Senin, 15 September 2014

laporan praktik kerja lapang tentang prosesing semen beku sapi bali dan semen cair ternak babi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Praktik Kerja Lapang (PKL) yang wajib diikuti mahasiswa/i semester VI Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Kupang (PPNK) merupakan salah satu kegiatan yang termasuk dalam kegiatan kurikuler. Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan dan wawasan mahasiswa/i yang mencakup budidaya atau produksi, manajemen dan pemasaran dalam usaha di bidang Peternakan. Berdasarkan hal tersebut, setiap mahasiswa/i peserta PKL diberi kesempatan untuk melakukan praktik kedua lokasi yang dianggap layak oleh PPNK. Khusus untuk mahasiswa/i Jurusan Peternakan, Program Studi Produksi Ternak, komoditi yang dipilih dalam kegiatan PKL adalah bukti minat mahasiswa dan kelayakan lokasi.
Dalam kegiatan PKL ini mahasiswa/i Program Studi Produksi Ternak berkesempatan untuk mempelajari lebih dalam tentang komoditi ternak yang diminati sehingga diharapkan nantinya setelah menyelesaikan pendidikan di PPNK, mahasiswa/i bersangkutan dapat mengaplikasikan pengalamannya tersebut. Laporan ini berisi paparan hasil kegiatan PKL yang telah dilakukan sesuai dengan komoditi yang dipilih yaitu Manajemen Pemeliharaan Ternak Babi.
Ternak  babi  merupakan  salah  satu  komoditi  Peternakan yang cukup potensial untuk dikembangkan. Hal tersebut disebabkan ternak babi dapat mengkonsumsi makanan dengan efisien, sangat prolifik yakni beranak dua kali setahun dan sekali beranak antara 10 14 ekor. Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam menjalankan usaha ternak babi terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan bibit yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas dan tatalaksana pemeliharaan yang meliputi perkandangan, kebersihan kandang, pemeliharaan induk, anak babi, ternak babi jantan dan babi usia tumbuh serta penanganan hasil produksi.
Hal lain yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan dalam suatu usaha Peternakan babi adalah tenaga yang terampil dalam mengelola usaha tersebut. Keterampilan yang handal dapat diperoleh secara formal melalui pendidikan dan pengalaman praktis. PPNK merupakan sebuah lembaga pendidikan yang berorientasi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan  dan wawasan yang luas mengenai sektor pertanian maupun sub sektor Peternakan melalui pelaksanaan PKL.

1.2     Tujuan dan Kegunaan
1.2.1  Tujuan
Adapun tujuan yang dicapai dalam kegiatan PKL ini yaitu agar mahasiswa dapat:
1.      Memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen pembibitan ternak babi secara baik dan benar
2.      Memotivasi mahasiswa dalam berwirausaha.
3.      Mengetahui sistem pemeliharaan pembibitan ternak babi



1.2.2     Kegunaan
Adapun kegunaan dalam PKL ini yaitu:
1.      Dapat memperluas luas wawasan dan keterampilan di bidang usaha pembibitan ternak babi
2.      Sebagai sumber informasi tentang manajemen pembibitan ternak babi bagi mahasiswa maupun peternak babi.
3.      Menanamkan sikap mandiri mahasiswa dalam berwirausaha.

1.3     Lokasi dan Waktu
Kegiatan PKL ini berlokasi di Dusun Banjar Kuda, Desa Sekan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Usaha ini bergerak dalam bidang pembibitan dan penggemukan ternak babi yang bekerja sama dengan PT. Karya Prospek Satwa (KPS). Dalam kegiatan PKL ini, mahasiswa difokuskan pada bidang pembibitan ternak babi. PKL ini berlangsung selama 45 hari dari tanggal 11 Maret 2014 Sampai 26 April 2014.

1.4     Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam kegiatan PKL ini adalah pengamatan langsung di lapangan, diskusi dan wawancara dengan petugas kandang, terlibat langsung dalam kegiatan tatalaksana pemeliharaan ternak babi, dan studi pustaka/literatur.



BAB II
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

2.1     Sejarah Singkat Usaha
Usaha Peternakan milik Bapak Tantra merupakan usaha penggemukan dan pembibitan tenak babi yang bekerja sama antara PT. KPS dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Usaha pembibitan ternak babi ini adalah usaha sampingan dalam rumah tangga dengan usaha pokoknya yaitu berkebun.
Usaha ini diawali dengan penggemukan ternak babi sejak tahun 2000 yang bekerja sama dengan PT. KPS di Bali dalam bentuk kelompok mandiri. Namun seiring berjalannya waktu usaha ini mengalami kerugian karena menurunnya harga daging babi sehingga usaha ini ditutup pada tahun 2007.
Pada tahun 2012 usaha peternakan ini didirikan kembali dalam bidang pembibitan ternak babi dengan  membangun kandang sendiri tanpa melalui kelompok mandiri lagi dengan populasi awal ternak sebanyak 93 ekor (induk 90 ekor dan jantan 3 ekor), tahun 2014 bertambah menjadi 471 ekor  yang terdiri dari pre stater 210 ekor, starter 150 ekor, induk kosong 83 ekor, induk menyusui 14 ekor, induk bunting 10 ekor, dan pejantan 4 ekor.
Peternak memiliki niat dan bakat untuk membantu dan mengembangkan usaha ternak babinya. Pada kesempatan ini dia juga kembali bermitra dengan PT. KPS seperti sebelumnya. Dalam kerja sama ini PT. KPS menyediakan induk babi, ternak babi jantan, semen cair ternak babi, pakan, transportasi, obat-obatan, vaksin, dan spoit, sedangkan peternak sendiri mempersiapkan kandang serta peralatan kandang yang berkaitan dengan aspek pemeliharaan. Salah satu keuntungan kerja sama ini adalah peternak memperoleh kepastian dalam hal pemasaran hasil dan pembayaran setelah penyapihan anak babi setiap bulan.

2.2     Lokasi
Lokasi usaha Peternakan pembibitan babi di Desa Banjar Kuda Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Propinsi Bali memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
1.      Sebelah timur berbatasan dengan Desa Padpadan
2.      Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Malet
3.      Sebelah barat berbatasan dengan Desa Perian
4.      Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bayunggede

2.3         Organisasi
2.3.1   Struktur Organisasi
Struktur organisasi pada usaha pembibitan ternak babi sangat sederhana yakni hanya terdiri dari satu orang karyawan. Namun demikian Peternakan ini memiliki bentuk kerja sama yang jelas dengan PT. KPS. Adapun struktur organisasi dan bentuk kerja sama antara PT. KPS dengan peternak tertera pada gambar 1.




Keterangan:                 Garis Komando
Gambar 1. Struktur organisasi dan bentuk kerja sama antara PT. KPS dengan Peternak dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      PT. KPS: Sebagai pengawas dan  penyedia induk, jantan, semen, pakan, obat-obatan, vaksin, spoit, dan transportasi untuk distribusi anak babi sapihan.
2.      Bapak Tantra: Sebagai pemilik kandang dan menyediakan peralatan kandang yang berkaitan dengan kegiatan pemeliharaan ternak
3.      Karyawan: Melaksanakan tanggung jawab dalam pemeliharaan ternak babi

2.3.2   Ketenagakerjaan
Usaha Peternakan ini hanya memiliki satu orang karyawan saja dengan latar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD). Karyawan ini bertugas untuk menangani segala sesuatu yang berkaitan dengan aspek pemeliharaan ternak babi khususnya pembibitan.
                                                                                      
2.3.3   Jaminan Sosial
Jaminan sosial bagi pekerja di Peternakan ini adalah dengan pemberian upah/gaji kepada karyawan sebesar Rp 1.000.000/bulan. Peternak memberikan bonus kepada karyawan sebesar Rp 7.000/ekor setiap anak babi sapihan. Selain itu juga karyawan bisa mendapatkan pinjaman uang tanpa bunga kepada pemilik peternakan.




2.3.4   Fungsi sosial
Usaha ini memiliki fungsi sosial sebagai berikut:
1.      Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat
2.      Feses atau limbah ternak babi dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dijadikan pupuk
3.      Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan kegiatan PKL, magang atau penelitian.

2.4     Lingkungan Peternakan
2.4.1   Kondisi Fisik
Usaha pembibitan babi yang terletak di Desa Banjar Kuda Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Provinsi Bali berada di ketinggian 1003 meter diatas permukaan laut (DPL) dengan topografi yang rata.

2.4.2   Kondisi Non Fisik
Dilihat dari aspek sosial masyarakat sekitar usaha Peternakan, terdapat kecenderungan keberatan akan keberadaan peternakaan karena letaknya yang terlalu dekat dengan pemukiman sehingga bau feses sangat menggangu masyarakat sekitar. Hasil diskusi dengan pemilik peternakan bahwa belum ada niat untuk memindahkan usaha Peternakannya karena besarnya modal yang sudah diinvestasi dalam bentuk pembuatan kandang yakni sebesar                      Rp 203.450.000.


BAB III
TATALAKSANA PETERNAKAN

3.1     Populasi Ternak
Populasi ternak babi pembibitan terdiri dari babi pre starter, starter, induk, induk bunting, induk menyusui, dan pejantan. Adapun populasi ternak babi pembibitan tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Populasi Ternak Babi Pembibitan Tahun 2014
No
Fase Pemeliharaan
Jumlah (ekor)
YS (ekor)
LDR (ekor)
DR (ekor)
PTN (eko)
LY (ekor)


1
Pre starter
210
50
65
20
40
35

2
Starter
150
40
50
15
20
25

3
Induk kosong
83
15
35
-
23
10

4
Induk menyusui
14
4
5
-
3
3

5
Induk bunting
10
2
4
-
4
-

6
Pejantan
4
1
-
3
-
-

Total
471






Sumber: Peternakan Bapak Tantra Tahun, 2014
Keterangan: YS: Yorkshire, LDR: Landrace, DR: Duroc, PTN: Pitrain, LY: Landrance-Yorkshire

Data ini merupakan data yang diambil pada saat penulis melaksanakan PKL, namun sebenarnya data ini dapat berubah karena akan ada penambahan anak babi dari induk bunting bahkan anak babi yang mati pada saat melahirkan. Induk menyusui yang sudah beranak lima kali diafkir. Dari 14 ekor induk menyusui yang sudah beranak tiga kali sebanyak 10 ekor dan yang beranak dua kali sebanyak 4 ekor. Mortalitas anak babi dari fase pre-starter sampai pada fase starter adalah 17%. Tabel 1 menunjukkan bahwa sex ratio dari jumlah pejantan yang digunakan untuk mengawini induk adalah 1:27 artinya 1 ekor pejantan dapat mengawini 27 ekor induk.
Litter size per induk adalah 15 ekor anak babi hal ini karena perkawinan ternak dilakukan 2-4 kali baik secara alami maupun IB. Kawin alami yang dilakukan selama kegiatan PKL adalah dilakukan dua kali, sedangkan untuk kawin IB dilakukan tiga kali. Hasil dari perkawinan tersebut anak yang lahir lebih dominan pada bangsa atau jenis induknya.
Beberapa jenis ternak babi  yang dipelihara di Peternakan ini antara lain:
1.      Yorkshire (Large white)
Yorkshire (Large white) berasal dari Inggris dengan ciri-ciri kepala/muka berbentuk seperti mangkuk, telinga tegak, badan besar, panjang dan dalam, warna seluruh tubuh putih, bersifat sebagai induk yang baik dan air susunya banyak (Prasetya, 2012).
Berdasarkan ciri di atas, ternak babi yorkshire yang ada di Peternakan memiliki ciri yang sama yakni warna bulu putih, muka agak cekung, telinga tegak, memiliki sifat keibuan yang baik, tubuh panjang dan dalam, dan puting susu 6 −7 pasang.
2.      Landrance
Babi landrace merupakan babi unggul yang berasal dari Denmark, dengan ciri-ciri tubuh panjang dan dalam, kepala kecil  agak panjang, telingga terkulai rebah kedepan, warna putih halus dan bulu halus (Prasetya, 2012).
Ternak babi yang ada di peternakan ini memiliki ciri-ciri seperti yang dikemukakan Prasetya yaitu, telingga terkulai, tubuh panjang dan dalam, memiliki, dan warna bulu putih dan halus.

3.      Duroc
Ternak babi ini berasal dari Amerika dengan ciri-ciri kepala panjang dan lebar, profil muka cekung, telinga sedang dan cenderung terkulai kedepan, mata besar berwarna coklat muda, hidung pendek serta moncongnya lebar dan panjang, badan yang kompak dan memanjang, warna bulu coklat kemerahan (Wheindrata, 2013).
Ternak babi yang ada memiliki ciri-ciri  yang sama dikemukakan oleh Wheindrata yakni badan yang kompak dan panjang, warna bulu coklat kemerahan, hidung pendek serta moncongnya lebar dan panjang, dan telinga terkulai ke depan.
4.      Pitrain
Ternak babi ini berasal dari Belgia dengan ciri-ciri memiliki warna bulu putih, tubuh besar, memiliki perototan pada bagian pantat, kaki kuat, memiliki 7 pasang puting susu dan telinga tegak.
5.      Landrance-Yorkhsire (LY)
Babi Ly merupakan persilangan antara Landrance dan Yorkshire yang dilakukan oleh PT. KPS. Babi Ly ini membawa ciri-ciri kedua babi persilangan tersebut yakni warna bulu putih , telinga terkulai ke depan, memiliki sifat keibuan, puting susu 6 − 7 pasang serta tubuh panjang dan besar.

3.2     Tatalaksana Rutin
Kegiatan rutin yang dilakukan meliputi pemberian pakan dan air minum, pembersihan kandang, mengenal tanda-tanda birahi, perkawinan, penanganan kelahiran, dan pencegahan serta penanganan penyakit.
3.2.1     Pemberian Pakan dan Air Minum
Ternak babi menyusui dan induk bunting yang akan melahirkan diberikan dua kali sehari yaitu pagi pukul 07.00 WITA dan sore pukul 03.00 WITA masing-masing sebanyak 2,5 kg/ekor setiap kali pemberian. Ternak babi pejantan dan induk kosong diberikan satu kali dalam sehari yaitu pagi hari pukul 07.00 WITA sebanyak 2 kg/ekor. Bagi ternak babi dengan kondisi badan kurus diberikan satu kali sehari dengan jumlah 3 kg/ekor. Menurut Sihombing (1991), konsumsi ransum per hari (kg) untuk induk bunting 2,0 - 2,5 kg, induk laktasi 3,0 - 4,5 kg, pejantan 2,0 - 2,5 kg, sedangkan induk kering 2,5-3,5 kg.
Pemberian pakan yang dilakukan dalam bentuk kering. Prasetya (2012) menyatakan bahwa pemberian pakan babi secara kering dapat memberikan rangsangan agar bisa memperoleh berat hidup yang maksimal. Pakan yang diberikan bagi ternak selama PKL yaitu pakan jadi dalam bentuk pelet dengan merek NP 56.  Komposisi bahan pakan NP 56 tertera pada Tabel 2. Sedangkan  pemberian air minum secara ad libitum (selalu tersedia) dengan menggunakan nippel melalui saluran pipa sehingga ternak babi dapat minum sendiri.
Tabel 2. Komposisi Bahan Pakan dengan Merek NP56
No
Komposisi
%
1
Kadar air
Max 13,00
2
Protein
15,50-17,50
3
Lemak
Min 4,0
4
Serat
Max 9,0
5
Abu
Max 8,0
6
Calcium
Min 0,90
7
Phosphor
Min 0,70
Sumber: PT.Charoen Pokphand Indonesia Tahun 2014


3.2.2     Pembersihan Kandang dan Memandikan Ternak
Pembersihan kandang dilakukan untuk menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak babi. Pembersihan kandang dilakukan pada pagi hari setelah kegiatan pemberian pakan yaitu pagi pukul 09.00 WITA khusus untuk kandang induk menyusui dan kandang individu. Sedangkan pembersihan kandang untuk induk menyusui dilakukan pada sore hari yaitu pada pukul 03.00 WITA. Kegiatan pembersihan kandang ini dilakukan setiap hari yang dimulai dengan membersihkan feses terlebih dahulu pada sela-sela saluran pembuangan air kencing dengan menggunakan belahan bambu.
Feses yang berceceran dan melekat dilantai kandang disapu serta  pakan yang tumpah dari tempat pakan dibersihkan. Selanjutnya feses dan sisa pakan yang telah dikumpulkan dimasukkan ke dalam gerobak dorong untuk dibuang pada tempat penampungan. Setelah membersihkan kandang kemudian dilakukan penyemprotan lantai kandang yang dimulai dengan menyemprot cela-cela lantai kandang agar fesesnya tidak tersumbat, kemudian dilakukan kegiatan memandikan ternak.
Kegiatan memandikan  ternak ini menggunakan mesin semprot dengan cara air dituangkan dalam wadah yang berukuran 300 liter dan dicampur dengan deterjen (rinso) 100 gram. Ternak dimandikan dengan cara air disemprot keseluruh bagian tubuhnya kemudian disikat  agar feses yang melekat pada tubuh dapat dikeluarkan.



3.3         Penanganan Induk dan Kelahiran
3.3.1  Penanganan Induk
Penanganan induk memerlukan perhatian khusus terutama induk bunting, induk yang akan melahirkan, dan induk sehabis melahirkan (Prasetya, 2012).  Penanganan induk di Peternakan ini secara khusus dilakukan untuk menjaga induk agar tidak mudah terserang penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
Kegiatan ini diawali dari perkawinan sampai melahirkan. Salah satu hal penting yang diperhatikan dalam penanganan induk ini adalah pakan yang diberikan harus berkualitas dan dalam jumlah 2,5 kg/ekor/hari.

3.3.2     Penanganan Induk Bunting
Penanganan induk bunting yang dilakukan yaitu memindahkan induk bunting dari kandang individu ke kandang melahirkan.  Salah satu hal yang sangat diperhatikan dalam penanganan induk bunting adalah pemenuhan kebutuhan pakan.  Ardana dan Putra (2008), menyatakan bahwa pemberian pakan yang cukup dalam penanganan induk bunting adalah untuk menjamin kondisi tubuh induk tetap bagus pada saat melahirkan anak dan dihasilkannya jumlah anak lahir seperindukan (litter size) yang tinggi.
Pemindahan induk bunting ke kandang melahirkan dilakukan 10 hari menjelang melahirkan. Perlakuan ini dilakukan terhadap semua induk, baik induk yang sudah pernah beranak maupun babi dara yang belum pernah beranak. Prasetya (2012) menyatakan bahwa pemindahan induk yang pernah beranak dilakukan 2-3 hari sebelum melahirkan, sedangkan babi dara yang belum pernah melahirkan lebih awal yaitu 4-5 hari.
3.3.3     Penanganan Kelahiran
Penanganan kelahiran bertujuan untuk membantu induk yang mengalami kesulitan atau gangguan serta kelelahan ketika melahirkan dengan tujuan untuk menyelamatkan induk yang akan melahirkan tersebut dan anak yang akan lahir. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan kelahiran adalah mengenal tanda-tanda babi yang akan melahirkan dan membantu proses kelahiran.
Prasetya (2012) menyatakan bahwa tanda-tanda induk yang akan melahirkan yaitu: perut turun ke bawah, urat daging sekitar vulva mengendor, vulva membengkak, berwarna merah dan keluar lendir, ambing mengeras, puting berwarna kebiruan, dan nafsu makan menurun. Penanganan kelahiran dilakukan pada saat mengetahui beberapa tanda spesifik sesuai dengan pendapat Prasetya (2012). Apabila beberapa tanda tersebut tampak maka mulai dilakukan persiapan alat dan bahan untuk membantu proses kelahiran.
Dalam hal penanganan kelahiran, karyawan/petugas kandang melakukan beberapa hal diantaranya adalah:
1)      Membersihkan lendir yang masih menempel pada bagian hidung dan mulut anak babi yang baru lahir menggunakan kain agar pernapasannya lancar kemudian bagian tubuhnya ditaburi dengan serbuk kayu lalu dibersihkan.
2)      Anak babi langsung diberi zat besi Pig-Ironject 20% + B12 dan D.I.R.P.D dengan dosis 1 cc/ekor. Komposisi Pig-Ironject 20% + B12 yaitu iron in dextran complex 200 mg dan vitamin B12 200 mg . Sedangkan D.I.R.P.D yaitu iron dextran complex equivalent to iron 10 mg
3)      Dilakukan pemotongan ekor, gigi, dan tali pusar
4)      Anak babi yang lemah didekatkan ke induk agar bisa menyusu
5)      Anak babi yang kedinginan dimasukkan ke dalam boks pemanas yang telah dilengkapi dengan lampu penghangat berukuran 60 watt
6)      Apabila induk mengalami kesulitan atau gangguan pada saat melahirkan maka dilakukan pertolongan dengan memasukkan tangan ke dalam vagina. Terlebih dahulu olesi tangan dengan sabun dan dibasahi dengan air yang sudah dicampur dengan Lodosept atau obat merah. Selanjutnya tangan dimasukkan ke dalam vagina secara perlahan-lahan sambil memutar secara bolak-balik, kemudian memeriksa posisi anak babi dalam rahim dan dilanjutkan dengan memegang anak babi tersebut untuk ditarik keluar pelan-pelan agar induknya tidak merasa sakit.

3.4           Pemeliharaan Anak Babi
3.4.1     Pemeliharaan anak babi pre-starter
Anak babi pre-stater yang ada di Peternakan ini adalah anak babi yang berumur 1-10 hari. Anak babi yang lemah saat dilahirkan langsung dituntun ke puting induk agar mendapatkan puting yang air susunya lancar sedangkan anak babi yang kuat berdiri langsung didekatkan pada induk dengan sendirinya mencari puting yang air susunya lancar. Hal ini sesuai dengan pendapat  Prasetya (2012) bahwa, anak babi yang kuat akan memperoleh puting yang air susunya lancar, tetapi sebaliknya yang lemah akan terdesak dan akan memperoleh puting yang jelek yang air susunya sedikit. Pemeliharaan babi pre-stater yang dilakukan antara lain:
a.        Pemotongan gigi, ekor dan tali pusar
Pemotongan gigi yang dilakukan adalah pada anak babi yang baru lahir dengan cara anak babi  dipegang pada bagian belakang telinga kemudian jari telunjuk dimasukkan ke dalam mulut agar mulut terbuka dengan baik. Setelah mulut terbuka dilakukan pemotongan pada gigi taring dengan menggunakan tang pemotong. Gigi yang dipotong serata dengan gusi dengan tujuan untuk menghindari anak babi melukai puting susu induk maupun anak babi yang lain. Sihombing (2006) menyatakan bahwa dalam melakukan pemotongan gigi dilakukan secara hati-hati agar tidak melukai gusi atau lidah.
Setelah dilakukan pemotongan gigi dilanjutkan dengan pemotongan ekor menggunakan gunting dengan ukuran 2−3 cm dari pangkal ekor. Tujuan pemotongan ekor untuk memudahkan saat perkawinan apabila anak babi akan dijadikan bibit. Apabila pemotongan ekor selesai kemudian dilakukan pemotongan tali pusar menggunakan gunting dengan cara anak babi dipegang sambil diangkat kemudian dilakukan pemotongan dengan ukuran 5 cm dari perut. Sesuai dengan pendapat Sihombing (2006), tali pusar dipotong segera setelah lahir dengan ukuran 5 cm dari pangkalnya.

b.      Pemberian Zat Besi
Pemberian zat besi pada anak babi dilakukan pertama kali pada peternakan ini sekitar 5 – 10 menit setelah lahir dengan cara Intramuscular yaitu dengan menggunakan obat Pig-Ironjec 20% + B12 dan obat D.I.R.P.D dengan dosis 1 cc/ekor. Tujuan pemberian  zat besi untuk mencegah terjadinya anemia.
Mekanisme kerja zat besi pada anak babi adalah membentuk haemoglobin atau pigmen pada sel darah merah yang berfungsi untuk mengangkut 02 (oxyagen) ke seluruh jaringan tubuh. Hal ini berbeda dengan pendapat Sihombing (2006) menyatakan bahwa zat besi diberikan dalam waktu 48-72 jam yang pertama setelah melahirkan.

3.4.2     Pemeliharaan Anak Babi Fase Starter
Pemeliharaan babi fase starter dimulai dari anak babi umur 11 20 hari. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan anak babi fase starter adalah:
a.      Kastrasi
Kastrasi atau pengebirian adalah tindakan mematikan produksi sel kelamin jantan dengan memotong tes-tes atau memutuskan saluran vas deferens yang berfungsi menyalurkan sperma ke penis. Menurut Prasetya (2012)  kastrasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara tertutup dan cara terbuka. Cara tertutup dilakukan dengan mengikat saluran yang menuju tes-tes sehingga sel-sel jantan akan mati. Kastrasi cara terbuka dilakukan dengan pembedahan untuk mengeluarkan tes-tes. Lebih lanjut Prasetya (2012) menyatakan bahwa tujuan dari kastrasi adalah untuk mempertahankan kualitas daging, agar pejantan tidak dapat dipergunakan lagi jadi bibit atau pemacek, menghindari babi jantan yang berkualitas jelek mengawini calon-calon induk yang bagus dan untuk menjinakan ternak babi yang mempunyai sifat buas atau kanibalisme. Sebaiknya anak babi dikastrasi sebelum umur 10 hari, terkecuali anak yang akan dicalonkan atau dijadikan bibit (Sihombing, 2006).
Kastrasi yang dilakukan di Peternakan tersebut sesuai dengan pernyataan yang dikemukaan oleh Sihombing, (2006) yakni sebelum berumur 10 hari atau tepatnya pada umur 7 hari dengan cara terbuka.  Sebelum dikastrasi, anak babi terlebih dahulu disuntik dengan obat Alamycin LA dengan dosis ½ cc/ekor untuk mencegah terjadinya White Scours (berak putih).
Hal-hal yang perlu disiapkan dalam proses kastrasi adalah:
1.        Siapkan alat dan bahan yaitu silet atau pisau dan Lodosept 100 ml,
2.        Anak babi dipegang oleh seorang petugas dengan cara kedua kaki belakangnya menghadap ke atas, kemudian petugas yang lain yang memegang silet meremas scrotum agar tes-tes muncul dan mudah dibedah
3.        Tes-tes ditekan dengan ibu jari kiri ke atas dan jari telunjuk ke bawah supaya mudah dibedah dengan silet
4.        Skrotum dibedah untuk mengeluarkan tes-tes.
5.        Tes-tes yang sudah keluar dipotong tepat pada saluran vas deferens
6.        Bekas luka ditetesi dengan Lodosept atau obat merah.
Untuk mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan sebaiknya luka akibat bekas potong (kastrasi) dijahit, terkecuali untuk babi yang berumur 4 - 5 minggu tidak perlu dijahit (Prasetya, 2012). Hal ini sesuai dengan praktek di Peternakan ini dimana karena umur babi yang dikastrasi berumur 7 hari sehingga pada bekas lukanya tidak dijahit tetapi hanya ditetesi dengan Lodosept atau obat merah.


b.      Penyapihan
Penyapihan adalah tindakan memisahkan anak dari induk babi. Tindakan ini dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi tubuh induk dan produksi air susu. Tujuan dari penyapihan ini agar induknya dapat dikawinkan lagi dalam waktu singkat. Prasetya (2012) menyatakan bahwa penyapihan anak babi lebih cepat agar induknya dapat dikawinkan dalam waktu singkat sehingga bisa beranak tiga kali setahun.
Penyapihan anak babi dilakukan pada umur 21 - 27 hari dengan kategori anak babi yang disapih memiliki kondisi tubuh yang sehat, lincah, dan kuat. Penyapihan dilakukan dengan cara anak babi diangkat dari dalam kandang melahirkan lalu dimasukan dalam gerobak dorong, kemudian didorong mendekati mobil pengantar anak babi sapihan ke kandang penggemukan milik PT. KPS. Setelah mendekati mobil anak babi diangkat satu persatu dari dalam gerobak untuk di masukkan dalam mobil. Khusus untuk anak babi yang kondisi tubuhnya kurang bagus atau kerdil dilakukan pemeliharaan lanjutan dengan cara menitipkan anak babi pada induk lain.

3.5     Pemeliharaan Induk Bunting
Pemeliharaan induk bunting yang dilakukan merupakan salah satu hal penting yang selalu diperhatikan, terutama makanannya yang harus mengandung protein dan mineral. Kebuntingan diawali pada saat terjadinya pembuahan sampai kelahiran. Ternak babi dikatakan bunting apabila  setelah 21 hari dikawinkan tidak menunjukan gejala birahi lagi.
Umur kebuntingan ternak babi umumnya adalah 114 hari dari waktu terjadinya pembuahan. Lama kebuntingan dapat bervariasi antara 111 hari dan 120 hari (Ardana dan Putra, 2008). Sementara menurut Wheindrata (2013), kebuntingan pada ternak babi berkisar antara 111 hari sampai 117 hari, tergantung sifat genetik induknya.
Umur kebuntingan ternak di lokasi PKL variasi sejalan dengan pendapat Ardana dan Putra yaitu 111 hari dan 120 hari. Ternak yang bunting  dipindahkan di kandang individu 10 hari menjelang melahirkan dengan tujuan agar dapat menyusaikan diri dengan tempat yang baru sebelum melahirkan.
Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan pada pemeliharaan induk bunting adalah kesehatan dan pakan yang berkualitas serta kondisi kandang yang harus selalu bersih. Kondisi ini bertujuan agar ternak babi selalu dalam keadaan sehat dan anak yang akan lahir juga sehat.

3.6     Pemeliharaan Induk Menyusui
Induk menyusui dipelihara dalam kandang melahirkan selama 36 hari dimulai dari induk sebelum melahirkan sampai anaknya disapih. Pemberian pakan dilakukan dua kali dalam sehari yakni pagi dan sore hari sebanyak 5 kg/ekor/hari dalam bentuk kering. Sedangkan air minum diberikan secara ad libitum dengan menggunakan nippel.
Penanganaan kesehatan pada Induk menyusui yang dilakukan selama PKL disesuaikan dengan kondisi kesehatan induk tersebut. Induk yang mencret (scours) dengan dengan tanda-tanda feses encer, kurang makan, kondisi tubuh lemah, dan apabila diraba pada bagian bawah perut tubuh ternak terasa panas, maka dilakukan pengobatan menggunakan obat Kolamox LA dengan dosis 4 cc/ekor.

3.7     Pemeliharaan Pejantan
Pejantan dipelihara dalam kandang individu dengan ukuran panjang 161 cm, lebar 72 cm dan tinggi besi pembatasnya 51 cm. Perawatan pejantan dilakukan dengan tujuan pejantan dapat megawini induk yang birahi sebelum semen dari PT. KPS didatangkan. Pemberian pakan dilakukan satu kali dalam sehari yaitu pagi hari pukul 07.00 Wita sebanyak 2 kg/ekor. 

3.8     Perkembangbiakan
Kunci utama dalam suatu usaha pembibitan babi dalam rangka meningkatkan produtivitas adalah menajemen perkawinan dan seleksi bibit.
3.8.1  Perkawinan Ternak
Perkawinan ternak babi dilakukan secara alami dan menggunakan teknologi Inseminasi Buatan (IB). Hal yang penting untuk diperhatikan dalam perkawinan adalah mendeteksi birahi. Pendeteksian birahi di Peternakan ini dilakukan dengan cara ternak jantan dikeluarkan dari dalam kandang kemudian dipertemukan dengan induk. Apabila ternak jantan menaiki induk itu maka dapat disimpulkan bahwa induk tersebut sedang mengalami birahi sehingga selanjutnya karyawan dapat menentukan waktu yang tepat untuk mengawinkannya agar tercapainya pembuahan yang tinggi.
Berkaitan dengan perkembangbiakan yang penting untuk diperhatikan adalah menentukan masa birahi dan waktu mengawinkan babi.
1.      Masa birahi
Masa birahi pada induk hanya berlangsung selama 2 – 5 hari yang ditandai dengan sikap diam (siap mau dikawin), vulva membengkak dan berwarna merah serta nafsu makan berkurang (Wheindrata, 2013).
Massa birahi pada babi di peternakan ini sesuai dengan pendapat  Wheindrata yakni 2 – 5 hari bervariasi antara induk yang sudah pernah beranak dan yang belum pernah beranak. Tanda-tanda babi birahi di Peternakan ini adalah vulva membengkak dan berwarna merah, nafsu makan berkurang, mengeluarkan lendir putih dari vulva, dan jika ditekan pada bagian punggung babi  akan diam.
2.      Waktu mengawinkan babi
Perkawinan ternak babi di Peternakan tersebut adalah pada saat babi dara berumur  6 7 bulan dengan bobot badan 90 100 kg untuk ternak babi yang baru pertama kali dikawinkan, sedangkan babi jantan dapat dikawinkan pada umur 8 10 bulan dengan bobot badan 110 120 kg. Lama birahi untuk  induk dara yang pertama kali dikawin adalah 60 jam. Sedangkan untuk induk babi yang pernah beranak 40 jam (Ardana dan Putra, 2008).
Dalam kegiatan PKL yang dilakukan apabila ternak babi birahi pada pagi atau sore hari maka langsung dikawinkan baik secara alami maupun dengan IB. Perkawinan dilakukan 2-4 kali untuk memungkinkan beranak banyak dengan menggunakan pejantan yang sama atau dikawinkan secara IB setelah dikawinkan secara alamiah. Sesuai hasil pengamatan, penentuan waktu perkawinan secara alamiah menunjukkan hasil yang sangat baik dimana dari 20 ekor induk yang birahi dan di kawinkan, 15 ekornya tidak menunjukan gejala-gejala birahi lagi atau bunting. Sedangkan penentuan waktu perkawinan secara IB menunjukkan hasil yang kurang baik dimana dari 10 ekor induk yang birahi dan di kawinkan, hanya 3 ekor yang bunting.
3.8.2  Seleksi Bibit
Seleksi atau memilih bibit pejantan dan induk sangat penting untuk menentukan hasil pembibitan yang diperoleh karena pejantan dan induk yang berkualitas akan menghasilkan bibit yang unggul (Wheindrata, 2013).
Pelaksanaan seleksi ternak babi yang akan dijadikan bibit yang dilakukan oleh petugas dari PT. KPS di kandang penggemukan dengan melihat beberapa kriteria: 1) Induk, dilihat dari kesehatannya (sehat), memiliki sifat keibuan yang diturunkan dari induknya, kaki lurus dan kuat, paha lebar dan tebal, tubuh memanjang, jumlah puting susu minimal 14 pasang, pertumbuhan cepat menjadi besar; 2) Ternak babi jantan, kaki kuat, (terutama kaki belakang) dengan tumit yang kuat, kuku rapat, testes simetris, memiliki sifat agresif, tubuh panjang, punggung agak melengkung dan kuat. Selanjutnya hasil seleksi diserahkan kepada Peternakan yang bermitra dengan PT. KPS yang memerlukan pejantan dan induk baru.

3.9     Perkandangan
Untuk mencapai kesuksesan dalam suatu usaha Peternakan babi, kandang yang baik merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Wheindrata (2013) menyatakan bahwa kandang merupakan syarat utama untuk dapat beternak babi karena kandang mempunyai peranan sangat penting untuk perkembangan dan keberhasilan Peternakan babi.
Perkandangan di Peternakan Bapak Tantra adalah kandang terbuka yang berbentuk ganda. Tipe kandang ini adalah tipe kandang ganda yang letaknya saling berhadapan satu dengan yang lain. Prasetya (2012) menyatakan bahwa, kandang ganda yaitu bangunan kandang yang terdiri dari dua baris yang letaknya bisa saling berhadapan ataupun bertolak belakang. Atap kandang tersebut terbuat dari seng, lantai kandang dari semen dan tiangnya terbuat dari semen dan beton.
Dinding kandang induk dan pejantan terbuat dari besi beton dan alas kandang terbuat dari semen yang sengaja dibuat lubang agar air kencing dan fesesnya tidak tertimbun di atas lantai. Pada  kandang induk menyusui, lantai dilapisi dengan karet yang berlubang sehingga air kencing dan fesesnya tidak tertimbun serta dindingnya terbuat dari besi beton.
Jenis dan ukuran kandang yang ada di peternak Bapak Tantra dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis dan ukuran kandang di Peternakan Bapak Tantra
No
Kandang
Ukuran kandang
Panjang (cm)
Lebar (cm)
Tinggi (cm)
1
Boks pemanas
161
72
51
2
Induk menyusui
219
179
74
3
Induk
217
62
102
4
Pejantan
217
65
150
Sumber: Peternakan Bapak Tantra (2014)
Bangunan kandang yang ada di peternakan selama PKL adalah menghadap arah Timur – Barat. Hal ini sesuai dengan pendapat Prasetya (2012) bahwa kandang sebaiknya dibangun menghadap ke timur untuk memperoleh sinar matahari pagi yang cukup, sebab sinar matahari pagi tidak begitu panas dan banyak mengandung sinar ultraviolet. Sinar matahari berfungsi untuk membantu proses pembentukan vitamin D, desinfektan, dan mempercepat pengeringan kandang sehabis dibersihkan dengan air.

3.10    Pencegahan dan Pengobatan Penyakit
Ardana dan Putra (2008), menyatakan bahwa untuk meghindari kerugian akibat kematian yang disebabkan penyakit sebaiknya dilakukan pencegahan  dan pengobatan penyakit.
Selama kegiatan PKL, terdapat beberapa jenis penyakit yang menyerang ternak babi antara lain:
1.      White scours (mencret putih)
Penyakit ini merupakan suatu penyakit endemik di Peternakan ini sehingga semua anak babi tidak luput dari penyakit tersebut. Penyakit ini sering menyerang anak babi umur 1-2 minggu. Prasetya (2012) menyatakan bahwa penyebab penyakit white scours ini adalah Escherichia coli, yaitu bakteri yang bisa masuk lewat tali pusar anak babi yang sakit. Biasanya babi kecil mudah menderita mencret putih jika kedinginan, lantai lembab, makanan induk jelek, atau anak terlampau banyak menyusu. Tindakan yang dilakukan pada peternakan ini untuk mencegah dan mengobati penyakit tersebut adalah dengan melakukan sanitasi kandang dan memberikan obat trimoxal suspension dengan dosis 0,5 ml/ekor secara oral. Pada anak babi yang sudah terinfeksi, jika pengobatan ini tidak memberikan kesembuhan maka akan diberikan obat Alamycin LA dengan dosis 1-2 cc/ekor. Pemberian obat ini dengan cara injeksi intramusculer sampai anak babi bebas dari white scours. Apabila obat ini tidak ada bisa digantikan dengan obat  Oktacin-En 5% diberikan secara injeksi intramusculer dengan dosis 1 cc/ekor..
2.      Anemia
Anemia adalah penyakit kekurangan darah yang disebabkan oleh defisiensi vitamin dan mineral. Penyakit ini sering menyerang anak babi di bawah umur 1 bulan terutama babi yang kandangnya berlantai beton (Wheindrata, 2013). Pencegahan dan pengobatan penyakit Anemia yang dilakukan selama kegiatan PKL yaitu dengan memberikan verdex melalui injeksi secara Intaramusculer dengan dosis 2 cc/ekor untuk anak babi umur 3-7 hari dan Pig-Ironject + 20% Vitamin B12 dengan doisis 2 cc/ekor pada anak babi umur 2-10 hari. Pencegahan dilakukan dengan cara membersihkan kotoran dalam kandang dan selalu memperhatikan kondisi kotoran, apabila tidak normal maka segera dilakukan pengobatan.
3.      Scours (Mencret)
Scours adalah suatu gejala penyakit enteritis akibat adanya peradangan pada alat pencernaan atau usus (Prasetya, 2012). Pencegahan penyakit scours di Peternakan ini yaitu dengan cara sanitasi kandang dan memberikan obat Kolamox LA dengan dosis 1-2 cc/ekor.





BAB IV
PENANGANAN HASIL

4.1     Produksi Perusahaan
Tujuan dari suatu usaha Peternakan adalah mendapatkan hasil yang memuaskan atau mendapatkan keuntungan. Hasil usaha yang diperoleh Peternakan Bapak Tantra yakni adalah bukan dari hasil penjualan ternak babi fase finiser atau induk yang diafkir maupun jantan tetapi hasil dari anak babi sapihan. Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan PKL, dari 90 ekor induk menghasilkan anak babi sapihan sebanyak 150 ekor/bulan.
Selama kegiatan PKL berlangsung induk yang melahirkan sebanyak 14 ekor dari 98 ekor induk yang dipelihara. Dari semua Anak babi yang dilahirkan tersebut ada yang mati sebelum proses penyapihan, 150 ekor berhasil di sapih dan ada pula yang belum disapih karena kondisi tubuh anak babi yang tidak layak disapih (kurus, tidak lincah, lemah). Anak babi yang belum disapih selanjutnya dipindahkan ke induk menyusui yang lain.

4.2     Pemasaran
Penghasilan yang didapatkan di Peternakan tersebut bersumber dari hasil penyapihan anak babi. Anak babi yang berumur 21 - 28 hari diserahkan ke PT. KPS. Sesuai kesepakatan  kerjasama dengan KPS, dengan jumlah produksi 150 ekor maka Peternak menerima kompensasi sebesar Rp 85.000/ekor. Jika produksi jumlah anak babi sapihan kurang dari 125 ekor maka kompensasi yang diterima hanya sebesar Rp 72.000/ekor, sedangkan jika jumlah produksi anak babi sapihan di bawah 100 ekor maka kompensasi yang akan diterima sebesar Rp 65.000/ekor. Selama kegiatan PKL jumlah produksi anak babi sapihan sebanyak 150 ekor.

4.3     Analisis Usaha
Analisis usaha perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar keuntungan dan kelayakan ekonomi perusahaan tersebut. Beberapa analisis usaha yang dilakukan adalah input output (IO), Revenue cost ratio (R/C), Benefit cost ratio (B/C), dan Break event point (BEP).

A.    Analisis Input-output
Dalam analisis ini diperlukan informasi perhitungan biaya, baik biaya variabel maupun biaya tetap dan penerimaan yang diperoleh suatu usaha. Biaya variabel yaitu biaya yang dikeluarkan secara proposional sesuai dengan volume kegiatan, sedangkan biaya tetap yaitu biaya yang tidak berubah karena perubahan kegiatan dalam rentang yang relevan, (Rohani, 2011).
Perhitungan biaya yang dikeluarkan dan penerimaan di Peternakan Bapak Tantra selama kegiatan PKL berlangsung tertera pada Tabel 4 dan 5.
Tabel 4. Biaya di Peternakan Bapak Tantra periode 11 Maret – 26 April 2014
1.      Biaya Tetap
NO
Uraian
Vol
HS (Rp)
TH (Rp)
UE
Penyusutan
Tahun
1,5 Bulan (45 hari)
1
Kandang dan Fasilitasnya
1
200.000.000

200.000.000

10
20.000.000
2.500.000
Jumlah
2.500.000
Keterangan: Vol: Volume, HS: Harga Satuan, TH: Total Harga, UE: Usia Ekonomi

2.      Biaya Variabel
No
Uraian
Perbulan
Harga Satuan (Rp)
Total (Rp)
1
Listrik
1,5
250.000
375.000
2
Air
1,5
100.000
150.000
3
Karyawan + bonus
1,5
1.500.000 + 1.050.000
2.550.000
Jumlah
3.075.000

Total biaya  di Peternakan Bapak Tantra selama periode 1,5 bulan adalah sebesar Rp 5.575.000
Tabel 6. Penerimaan di Peternakan Bapak Tantra periode 11 Maret – 26 April 2014
No
Uraian
Kapasitas Produksi (ekor)
Upah/ekor (Rp)
Jumlah (Rp)
1
Anak Babi Sapihan
150
85.000
12.750.000
Jumlah
12.750.000

Jadi total keuntungan di Peternakan Bapak Tantra selama periode 1,5 bulan adalah sebesar Rp 7.175.000.




B.      Revenue dan cost ratio (R/C)
R/C adalah suatu metode penilaian yang digunakan untuk menganalisis layak tidaknya suatu usaha dengan membandingkan jumlah penerimaan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan selama satu periode produksi.
1 = Biaya
1,28 = Untung = 128% dari biaya

C.    Benefit cost ratio (B/C)
B/C adalah salah satu penilaian untuk membandingkan antara tingkat keuntungan yang diperoleh dengan biaya produksi.
Untung 128% dari modal/biaya yang dikeluarkan




D.    Break event point (BEP)
BEP adalah suatu penilaian untuk mengetahui titik impas dalam suatu usaha.
Untung Rp 85.000 Rp 37.166 = Rp 47.834/ekor

Untung dari 150 ekor 66 ekor = 84 ekor.




BAB V
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Peternakan milik Bapak Tantra telah melakukan tatalaksana pemeliharaan ternak babi dengan cukup baik. Hal ini terlihat pada penanganan perkawinan, perkandangan, kebuntingan, kelahiran, kesehatan dan pemberian pakan.
Penghasilan yang diperoleh Bapak Tantra perbulan dari usaha kerja sama dengan PT. KPS dalam bidang usaha pembibitan babi adalah Rp 7.175.000.

3.2     Saran
Disarankan agar dalam pemeliharaan ternak babi khususnya tatalaksana pemeliharaan, pencegahan terhadap penyakit dan sanitasi kandang tetap diperhatikan dan ditingkatkan ke arah yang lebih baik.









DAFTAR PUSTAKA

Ardana, I. B dan Putra, H. D. K. (2008). Manajemen Reproduksi, Produksi, dan Penyakit. Udayana University Press. Denpasar.

Prasetya, H. (2012). Semakin Hoki Dengan Beternak Babi. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Rohani. (2011). Pengelolaan Usaha Peternakan. http://www.google.co.id. (27 Juli 2014).

Sihombing, D. T. H. (2006). Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sihombing, D. T. H. (1991). Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Wheindrata. (2013). Cara Mudah Untung Besar dari Beternak Babi. Lily Publisher. Surakarta.













LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Penanganan kelahiran (pemotongan gigi, ekor, dan pemberian zat besi).



Gambar b. Membersihkan anak babi setelah lahir
Gambar a. Penanganan Kelahiran
a     a                            b                       
                      
Gambar d. Pemotongan gigi
Gambar c. Pemotongan tali pusar
                           c                                   d
e
f




Gambar e. Pemotongan ekor
Gambar f. Pemberian zat besi pada anak babi setelah lahir
                                                e
Lampiran 2. Sanitasi kandang dan memandikan ternak


                               
Gambar b. Mengumpulkan feses ke dalam gerobak
Gambar a. Pembersihan kandang
a                                a                                     b
                                
d
c
                            
Gambar c. Memandikan ternak
Gambar d. Setelah babi dimandikan
 
Lampiran 3. Bentuk kandang induk dan kandang melahirkan



Gambar a. Kandang induk dan pejantan
Gambar b. Kandang melahirkan
b
a
 




Lampiran 4. Obat Oktacin-EN, Alamicyn LA, Trimoxal Suspension, dan Lodosept
Gambar a. Obat Oktacin-EN
Gambar c. Obat Trimoxal Suspensional
a
c
d
b
Gambar d. Obat Lodacept atau obat merah
Gambar b. Obat Alamycin LA