tes, scrotum, corda spermaticus, kelenjar tambahan (glandula accessories), penis, preputium, dan system saluran reproduksi jantan. System saluran ini terdiri dari vasa, efferentia yang berlokasi di dalam tes-tes, epididymis, vas deferens, dan urethra external yang bersambung ke penis. Pada masa ambrio, tes-tes berasal dari cordagenitalia primer, sedangkan system saluran reproduksi berasal dari ductus wolffii. (Sumber : Nuryadi.2000).

Kastrasi adalah penghilangan testis. Kastrasi tidak dapat meningkatkan pertumbuhan, Jantan kastrasi akan mempunyai pertumbuhan lebih rendah daripada jantan tanpa kastrasi dan lebih tinggi daripada betina. Tidak adanya testis akan mempengaruhi produksi hormon. Testosteron yang berpengaruh terhadap pertumbuhan. Adanya ‘kesan’ pertumbuhan jantan kastrasi lebih cepat daripada jantan tanpa kastrasi ‘mungkin’ disebabkan karena jantan kastrasi lebih tenang sehingga efisiensi pakannya lebih bagus. Kastrasi dapat dilakukan dengan metode operasi maupun tanpa operasi.

Operasi yang dilakukan dengan membuka scrotum kemudian mengambil/membuang testis yang ada didalamnya. Tanpa operasi, kastrasi dapat dilakukan dengan pemberian karet pada pangkal scrotum sehingga peredaran darah tidak lancar dan scrotum beserta testis akan mengalami degenerasi. Kastrasi dapat juga dilakukan dengan tang penjepit sehingga aliran darah ke testis terputus.

 

1.2.  Tujuan Katrasi

Adapun tujuan dari praktikum kastrasi yang sudah dilaksanakan yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis alat dan fungsinya masing-masing, sehingga mahasiswa dapat menggunakan dengan tepat sesuai dengan fungsinya saat melakukan katrasi dan benar.

 

 

 

 


BAB II

MATERI DAN METODE

 

2.1    Materi

2.1.1   Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat pelaksaan praktikum produksi ternak babi (kastrasi) dilaksanakan pada hari tanggal jumaat, 18/ 10/ 2013 di kandang babi politeknik pertanian negeri kupang.

2.1.2   Alat dan Bahan

Alat Bedah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bahan: alkohol 70%, Iodium tincture, kapas, dan benang bedah

 

2.2    Metode

Prosedur Kerja:
1.    Posisikan ternak babi bagian kanan dari bawah (kastrasi buah dalam)
2.    Sebelum melakukan kastrasi, tangan dan alat yang digunakan dibersih dengan alcohol
3.    Bulu di daerah yang akan dibedah dibersihkan dengan pisau scalpel lalu bersihkan pula dengan menggunakan alkohol, kemudian bagian tadi dioles dengan yodium tincture.
4.    Pembungkus usus dibedah pelan-pelan dan berhati-hati
5.    Kemudian masukan ibu jari telunjuk kedalam perut ternak untuk mencari tes-tesnya
6.    Apabila tes-tesnya ditemukan, ditarik keluar jangan sampai lepas kembali
7.     Ikat kuat-kuat pada saluran deferensnya dan kemudian dililit seluruh bagian yang akan dibedah.
8.    Ikat kuat spermatic cord dengan benang absorble untuk mencegah terjadinya pendarahan
9.    Apabila tes-tesnya sudah dibedah, sayatan harus di jahit tiga kali dimana yang pertama jahit diantara saluran usus, propotium (pembugkus otot dengan kulit luar) dan yang terakhir jahitan luar.
10.  Bersihkan jahitan dengan alkohol dan berikan Iodium tincture
11.  Setelah semua selesai, ternak akan diinjeksi dengan penecilin dengan cc 1½, yaitau dekat leher dan pada bekas sayatan tadi.

 

 

 

 

 

 

 






BAB III
PEMBAHASAN

Dalam melakukan kastrasi hendaknya memperhatikan penggunaan alat yang benar-benar dalam kondisi baik, karena pemotongan tes-tes pada ternak babi harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Hal ini dilakukan karena semakin lama proses kastrasi dilakukan maka akan semakin lama terjadi pendarahan, dan perhatikan pula saat kita membuat sayatan pada tubuh ternak, agar tidak terlalu lebar, tapi cukup untuk mengeluarkan testis.
Selama dua minggu  setelah kastrasi, perhatikan luka bekas kastrasi untuk menjaga terjadinya infeksi. Dalam melakukan kastrasi ini sebaiknya jangan dilakukan sendiri bila belum berpengalaman dalam hal ini, mintalah petugas kesehatan hewan di Poskeswan setempat untuk melatih anda melakukannya.

Menurut Agung Pornomoadi (2013), Dalam melakukan kastrasi pada prinsipnya ada dua cara yaitu secara tertutup dan secara terbuka.
1)       Kastrasi Tertutup
Yaitu kastrasi atau pengebirian dengan cara mengikat saluran yang menuju testes, sehingga sel-sel jantan mati, karena tidak memperoleh zat-zat makanan. Hal ini dapat pula dilakukan dengan jalan member zat kimia yang bisa mematikan sel jantan atau betina dengan jalan injeksi, tapi hal ini jarang dilakukan pada babi.
2)       Kastrasi Terbuka
Yaitu kastrasi yang dilakukan dengan melakukan pembedahan, guna mengeluarkan testes pada babi jantan atau ovary pada babi betina, yang kemudian dipotong.

Di dalam melakukan kastrasi yang telah dilaksanakan di kandang babi politeknik pertanian negeri kupang, cara kastrasiyang kita gunakan dengan cara kastrasi buah dalam (buah zakar dalam) yang harus membutuhkan orang banyak sekiranya bisa membantu memegang kedua kaki belakang dan depan yang dalam posisi tidur bagian kanannyamenghadap ke atas.
Kastrasi dalam yaitu kastrasi yang dilakukan dengan cara pembedahan diantara tulang lekok lapa dengan tulang selangkang. Kastrasi dalam ini jarang orang melakukannya, karena dimana kastrasi ini sagat membutuhkan orang yang terampil dalam hal tersebut
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa kastrasi buah zakar dalam sangat sulit dan harus membutuhkan tenaga teknis agar tidak terjadinya kematian ternak.




















Sumbar:
Agung Pornomoadi. 2003. Staf Pengajar Laboratorium Ilmu Ternak Potong dan Kerja. FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS DIPONEGORO. Semarang.




























KUPANG 2013

Selasa, 03 Desember 2013

studi lapang

LAPORAN Produksi Aneka Ternak (Ternak Puyuh) NAMA : VINSENSIUS VENTI NIM : 112 381 036 KELOMPOK : B PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK JURUSAN PETERNAKAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG KUPANG 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak puyuh merupakan salah satu jenis unggas yang memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan walaupun dalam pengembangannya masih ditemui hambatan diantaranya, tingginya angka kematian karena serangan penyakit Avian Influenza (AI). Pada tahun 2003, wabah AI muncul dan menyerang peternakan unggas skala besar (sektor 1 dan 2) yang pada akhirnya dapat dikendalikan dengan menerapkan Good Breeding Practice (GBP), Good Hatching Practice (GHP) dan biosekuriti. Untuk skala menengah (sektor 3) dan skala kecil (sektor 4) yang berada di pedesaan dan pemukiman perlu dilakukan upaya pengendalian yang optimal melalui kegiatan penataan usaha budidaya. (lithan, 2011). Puyuh merupakan unggas liar yang banyak bertebaran di ladang dan persawahan. Selain dikenalsebagai petelur yang handal, puyuh juga memiliki keunggulan lainnya yang berkaitan dengan sumber protein hewani.Umumnya, masyarakat mengetahui puyuh sebagai burung yang memanfaatkan kebun, sawah, dan hutan sebagai habitatnya, mengingat burung ini jarang terbang. Namun, bisa dikatakan tidak banyak yang mengetahui bahwa si burung mini ini dapat diternakkan dengan "mudah", bahkan menjadi ladangusaha bagi peternak kecil. Sumber: http://www.scribd.com/doc/49703780/BETERNAK-PUYUH-2/ Sesuai dengan Polengs di 03:54 http://budidayanews.blogspot.com/2009 /02/budidaya-puyuh.html dalam (sang, 2012), Pemanfaatan burung puyuh sebagai bahan subtitusi kedalam olahan lauk pauk diharapkan dapat menambah keanekaragaman pangan terutama hidangan lauk pauk dan sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan citra pangan lokal terutama olahan dari unggas burung puyuh. Sedangkan dalam pengembangan produk ayam bakar Kalasan, ayam panggang Keraton, dan bebek goreng Madura tersebut diharapkan tidak merubah cita rasa khas dari daerahnya masing-masing dan dapat memberikan variasi baru dari masakan tersebut. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari kegiatan studi lapang yang telah dilaksanakan yaitu: 1. Agar mahasiswa mampu memahami lebih dalam tujuan pemeliharaan aneka ternak puyuh 2. Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi sistem manajemen pemeliharaan puyuh 3. Agar mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan, baik di lingkungan kampus maupun dilapangan 1.3 Waktu dan Tempat Waktu Kegiatan Studi Lapang ini tepatnya di Kuanino Kabupaten Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur pada hari selasa tanggal 26-11-2013 dimulai pukul 09.30 sampai selesai. 1.4 Pelaksanaan Kegiatan  Mahasiswa memperkenalkan diri pada koordinator kegiatan  Menyiapkan alat tulis menulis  Mengamati lokasi perusahaan/instansi  Mencatat hasil pengamatan  Diskusi/Tanya jawab dengan petugas lapangan  Menyusun laporan BAB II PEMBAHASAN 1. Nama Usaha Peternakan : Nama Pemilik Peternakan : Traianus Kase Lokasi Usaha : Kuanino Kupang Tgl/Bln/Thn Berdirinya Usaha : Tahun 2007 2. Alasan pemilihan jenis aneka ternak : • Karena mudah dipelihara dan dapat menguntungkan • Sebagai kerja sampingan • Karena ternak puyuh jarang terserang penyakit 3. Tujuan pemeliharaan : Agar dapat mengisi kebutuhan keluarga terpenuhi 4. Jenis Bibit : Ada dua jenis yaitu belang-belang dan kemerah-merahan Asal Bibit : Produksi Sendiri Jumlah Ternak : 600 ekor, dimana jantan 300 ekor dan betina 300 ekor 5. Jenis Pakan : Pakan jadi Sumber Pakan : Dari Toko dan produksi sendiri Harga Pakan : Rp. 320/karung Jumlah pemberian pakan : 2 kg/hari 6. Luas Kandang : 90x80 cm untuk kandang yang bertingkat, sedangkan yang lainnya berukuran panjang 2 dan 3 meter Alasan Pemilihan Lokasi: Halaman rumah, karena dimana sejauh ini mencoba membuat yang lebih besar tetapi dengan tugas dan tanggung jawab yang begitu banyak. Kontruksi Kandang (model,bahan): Model bertingkat dimana bahan dasarnya terbuat dari kayu tetapi bagian dalam kandang (tempat injak) terbuat dari kawat rem halus dan bagian bawah kawat di lapisi dengan plastic agar kotorannya mudah dibersihkan Jumlah Kandang : Ada 3 Kepadatan Kandang : Untuk yang berukuran 90x80cm 40 ekor tetapi yang lainnya dengan jumlah 30 ekor 7. Pemeliharaan Ternak (pemberian pakan dan minum, pembersihan kandang, jumlah tenaga kerja dan upah tenaga kerja): Lebih baik menggunakan air putih, pembersihan kandang dalam satu minggu hanya 2 kali kadang pula 3 kali,dimana pagi,siang dan sore. Dan tenaga kerjanya hanya keluarga dalam satu rumah saja. 8. Jenis penyakit yang menyerang aneka ternak : Ternak lumpuh, blot (mencret) Pencegahan dan pengobatan penyakit : Dengan memberikan air putih saja 9. Pemanenan/Pemungutan produk (jadwal dan penanganannya): Ditetaskan sendiri, kemudian dipelihara dan dijual kepada orang yang ingin memelihara ternak puyuh tersebut 10. Pemasaran produk yang dihasilkan: Tidak dijual dipasaran melainkan pembeli yang datang sendiri dilokasi Harga Produk : untuk satu rak telur Rp. 45.000, dan untuk 30 ekor anak puyuh dijual dengan harga Rp. 300.000 Wilayah Pemasaran : pada lingkungan sekitar dan teman dimana mereka datang sendiri dilokasi 11. kendala yang dihadapi dalam usaha aneka ternak: Ingin membuka yang lebih besar tetapi lokasi yang tidak mendukung. Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relative kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs.Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandangkandang ternak yang ada di Indonesia. Dalam kegiatan studi lapang di kuanino, jenis burung puyuh yang ada coturnix,dengan ciri-ciri warna coklat berbintik hitam, tubuh kecil, kaki pendek. Perbedaan puyuh jantan dan betina, untuk puyuh jantan dilihat dari leher dan bulu dada berwarna kayu manis (coklat muda),dan apabila kita tekan pada bigian kloaka akan mengeluarkan cairan putih. Sedangkan untuk puyuh betina puyuh warna tubuh laki-laki adalah sama, kecuali bulu di tenggorokan, dada dan kloaka dimana tenggorokan bagian atas cinnamonnya dan dada warna cerah dan terlihat coklat, pada kloaka mendatar. Ada beberapa hal yang harus kita ketahui mengenai kandang puyuh yang kami kunjungi. Di antaranya: • Lokasi kandangnya dekat dengan rumah karena tidak ada lokasi selain lokasi yang tersedia. Tetapi sebaiknya jauh dari keramaian dan permukiman penduduk. • Sirkulasi udara baik, walaupun lokasinya sempit. Sirkulasi udara yang tidak baik bisa menyebabkan meningkatnya serangan hama dan penyakit. • Aman dari gangguan binatang predator • Bentuk kandangnya bertingkat • Dinding kandang terbuat dari kawat jeruji, serta tempat injak ternak • Tempat air dan pakan chick feeder • Atap kandang terbaut dari seng • Mempunyai aksesibilitas yang baik, terutama untuk menunjang transportasi dan sarana produksi serta penjualan telur. Bibit awal burung puyuh dari bapak Traianus kase barasal dari bapak nahak yang berada dikelapa lima dimana awalnya 100 ekor anakan kemudian dikembangkan hingga yang ada sekarang mencapai 600 ekor, dimana jantan 300 ekor dan betina 300 ekor. Awal produksi telur puyuh pada umur 60 hari. Apabila makanannya terjamin baik maka sebelum memasuki umur 60 hari sebagian ternak puyuh ada yang mulai bertelur dan tepat umur 60 hari sebagian besar ternak puyuh bertelur karena pada umur ini, saatnya ternak puyuh berproduksi hingga umur 720 hari. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari hasil kegiatan studi lapang yang sudah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa beternak puyuh sangat efisien untuk di budidayakan, karena sistem pemeliharaannya sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang banyak, selain itu juga produksinya cepat sehinnga cepat mendapatkan keuntungan. 3.2 Saran Diharapkan agar kegiatan studi lapang ini dapat membawa dampak positif bagi mahasiswa untuk massa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA http://quail-breeding.blogspot.com/2012_12_01_archive.html/diakses Pada Tanggal 10 November 2013 http://www.scribd.com/doc/49703780/BETERNAK-PUYUH-2/diakses Pada Tanggal 30 November 2013 Lithan, F. (2011). Pedoman Penataan Budidaya Puyuh. 4. Sang, A. I. (2012). Pengembangan Produk Burung Puyuh. 18.

laporan studi lapang